Selasa, 26 Juni 2007

Gairah Rosella Merah Di Dusun Nongkopahit

Bertanam rosella merah lebih menguntungkan dibandingkan hanya mengusahakan tanaman palawija semata.  

Memasuki Dusun Nongkopahit, Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jatim, tampak tanaman rosella merah (Hibiscus sabdariffa) memenuhi pekarangan rumah penduduk yang terdapat di sepanjang jalan desa. Sejak dua tahun lalu, cantiknya rosella merah sudah jamak, bahkan menjadi primadona penduduk setempat. 

Rosella merah ditanam untuk diambil bunganya yang berwarna merah menyala. Selain cocok dijadikan tanaman hias, mahkota bunga rosella merah juga berkhasiat mengatasi aneka penyakit, seperti batuk, asam urat, kolesterol, dan hipertensi. Petani di wilayah tersebut membudidayakan tanaman ini  bersama  jagung, kacang tanah, pisang, bahkan kunyit.

 

Lebih Menguntungkan

Salah satunya Basuki, penduduk setempat, yang sudah dua tahun merasakan manisnya berkebun rosella merah. Menurut Basuki, untuk setengah hektar lahan yang ditanami jagung secara tumpang sari, keuntungannya hanya Rp40.000. Dengan menanam rosella merah, dari lahan yang sama ia mendapat tambahan keuntungan sebesar Rp500.000.

Tak heran jika petani di dusun tersebut saat ini tengah giat mengupayakan tanaman asal Amerika Selatan tersebut meskipun secara tumpangsari. Saat ini terdapat sekitar 28 petani di Dusun Nongkopahit yang tergabung dalam Kelompok Tani Setari yang bertanam rosella merah.

Harga mahkota bunga rosella merah kering rata-rata Rp60.000/kg. Namun harga ini terkadang bisa jatuh hingga Rp30.000/kg. Untungnya, bunga rosella merah kering dapat disimpan dalam waktu lama. “Harga rosella merah jatuh pernah jatuh, sampai tidak laku sama sekali. Barang kita tampung dulu dalam bentuk kering. Pada bulan November— Desember saat harga mencapai Rp60.000, baru kita jual,” ujar Basuki.

Bunga rosella merah dipasarkan hingga ke Surabaya, Jakarta, dan Bandung. Setelah dikeluarkan bijinya (nyedul), bunga rosella segar kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Bunga yang sudah mengering itu selanjutnya siap dipasarkan atau diolah menjadi teh rosella merah. Sedangkan bunga rosella merah segar biasanya dibuat sirup atau  manisan.

Tanam Musim Hujan

Bertanam rosella merah tergolong mudah. Selain tidak membutuhkan pupuk kimia dan perawatan yang njelimet, pendangiran tanaman ini juga cukup dikerjakan sekali.  Basuki misalnya, ia memanfaatkan kotoran kambing yang dibuat bokashi untuk pendangiran. Biji rosella yang sudah disiapkan, yakni dijemur sampai kering, langsung ditanam pada awal musim penghujan.

“Setiap lubang cukup 2--3 butir saja,  kalau terlalu banyak malah percabangannya sedikit,” ujar Basuki. Menginjak umur 2--3 bulan, tanaman mulai berbunga dan panen berlangsung saat berumur 5--6 bulan. Panen rosella merah dilakukan secara bertahap, mulai dari bunga yang sudah tua selama dua minggu. Setelah itu, tanaman dipangkas habis, “Jika dibiarkan, bunga mengering di pohon dan berjamur,” papar Ketua Kelompok Tani Setari ini.

Rosella merah ditanam dengan jarak tanam 40—50 cm. Dari luas lahan 2.500 m2, dihasilkan sekitar 100 kg bunga rosella segar (5 kg kering) atau Rp300.000/2.500 m2. “Segitu saja saya masih untung,” aku Basuki yang mengusahakan 5.000 m2 pekarangan di belakang rumahnya untuk bertanam rosella.

Lebih jauh Basuki menambahkan, rosella merah bisa saja ditanam pada musim kemarau, asalkan pengairannya lancar, misalnya di sawah. Berdasar pengalamannya, rosella merah  yang ditanam di pekarangan pada musim kemarau, bunganya tidak bagus dan batangnya kecil-kecil meskipun dialiri air.  Tanaman ini juga tak mau tumbuh jika suhu lingkungan melebihi dari 23oC.

 

Indah Retno Palupi (Surabaya)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain