Berawal dari coba-coba membuat telur asin bakar tiga bulan lalu, kini toko HTM Jaya miliknya yang berlokasi di Jalan Diponegoro itu tak pernah sepi dari pembeli. Omzet penjualannya mencapai 3.000 butir/hari. Belum termasuk 7.000 butir/minggu yang rutin dikirim ke Jakarta.
Telur asin bakar memang menawarkan keunggulan dibandingkan telur asin rebus. Lebih enak, lebih keras, lebih kering, dan lebih tahan lama. Jika telur asin rebus mampu bertahan seminggu, varian barunya tetap enak dimakan sampai 12 hari.
Awalnya 200 Butir/Hari
Telur asin bakar sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat Kabupaten Brebes, salah satu sentra produksi telur asin di Pulau Jawa. Namun, beberapa tahun belakangan keberadaannya mulai sulit ditemukan karena sudah tak banyak lagi yang memproduksinya.
“Ketika konsumen mulai banyak mencari telur asin bakar, saya coba-coba membuat 200 butir yang langsung habis terjual,” kenang Komarudin. Setelah itu, ia terus meningkatkan produksi telur asin bakarnya, dan dalam satu bulan omzetnya telah melampaui penjualan telur asin rebus.
Telur asin bakar dijual dengan harga Rp1.500/butir, lebih mahal daripada telur asin rebus yang Rp1.300/butir, dan telur asin mentah Rp1.100/butir. Pembeli telur asin kebanyakan pelintas pantura yang kebetulan melewati depan tokonya, warga setempat, dan pedagang di Jakarta.
Di Brebes, sedikitnya terdapat 90 pedagang telur asin yang membuka kiosnya di sepanjang jalan Diponegoro sampai memasuki kota. Persaingan usaha telur asin di wilayah ini cukup sengit sehingga rasa telur asin yang ‘pas’ menjadi penting.
“Saya terus berusaha membuat telur asin yang tidak terlalu asin tapi masir karena umumnya konsumen maunya begitu,” ujar Komarudin, membuka kiatnya.
Komarudin yang meneruskan usaha orang tuanya, yakni Haji Tariq Makmur (HTM), mendapat pasokan telur itik dari peternak di kawasan Brebes seharga Rp750/butir. Dengan biaya produksi Rp50/butir, maka harga pokok telur asinnya Rp800/butir. Jika harga jual rata-rata Rp1.300, ia mampu meraup laba Rp500/butir atau Rp59 juta/bulan.
Delapan Jam Pemasakan
Menurut Komarudin, komposisi membuat telur asin sebetulnya begitu-begitu saja. Hanya saja, kondisi iklim selama pembuatan harus diperhatikan. “Di musim kemarau, komposisi garam dan ketebalan adonan harus ditambah karena pada saat itu cuaca kering sehingga daya serap garam ke dalam telur berkurang,” terangnya.
Sebaliknya, saat musim penghujan komposisi garam dan ketebalan adonan dikurangi karena udara lembap menyebabkan garam terlalu cepat masuk ke dalam telur. Akibatnya, belum waktunya masir, telur sudah asin duluan.
Untuk membuat telur asin bakar ala Komarudin, telur harus dipilih yang segar, berukuran seragam, dan tidak retak atau pecah. Telur kemudian dicuci bersih dan ditiriskan. Selanjutnya, adonan yang terdiri dari campuran bata, abu, garam kristal, dan air ditempelkan setebal kurang lebih 2 mm ketika kemarau dan 1 mm pada musim hujan.
Telur disimpan selama dua minggu. Setelah itu, telur dibersihkan dari adonan garam dan dicuci untuk selanjutnya direbus selama 6 jam. Untuk membuat telur asin bakar, telur dioven selama dua jam. “Jadi, total pemasakan telur asin bakar itu delapan jam, makanya telur nggak amis dan awet,” papar pria yang sudah 7 tahun menekuni usahanya.
.
Enny Purbani T.