Jumat, 1 Desember 2006

Meramu Pakan Sapi ala GGLC

Setiap feedlot mempunyai standar tersendiri dalam menentukan jenis pakan bagi ternak sapi yang digemukkannya sesuai daya dukung pakan di sekitar  atau sumber pakan yang digunakan.

Pakan merupakan komponen terbesar, yakni mencapai 60%, dari biaya produksi peternakan. Hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya. Untuk menekan biaya pakan, peternak atau perusahaan penggemukan mau tidak mau harus mencari alternatif bahan baku yang dapat dijadikan pakan berkualitas baik dan murah.

Apalagi dalam usaha pengembangan penggemukan sapi potong belakang ini  harapan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan sapi tidak terlalu besar. Pasalnya, harga sapi di pasaran sudah dipengaruhi oleh harga daging dan sapi impor.

Pihak feedlot maupun peternak hanya bisa berharap mendapatkan keuntungan dari peningkatan bobot sapi selama dalam proses penggemukan. Sedangkan berhasil tidaknya penggemukan sapi sesuai bobot ideal selama 90 hari, sangat ditentukan oleh asupan pakan yang diberikan.

 

Memanfaatkan Limbah

Selama ini secara umum pakan yang digunakan perusahaan berupa hijauan, seperti jerami dan tebon jagung, ditambah konsentrat. Ketersediaan pakan hijauan  sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dan musim. Tak jarang untuk mendapatkan bahan baku jerami maupun tebon terkadang harus ke sentra-sentra pertanian yang cukup jauh dari kegiatan penggemukan. Ini jelas membuat bengka biaya produksi.

Provinsi Lampung kaya akan limbah agroindustri yang dapat dijadikan pakan alternatif pengganti hijauan, berupa kulit nenas, bungkil sawit, bungkil kopra, onggok (limbah tepung tapioka), dan kulit kopi.

Pemanfaatan limbah tersebut menjadi pakan sapi potong telah dilakukan PT Great Giant Livestok Coy (GGLC) di Kecamatan Terbanggi, Lampung Tengah dan para petani yang menjadi mitra binaannya.

GGLC memanfaatkan kulit nenas limbah dari industri pengalengan nenas dari PT Great Giant Pineaple yang masih satu grup dengen perusahaan ini.  Kulit nenas tersebut dicampur onggok singkong, bungkil kopra, bungkil sawit, kulit kopi, bungkil kapuk  dan urea sebagai konsentrat.

Dalam ransum, kulit nenas diambil manfaatnya sebagai sumber serat dan energi bagi sapi. Sementara kebutuhan akan proteinnya dipasok dari campuran bungkil-bungkilan dan urea. Bahan baku pakan bersumber dari limbah industri ini cukup tersedia sepanjang tahun.

“Penggunaan kulit nenas dan limbah industri lainnya merupakan makanan pokok sapi yang dikembangkan GGLC. Pemanfaatan limbah agroindustri sebagai pakan sapi dapat mengefisienkan biaya produksi,” kata Didiek Purwanto, Direktur Produksi GGLC, kepada AGRINA.

 

Formulasi

Pada dasarnya penggunaan pakan dari bahan baku kulit nenas maupun jerami atau tebon jagung tidak ada perbedaan yang signifikan. Ini hanya tergantung pengaturan formulasinya karena masing-masing bahan baku tersebut mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. 

Pihak GGLC sendiri mempunyai alasan sederhana dalam memanfaatkan limbah kulit nenas sebagai pakan. Selain murah dan mudah didapat, sapi juga mempunyai alat pencernaan yang disebut polikastrik (perut jamak). Perut semacam ini mampu mensintetis sendiri bahan-bahan yang sebetulnya belum jadi bahan sumber nutrisi sesuai kebutuhan sapi.

Untuk menjadikan pakan /ransum tidaklah terlalu sulit. Bahan baku berupa kulit nenas, onggok, bungkil sawit, bungkil kopra, bungkil kedelai, bungkil biji kapuk dan kulit kopi diformulasikan sesuai kebutuhan sapi yang akan diberi pakan dengan mempertimbangkan pertambahan bobot badan sapi yang diinginkan.

Pembuatan ransum tidak juga memakan waktu lama karena pemberian pakan dalam kondisi segar. Kulit nenas dan bungkil-bungkilan serta urea dicampur menjadi satu pada saat akan diberikan kepada sapi. Perbandingannya, 50% kulit nenas dan 50% bungkil-bungkilan dengan kadar air 50%.

Untuk mencapai pertambahan bobot badan harian (average daily gain/ADG) membutuhkan pakan sebanyak 10% dari bobot hidup sapi. Bila bobotnya 300 kg, sapi itu perlu ransum sebanyak 30 kg/hari dalam kondisi basah. Kalau pakannya cukup kering, jumlah ransum diberikan sekitar 2,5—3% dari bobot sapi.

Untuk sapi berbobot 380—400 kg, setiap hari butuh pakan sebanyak 20—22 kg, dengan perbandingan kulit nenas 12 kg dan  konsentrat 8 kg. Dengan pemberian pakan 20 kg/hari akan didapatkan ADG 1,3 kg/hari. Jatah pakan sapi harus disesuaikan dengan bobot badannya. Semakin berat bobotnya, semakin banyak pula yang diberikan akan naik secara proporsional. 

Supriyanto, Lampung

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain