Keuntungan itulah yang kini dinikmati para petani lele di Desa Puntang, Kecamatan Losarang, Indramayu, Jawa Barat.
Padahal, tiga tahun lalu, sebagian besar warga Desa Puntang mencari nafkah sebagai buruh tani dan tukang becak.
Berkat usaha budidaya lele yang berkembang pesat di wilayah itu, masyarakat Puntang dapat hidup berkecukupan. “Alhamdulillah, sekarang sudah banyak yang punya motor.
Dan nggak ada lagi rumah warga yang terbuat dari bilik (anyaman bambu),” ujar Suwanto, Ketua Kelompok Pembudidaya Lele Alam Abadi (KPLAA), di Puntang.
Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Abdur Rahman Hakim, Kepala Dinas Perikanan Indramayu, di wilayahnya, lele sangat berperan dalam pemberdayaan masyarakat.
Contoh hasil nyata, lanjut dia, adalah pembayaran kredit sepeda motor paling lancar se-Indramayu, ya di Losarang. Soalnya, kebanyakan masyarakat di sana mengusahakan lele, sehingga mempunyai dana lebih untuk keperluan itu.
Di Losarang terdapat 150 hektar (ha) kolam lele yang tersebar di beberapa desa. Dari luasan itu dihasilkan 10—50 ton lele daging (ukuran konsumsi)/hari, dan benih ukuran jari (5—7 cm) sekitar 2 juta ekor/bulan. Wajar kalau Losarang menjadi sentra lele di Indramayu.
Namun, warga Losarang yang paling banyak mengusahakan lele ada di Desa Puntang. Satu kelompok seperti KPLAA saja beranggotakan 50 petani. Luas kolam lele di desa ini mencapai 53 ha.
Setiap bulan, dihasilkan 125 ton lele konsumsi. Sebagian besar produksinya dijual ke Jakarta dan beberapa daerah di Jabar (Tangerang, Parung, Bekasi, dan Karawang). Selain itu, dijual ke pemasok kapal pancing di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara. “Ada bandar yang siap menampung 40 ton /bulan,” ujar Suwanto.
Meningkatnya produksi lele di Indramayu tak lepas dari keberhasilan petaninya yang mampu memanen 4 kali dalam setahun. Untuk mengantisipasi lonjakan produksi, para petani di sana sedang berupaya menjajaki pasar ekspor.
Sayangnya, mereka belum bisa menghasilkan lele ukuran besar (500—1.000 gram/ekor), seperti yang diminta pasar ekspor. Malahan, beberapa negara khusus minta lele yang dibudidayakan di air payau, berkadar garam 15 promil.
Jadi, untuk bisa menembus pasar ekspor, para petani di Losarang berharap ada sentuhan teknologi, baik dari pemerintah maupun swasta. Siapa berminat?
Enny Purbani