Demikian diutarakan Bangun Dioro, pemilik Bangun Karso Farm (BKF), peternakan kambing perah di Desa Palasari, Cijeruk, Bogor. Karena itu ia meramu sendiri pakan untuk 200 ekor kambing miliknya.
Berpegang pada prinsip orang Jawa, titen (teliti), sejak mengusahakan kambing perah pada tahun 2000, ia menciptakan formula pakan sendiri. Ramuannya berupa 70% dedaunan dan 30% rerumputan. Plus pakan tambahan berupa pakan komplet dari hasil fermentasi, ampas tahu, dan konsentrat.
Dedaunan yang dimanfaatkan, yaitu daun kaliandra (Calliandra calotirtus), glirisidia/gamal (Gliricidia sepium), lamtoro, mindi, sengon, dan kacang-kacangan (leguminosae). Sedangkan rerumputannya adalah rumput gajah. Dedaunan diberikan lebih banyak lantaran kambing termasuk pemakan daun-daunan.
“Bila porsi rumput lebih banyak, produksi dan kualitas susu akan menurun,” urai pria asal Banyumas, Jateng, ini. Sementara untuk pakan tambahan, disamping ampas tahu, berupa hasil fermentasi tanaman jagung (tongkol, batang, dan jagung pipil).
Dari pengalaman pria yang masih aktif di TNI-AD ini, pemberian ramuan pakan tersebut berpengaruh nyata terhadap tampilan kambing maupun kualitas susunya. Kulit kambing tampak mulus, tidak ada yang berkoreng. Sedangkan mutu susunya tidak tercium bau prengus, beraroma gurih, serta kadar lemak dan proteinnya tinggi.
Selain itu, produksi susunya pun meningkat. Bila diberi pakan biasa, produksi susu paling banter 1—1,2 liter/ekor/hari. Setelah diberi ramuan pakan spesial, meningkat menjadi 1,5—1,6 liter/ekor/hari. “Dalam kondisi puncak, produksinya mencapai 2 liter/ekor/hari,” tandas Bangun. Peningkatan produksi ini akan tampak 1—2 minggu setelah kambing diberi pakan tersebut.
Jaminan Pakan
Bahan baku pakan di BKF diperoleh dari lahan seluas 6—7 hektar (ha). Lahan tersebut ditanami jagung 2 ha, 1.000 pohon lamtoro, 23.000 pohon sengon, dan 700 batang mindi, kacang-kacangan, serta rumput gajah 2 ha. Bila kekurangan jagung, kadang Bangun membeli jagung BS (sisa) dan tongkolnya di pasar-pasar sekitar Bogor.
Proses pembuatan pakan hasil fermentasi cukup sederhana. Setelah seluruh bagian tanaman jagung digiling, lalu difermentasikan selama 2—4 minggu di dalam sebuah tong air. Tong ini juga sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan.
Dalam satu kali pembuatan, dihasilkan 12—13 ton pakan hasil fermentasi. Jumlah ini cukup untuk stok selama 6 bulan. Namun, untuk menjaga pasokan pakan agar tidak tersendat, Bangun membuat pakan fermentasi ini 3 bulan sekali.
Untuk setiap ekor kambing produktif, Bangun memberikan pakan berupa konsentrat 4—5 ons, ampas tahu 2 kg, dan pakan hasil fermentasi 1,5 kg.
Ditambah pakan hijauan, jumlah pakan yang diberikan mencapai 10—15 kg/ekor/hari. Sementara untuk kambing jantan berbobot 80—100 kg, total jatah pakannya bisa berkisar 15—20 kg/ekor/hari.
Banyak Sumber
Sebenarnya, komposisi ramuan pakan didasarkan pada penggolongan kambing yang ada di kandang. Ia mengelompokkan kambingnya menjadi tiga kelompok, yakni kambing dara atau remaja umur 5—12 bulan, kambing produksi 1—5 tahun, dan kambing kering kandang (bunting). Namun, Bangun tidak banyak berkomentar terhadap pemeliharaan kambing di luar kambing produktif.
Menurut Wayan Mathius dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi, Bogor, pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak, seperti dilakukan Bangun, sudah benar. Namun, dalam memanfaatkan limbah pertanian itu ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
Misalnya, menjaga keberlanjutan penyediaan, memperhatikan kandungan gizinya, dan perlu tidaknya proses pengolahan sebelum dapat digunakan sebagai pakan.
Selain sisa tanaman jagung dan ampas tahu, masih banyak limbah pertanian yang potensial dijadikan bahan baku pakan ternak. Contohnya, dedak padi, limbah singkong, bungkil kelapa, limbah kelapa sawit, limbah udang, limbah kakao, batang pisang, dan daun rami.
Ditambahkan Bangun, pemberian dedaunan, seperti kaliandra sangat baik bagi ternak ruminansia (pemamah biak) karena mengandung 20—25% protein kasar yang sangat berguna dalam peningkatan produktivitas ternak.
Hijauan ini dapat ditanam pada berbagai jenis tanah masam, ketinggian tempat melebihi 1.700 m di atas permukaan laut, dan curah hujan yang tinggi antara 2.000—2.400 mm/tahun.
Umumnya pemberian pakan dedaunan, misalnya kaliandra, dalam bentuk segar karena lebih disukai ternak. Akan tetapi kadang kala peternak melayukan dahulu dengan alasan untuk menurunkan kadar zat taninnya.
Yan Suhendar