Dibandingkan padi varietas unggul nonhibrida, padi hibrida Long Ping Pusaka (1 & 2), mempunyai beberapa kelebihan. Misalnya, anakan banyak dan produktif sehingga jumlah tanaman dan malai per satuan luas akan lebih banyak.
Tanamannya yang kokoh dan seragam menjamin peningkatan produksi. Kualitas berasnya pun cukup baik, pulen dan harum. “Malahan padi hibrida Long Ping, tidak hanya cocok ditanam di dataran rendah, tetapi bisa juga diupayakan di dataran tinggi dengan produksi tetap tinggi,” ungkap Fatah, Direktur Riset PT Bangun Pusaka, produsen benih padi hibrida Long Ping.
Kontribusi Nyata
Sebelum dilepas pemerintah pada 2002, padi hibrida Long Ping sudah diujicoba di lahan petani di 5 provinsi dan 10 kabupaten, di bawah pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan Badan Karantina. Lantaran hasilnya menonjol dibandingkan padi nonhibrida dan memberikan harapan baru bagi petani, kemudian padi hibrida ini dirilis Deptan.
Memang, padi hibrida asal China ini mempunyai potensi hasil menggiurkan. Misalnya, ketika diujicoba di Klungkung, Bali, hasil panennya mencapai 9—11 ton/ha. Padahal sebelumnya, dengan menggunakan benih nonhibrida, hasilnya paling banter 4—6 ton/ha.
Menurut Fatah, keunggulan itu dibuktikan juga di daerah lain seperti Jateng dan Jatim. Yang jelas, dengan menggunakan benih padi hibrida Long Ping, dapat memberikan kontribusi peningkatan hasil kepada petani sebesar 20—30%.
Walau demikian, Fatah mengakui, saat ini penanaman benih padi hibrida Long Ping oleh petani belum meluas. Dia beralasan, pengembangan padi hibrida, termasuk dari Bangun Pusaka, belum memperoleh dukungan nyata dari pemerintah.
Lain hanya di China, lanjut dia, berkat campur tangan pemerintahnya, kini pengembangan padi hibrida sudah mencapai 16 juta ha dari luasan total sawah 31 juta ha. Demikian pula halnya yang dilakukan pemerintah Filipina maupun Vietnam.
Gandeng IPB
Minimnya dukungan pemerintah bukan alasan bagi Bangun Pusaka untuk terus mengenalkan padi hibrida. Untuk itulah produsen benih padi hibrida yang berbasis di Jakarta ini kini bekerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih di Cijeruk, Bogor.
Adalah H. Ahmad Zakaria, sang Ketua Gapoktan Silih Asih, dalam beberapa bulan terakhir ini sedang membuat demplot budidaya sekaligus menangkarkan benih padi hibrida Long Ping.
Berbeda dengan budidaya padi hibrida yang dilakukan beberapa petani lain (baca Agrina Edisi 40), Zakaria justru menerapkan paket teknologi ramah lingkungan. Penggunaan pupuk kimia dikurangi tapi pasokan pupuk kandangnya berlebih. “Dengan potensi anakannya yang sangat tinggi, di atas 50, maka kita pasok makannya (pupuk) lebih dari padi biasa supaya potensi hasilnya dapat muncul dengan maksimal,” kilahnya.
Melihat pertumbuhan dan perkembangan padi hibrida yang dicobanya, Zakaria yakin potensi hasil Long Ping bakal tercapai. Ke depan, dia berencana mengajak 28 kelompok tani (200—300 petani) yang tergabung di Silih Asih untuk mengupayakan padi hibrida.
Keinginan Bangun Pusaka mengembangkan Long Ping di kawasan Bogor tak hanya disambut baik petani. Creata (Pusat Pengembangan Ilmu Teknik untuk Pertanian Tropika), asal IPB, juga menyatakan kesanggupannya untuk membantu.
“Kami yakin, untuk mengembangkan padi hibrida di Indonesia, dibutuhkan suatu teknologi tertentu. Untuk itulah kami tertarik bekerja dengan Bangun Pusaka,” papar Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS, Kepala Divisi Infrastruktur Creata.
Dadang, Yan Suhendar