Rabu, 13 Juni 2007

Menilik Agribisnis Wijen

Walaupun pangsa pasarnya masih kecil, seperti sosok bijinya, usaha tani wijen mendatangkan keuntungan cukup besar bagi pelakunya.

 

Onde-onde tanpa wijen tak bisa disebut onde-onde. Tak pas pula rasanya sajian restoran Jepang tanpa saus mengandung wijen. Begitu pun burger dengan taburan wijen harganya lebih mahal ketimbang yang polos.

Wijen sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap penampilan kue seperti onde-onde dan roti. Biji tanaman bernama Latin Sesamum indicum ini juga dapat diolah menjadi minyak wijen. Minyak wijen kaya akan kandungan asam lemak tak jenuh yang sangat baik bagi kesehatan. Tak heran bila harganya pun lumayan mahal.

Di Indonesia, tanaman wijen tak banyak diupayakan petani. Paling di beberapa daerah di Jateng dan Jatim. Mungkin pasarnya belum berkembang seperti di Jepang lantaran konsumsi biji dan minyak wijen masyarakat kita memang masih terbatas. Menurut Erlin Dwi L, Kasi Produksi, Sub Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian Sukoharjo, Jateng, wijen di wilayahnya banyak ditanam di Kabupaten Sukoharjo, Wonogiri, dan Rembang.

Dari hitung-hitungan sederhana di Sukoharjo, satu hektar kebun tanaman tergolong semak semusim ini mendatangkan keuntungan sekitar Rp4,6 juta dengan harga jual dianggap Rp7.000/kg. Total biaya produksinya berkisar Rp3,75 juta. Selain mengembangkan kebun wijen, beberapa kelompok tani di daerah ini memproduksi dan mengolah wijen secara rutin.

 

Minyak dan Kecap Wijen

Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri Mandiri di Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, misalnya, menghasilkan minyak wijen sekitar 200 liter/bulan. Di samping itu, mereka juga memproduksi kecap wijen rata-rata 600 liter/bulan. Dengan mengusung merek “Golden Food dan Sehat”, kecap dan wijen kelompok ini beredar di Solo, Klaten, Semarang, Surabaya, dan Jakarta. Minyak wijen ukuran 225 ml dijual dengan harga Rp15.000, sedangkan kecap wijen  dihargai Rp10.000/630 ml. 

Saat ini, Putri Mandiri memiliki kebun wijen seluas  4.000 m2  dengan produksi rata-rata 300 kg. Produk minyak wijen yang dihasilkan kelompok ini terdiri dari dua jenis, yaitu minyak wijen untuk kesehatan dan minyak wijen sebagai minyak makan. Minyak wijen untuk kesehatan dibuat dari biji wijen putih yang menghasilkan minyak lebih jernih. Sedangkan minyak makan wijen diolah dari campuran biji wijen putih dan hitam.

Rendemen minyak yang dihasilkan biji wijen berkisar 30%--40%, bergantung pada mesin pengolah dan kualitas biji wijen. Rendemen akan turun jika tanaman wijen tumbuh kurang optimal. Untuk memenuhi kebutuhan produksinya, kelompok tani ini juga mendapat pasokan wijen dari  Nganjuk, Ngawi, Jatim, dan Madiun (Jatim).

 

Harga Relatif Stabil

Budidaya tanaman dari keluarga Pedaliaceae ini relatif mudah.  Pada  masa tanam pertama (awal musim penghujan),  pertumbuhan benih lebih cepat dan subur. Namun, memasuki pertumbuhan dan produksi buah, tanaman menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit, seperti aphis, uret, tungau, dan jamur.

 “Hama dan penyakit masih bisa kami kendalikan dengan pestisida,” ujar Tutik Sugiarti, Ketua KWT Tani Mandiri.  Petani lain, Sunardi, juga mengungkapkan, tanaman wijen memerlukan pengolahan tanah yang baik dan pupuk kandang supaya pertumbuhannya  \optimal.

Untuk mendapatkan biji wijen kering berkualitas baik, tanaman wijen yang sudah dipanen disebarkan di tempat pengeringan lalu dibolak-balik sampai kering. “Setelah lima kali dibolak-balik, biji wijen baru bisa terlepas sendiri dari polongnya,” jelas Sunardi.

Menurut Tutik, keuntungan yang dapat diperoleh petani wijen berkisar Rp3 juta—Rp4 juta/ha karena  harga biji wijen relatif stabil. “Saat musim hujan, harga biji wijen berkisar Rp5.000—Rp6.000/kg, sedangkan musim kemarau mencapai Rp7.000—Rp7.500/kg,” katanya.

 

Ike Dian Puspita (Kontributor Surakarta)

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain