Sweet corn alias jagung manis memang bukan sembarang jagung. Rasanya manis, harga jualnya pun “manis” sehingga diminati petani. Budidaya jagung manis menjadi harapan baru petani dengan biaya murah dan dalam waktu singkat modal kembali bersama keuntungannya yang lumayan. “Saya coba tanam setengah hektar menghasilkan 3,5 ton,” ungkap Sihat, petani jagung manis di Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jatim. Bermodal biaya produksi Rp3 juta per hektar dan panen dijual tebasan sebesar Rp5 juta, dia meraup untung bersih lebih dari Rp2 juta dalam waktu 75 hari. Meski bisa dibilang belum sebesar daerah Jabar, pasar jagung manis di Jatim, khususnya Malang, sudah ada. “Tahun lalu per hari masih 2—3 kuintal, tapi menginjak 2006 saya mampu menjual 1—2 ton jagung manis per hari,” ungkap Bari, pengepul di kawasan sentra jagung manis Karangploso, Malang. Padahal di Karangploso itu ada lebih dari 10 pengepul jagung manis dan pasar sayuran yang siap menampung hasil panen petani. Menurut Bari yang memasok swalayan Giant dan Hero se-Jatim, petani cukup menghubungi para pengepul saat tanam maupun siap panen. Para pengepul kemudian mengatur jadwal panen, memanen, dan mengepak jagung langsung di lahan. Mereka lantas menjual jagung itu ke pemasok pasar swalayan dan pedagang eceran. Di tingkat pengepul, keuntungan yang bisa diraih sekitar Rp500—Rp1.000/kg. Penyedia sarana produksi juga ikut kecipratan manisnya bisnis jagung manis. Tahun silam saja kebutuhan benih di Jatim yang terbilang baru menggeliat mencapai 20 ton. Bandingkan dengan di Jabar yang sudah lebih dulu populer sekitar 50 ton. Meskipun sangat prospektif tetapi para pebisnis benih juga harus waspada dengan rentannya penanganan benih ini. “Benih lebih 6 bulan sudah kadaluarsa,” jelas Yuda Arifana, Marketing Executive PT Tanindo Subur Prima area Malang yang memasarkan benih jagung manis Bisi Sweet dan Sweet Boy. Apalagi, petani juga sudah mengerti pentingnya masa kadaluarsa. “Kadaluarsa kurang satu bulan saja petani sudah menolak,” papar Munaji, pemilik toko pertanian di Lajar, Kota Batu. Panen Harus Tepat Teknis budidaya tidak jauh beda dari jagung biasa. Hanya saja, sebelum tanam, pilih lahan yang jauh dari tanaman jagung biasa karena kalau sampai terjadi persarian dengan jagung biasa, kualitas jagung manis terpengaruh. Kebutuhan benihnya 12 kg/ha. Pemupukan sebaiknya tidak hanya dengan urea tetapi juga SP dan KCl atau lebih baik lagi menggunakan NPK untuk menghasilkan jagung yang manis. Menentukan saat panen yang tepat sehingga kadar gula maksimum sangat penting. Soalnya, panen awal atau lambat akan menurunkan kadar gula dalam biji. Waktu panen tidak hanya faktor umur tetapi juga varietas, ketinggian tempat, dan musim. Di dataran rendah (100—300 m) panen lebih cepat, sekitar umur 60 hari. Sedangkan dataran menengah (400—700 m) berkisar umur 70 hari. Bila musim hujan, dipastikan panen mundur sampai 75 hari, sebaliknya sewaktu kemarau lebih cepat, 65 hari. Suhu juga ikut menentukan saat panen. Ada rumus jitu menghitung saat panen yang tepat dengan metode akumulasi suhu harian, yaitu: Saat panen = 570OC : (suhu rata-rata – 18OC). Bila kita tanam pada Oktober di wilayah Malang, maka catat suhu rata-rata harian bulan itu. Data bisa diperoleh dari Stasiun Klimatologi terdekat (Stasiun Meteorologi Karangploso, Unibraw, Universitas Muhammadiyah, dan BPTP Karangploso). Misalnya, suhu rata-rata 26OC. Jadi, saat panen = 570OC : (26OC -18OC) = 71,25 hari. Dipastikan hasil panen buah jagung manis yang bisa 8 ton/ha itu berkualitas baik. Tri Pranowo (Malang)