Senin, 19 Pebruari 2007

Pacu Produksi LAT Dengan Walkamin

Dalam waktu 5 minggu setelah menetas, lobster air tawar Walkamin  bisa mencapai ukuran 2 inci. Jauh lebih cepat dibandingkan lobster air tawar biasa yang makan waktu hampir 2 bulan untuk mencapai ukuran sama.

Begitu juga periode pembesarannya, bobot sekitar 72,5 gram/ekor dapat dicapai dalam waktu 5 bulan atau 7 bulan untuk ukuran 100 gram/ekor. Sementara lobster biasa butuh waktu setahun guna mencapai ukuran 100 gram.

 

Lebih Cepat 37—45%

Pertumbuhan yang cepat memang menjadi salah satu keunggulan Walkamin. Lobster air tawar (LAT) ini merupakan hasil persilangan dan seleksi induk yang dilakukan peneliti di Freshwater Fisheries and Aquaculture Center, Australia.

Dua strain LAT dari Sungai Flinders dan Gilbert yang terletak di negara bagian barat laut Queensland dan Northern Territory disilangkan dan diseleksi hingga menghasilkan strain baru yang dinamai Walkamin.

Setelah menghasilkan Walkamin generasi keempat,  Dr. Clive Jones, peneliti Walkamin sejak 1993, menyimpulkan, Walkamin mempunyai tingkat pertumbuhan 37% ebih cepat ketimbang LAT biasa. Di Indonesia, “Saya yakin pertumbuhannya bisa lebih cepat hingga 45% karena iklimnya lebih mendukung,” ujar Robert Yu, dari Walkamin Park, penyedia induk Walkamin.

Menurut Robert Yu, tingkat penggunaan Walkamin oleh petani Australia sudah mencapai 90%. Di sana Walkamin dijual di pasar lokal dengan harga US$11,5—US$19,5/kg dengan ukuran 30—120 gram/ekor. Australia juga mengekspor Walkamin ke berbagai negara, seperti Uni Eropa, AS, Spanyol, Israel, hingga China dalam bentuk beku maupun induk.

Petani Australia umumnya mempunyai lahan luas dan kolam berukuran besar dalam membudidayakan Walkamin. Seorang petani rata-rata memiliki luas lahan 5 hektar dengan ukuran kolam pembesaran sekitar 1.000 m2 dan kolam pemijahan 250 m2. Walkamin dipelihara di kolam tanah berkedalaman 1— 2 m yang dilengkapi pelindung (shelter) untuk bersembunyi Walkamin saat berganti kulit (moulting).

 

Produksi Benih

Di Indonesia, bisnis LAT umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu menjual benih, induk, dan LAT konsumsi. Menurut Robert Yu, pemain pemula umumnya memproduksi benih berukuran 1—2 inci. Namun, “Saya tidak sarankan menjual benih ukuran 1 inci,” kata dia.

Alasannya, masih terlalu kecil dan untuk mencapai ukuran 2 inci tidak terlalu lama. Di Australia pun benih dijual dengan ukuran yang relatif besar, 2—4 inci.

Pemijahan Walkamin dilakukan secara massal dengan kepadatan populasi tinggi. Akuarium ukuran 1,5 m x 1 m dapat memuat 4 set (32 ekor) Walkamin dengan perbandingan jantan dan betina  1 : 3.

“Untuk yang belum berpengalaman, sebaiknya pakai dua set saja atau 16 ekor,” saran Robert. Tujuannya, agar dapat menangani induk dengan baik, terutama pada saat ganti kulit.

Induk yang bagus, paling kecil berukuran 5 inci atau berbobot 50 gr/ekor. Induk ini dapat dikawinkan (dipijahkan) sekitar satu tahun untuk kemudian diganti atau diremajakan. Induk ukuran 5 inci umumnya menghasilkan telur sekitar  400—500 butir dengan  tingkat kelangsungan hidup  rata-rata 80% sampai benih berukuran 2 inci.

Di Indonesia, pemeliharaan benih umumnya dilakukan dalam akuarium. Agar kualitas tetap terjaga, tiga hari sekali air pemeliharaan diganti sebanyak 50%. “Gunakan air tanah atau air ledeng yang telah diendapkan selama 24 jam,” jelas Robert. Selain itu, kandungan oksigen terlarut harus dipertahankan tinggi dan diberi pakan khusus Walkamin yang kandungan proteinnya sekitar  42%.

 

Bisa Lokal dan Ekspor

Pembesaran LAT memang cenderung dihindari oleh pembudidaya. Penyebabnya, antara lain karena waktu pemeliharaan relatif lama sehingga membutuhkan investasi lumayan besar. Padahal, pasar lokal maupun mancanegara cukup menjanjikan.

Pasar lokal LAT adalah Bandung, Yogya, Solo, Denpasar, dan Jakarta. Satu kilogram lobster ukuran 72,5—100 gram laku dijual Rp125.000—Rp200.000/kg.

Robert mengaku pernah ditawari menjadi pemasok LAT di Hongkong dan Taiwan. Sayangnya ia belum sanggup memenuhi karena produksi LAT konsumsi yang diinginkan pembeli berukuran 100 gram. Padahal harga yang ditawarkan cukup lumayan, HK$15 /kg.

Robert berpendapat, untuk pasar lokal saja pembudidaya tetap bisa mendapat keuntungan karena biaya produksi satu kilogram walkamin ukuran konsumsi tak lebih dari Rp50.000.

Hanya saja, perlu diperhatikan benihnya harus dipilih dari Walkamin generasi keempat agar mencapai target bobot yang diinginkan. Selain itu, pemberian pakan berkualitas baik dan pengelolaan air yang baik juga menentukan keberhasilan budidaya.


 

Enny Purbani T.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain