Kamis, 18 Januari 2007

Menghasilkan Mangga Kualitas Premium

Buah berkualitas prima biasanya dapat diperoleh di gerai  buah segar dan pasar swalayan yang khusus menjual buah segar (fruit center). Salah satu pemasoknya adalah PT Sata Harum, perkebunan yang khusus memproduksi mangga arumanis kualitas premium.

 

Butuh 3–4 Bulan Kering

Kebun Sata Harum terletak di Desa Betek Taman dan Desa Sentul, Kecamatan Gading,  Kabupaten Probolinggo, Jatim.

Areal kebunnya seluas 91,67 hektar (ha), 67 ha di antaranya ditanami mangga arumanis klon 143. Sisanya, diisi berbagai varietas durian seperti montong, kani, petruk, sukun, dan tokong.

Menurut penanggung jawab kebun Sata Harum, Nursyamsu Suntoro, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam budidaya mangga, yaitu pemilihan bibit, lokasi lahan, dan cara budidaya. Bibit, jelas pilih yang unggul, lahan harus subur, dan rutin dalam pemangkasan, pemupukan, dan penanganan buah.

Bibit mangga arumanis Sata Harum berasal kebun bibit Cermai Bondowoso, Pos Jentrek, Pasuruan dan Horti Agro Gemilang, Singosari,  Malang, yang ditanam bertahap,  pada 1990—1993. Alasannya, “Lahan tidak didapat secara bersamaan dan belum ada sistem pengairan teknis,” ujar Nursyamsu.

Kualitas mangga, menurut dia, sangat dipengaruhi cara budidaya dan agroklimat. Cara budidaya umumnya berkaitan dengan penggunaan jenis dan volume pupuk serta agroklimat berhubungan dengan  tanah dan  iklim (unsur suhu, cahaya matahari, dan angin). 

Sata Harum menggunakan pupuk organik dan anorganik. "Teletong (kotoran sapi) merupakan pupuk organik wajib dan pupuk anorganik yang digunakan adalah  ZA, SP-36, dan KCl,” ujarnya. Menurutnya, urea kurang bagus digunakan untuk tanaman buah dan sebaiknya diganti ZA.

Pada prinsipnya mangga berbuah satu kali setahun tahun, tapi dapat dikelola menjadi tiga kali panen, yakni panen awal, panen raya, dan panen akhir. Tahun ini, panen mangga berlangsung Oktober 2006—Januari 2007.

 

Tidak Perlu Karbit

Sebelum dipilah (grading), mangga disortir, kemudian dicuci, dan dilap. Mangga lalu dikelompokkan berdasarkan bobot dan kemulusan dagingnya. Mangga berbobot 550 gram masuk kualitas super, 450—550 gram kualitas A,  350—450 gram kualitas B, dan 300—350 gram kualitas C.

Mangga yang dipilih harus berkulit mulus,  tidak ada cacat gesekan (cacat fisik kulit), dan  bebas lalat buah. Caranya, 1,5 bulan sebelum polimerasi buah harus dibungkus dengan koran atau kertas transparan. Waktu  panen juga berkaitan dengan kualitas mangga dan umur yang bagus untuk panen sekitar 97—114 hari.
  

“Mangga yang kami petik 90% masak pohon dan kami tidak perlu memberikan perlakuan apapun, karbit misalnya,” kata Nursyamsu. Sata Harum juga memperkirakan lamanya perjalanan mangga ke Jakarta, sehingga saat dipajang warna daging buah mangga sudah berwarna oranye cerah.

Sebanyak 70% mangga Sata Harum masuk ke Jakarta terutama di toko buah (fruit center) dan selebihnya dipasarkan di Surabaya. Perkebunan ini juga melayani permintaan pasar luar Jawa dengan harga sesuai kondisi pasar. 

Saat ini, Sata Harum tengah menjajaki pasar ekspor, “Kami pernah mencoba satu kali mengirim ke Singapura,” ungkap Nursyamsu. Kendala ekspor adalah kontinuitas produksi, ketuaan buah, dan ketentuan bebas dari hama dan penyakit.

Ia menambahkan, peluang masih terbuka untuk pasar Hongkong, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Ke depan, Sata Harum berencana membuat produk olahan seperti dodol dari mangga yang tidak lulus grading . Sejauh ini jumlah mangga yang lulus grading hanya 65—70%.


Indah Retno Palupi (Surabaya)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain