Senin, 19 Pebruari 2007

Jagung Komoditas Strategis Banten

Demikian dikatakan Gubernur Banten dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wagub Banten, Drs. H. Moh. Masduki M.Si, pada acara Panen Raya Jagung TNI Manunggal Pertanian (TMP), di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten (24/1).

TMP merupakan kerjasama antara Primer Koperasi Angkatan Darat Korem 064 Maulana Yusuf dan  PT Indocitra Interwisata (Rahardjo Group) dalam mengelola lahan tidur di wilayah Banten menjadi lahan produktif “Dengan adanya panen raya ini, masyarakat bisa melihat secara nyata bagaimana produksi jagung di lahan tidur ini,” ujar Kolonel Infanteri Harry Purdiyanto, S.IP, Komandan Korem 064 Maulana Yusuf.

Ia juga berharap, dengan panen raya jagung hibrida ini masyarakat termotivasi menekuni bidang pertanian sekaligus untuk meningkatkan pendapatan mereka sendiri.

Hal senada diucapkan Direktur Utama PT Indocitra Interwisata, Prijo Handoko Rahardjo. Pola kemitraan yang dilakukan, menurut Handoko, bertujuan untuk membantu pemberdayaan masyarakat di sekitar lahan tidur milik TNI AD. 

“Pola kemitraan ini dengan sistem bagi hasil, yaitu petani memanfaatkan tanah TNI, PT Indocitra Interwisata sebagai penyedia benih dan pupuk serta pembeli hasil panen petani,” papar Handoko kepada AGRINA.

 

Tambahan Penghasilan

Program penanaman jagung itu mencakup lahan seluas 100 ha dengan melibatkan 10 kelompok. Masing-masing kelompok mengelola 10 ha atau rata-rata satu orang menangani satu hektar.  Uniknya, mereka menggarap lahan secara keroyokan bergiliran hektar demi hektar.

Benih jagung yang ditanam adalah jagung hibrida Jaya 1. Menurut Handoko, benih jagung hibrida Jaya 1 dipilih karena memperlihatkan stabilitas produksi dan toleran terhadap kondisi lahan di kering serta kurang subur.  Berdasarkan deskripsi dari produsennya, Jaya 1 mempunyai potensi hasil sebesar 8 ton/ha.

Uden (53), salah seorang petani mitra TMP menjelaskan, seorang petani mendapat  penghasilan dari bertanam jagung sekitar Rp1,8 juta—Rp2 juta. Jagung termasuk tanaman yang tidak membutuhkan perawatan sangat intensif.

Karena itu petani mitra tersebut cukup meluangkan waktu 4 jam/hari untuk merawat kebun jagung. Sisa waktu mereka masih dapat digunakan untuk mengurus kebun atau sawah miliknya sendiri.

 

Dekat Pasar

Petani jagung di Banten sebenarnya tak perlu cemas memikirkan pasar bagi hasil panen mereka. Sejumlah pabrik pakan besar berlokasi di provinsi paling barat Pulau Jawa ini. Sebut saja, PT Japfa Comfeed Indonesia, PT CJ Feed Indonesia, PT Cargill Indonesia, PT Sierad Produce, dan PT Wonokoyo Jayakusuma.

Berdasarkan paparan Wagub Masduki, pada 2006 sejumlah pabrik pakan tersebut membutuhkan 3.000 ton/hari jagung. Padahal jumlah produksi jagung provinsi ini hanya 26.789 ton/tahun.

Apalagi para pabrikan tersebut dalam tahun-tahun belakangan ini tengah dihadapkan dengan tingginya harga jagung akibat makin seretnya pasokan di pasar internasional. Asalkan, kualitas, jumlah, kontinuitas, dan harganya cocok, mereka pasti menampung hasil panen petani.

Melihat peluang pasar jagung yang cukup menjanjikan, Handoko berencana memperluas penanaman jagung hibrida di Kecamatan Maja dari 100 ha menjadi 1.200 ha. Ia yakin hasil panen petani mitranya tidak sulit dipasarkan.

Tri  Mardi Rasa

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain