Kamis, 14 September 2006

Stroberi Membuka Jalan di Tegal

Menjual stroberi ala Bandung yang memungkinkan pembeli memetik buah sendiri di kebun kini merambah keluar Jawa Barat. Indah Istiana (29) misalnya, membuka kebun stroberi di sentra sayuran Kecamatan Tuwel, Kab. Tegal, Jawa Tengah. Dengan mengikuti tren, ia memampangkan spanduk bertuliskan "Pondok Iin Stroberi Petik Sendiri" di depan kebun stroberi miliknya. Pembeli bebas memetik buah sendiri dengan tarif Rp35.000,00—Rp40.000,00 untuk tiap kilo stroberi yang dipanennya.

Iin, begitu sapaan akrabnya, mencoba peruntungan bisnis stroberi di wilayah Jateng lantaran di sana belum banyak yang melakukannya. Harapannya, peluang meraup keuntungan masih cukup luas. Ketika ditemui AGRINA di kebunnya, dengan nada ringan lulusan teknik industri sebuah universitas di Jakarta ini menjelaskan hargalah yang menjadi daya tarik. 

Menurut pengamatan dia,  harga stroberi tidak mengalami fluktuasi setajam sayuran dan padi. Dari 4.500 polibag stroberi yang ditanam di lahan seluas 7.500 m2, hanya setengahnya yang berproduksi. Dari setiap 1.000 polibag tanaman yang diproduksi, Iin memperoleh minimal 7 kg dua hari sekali. “Maksimal  produksinya hanya bisa mencapai 20 kilo per dua hari,” paparnya.  Apabila harga buah paling murah Rp35.000,00/kg,  ia dapat mengantungi sekitar Rp3.675.000,00/bulan.

Kendati masih harus menyewa tanah, Iin mengaku keuntungan yang diperolehnya lumayan. "Nyewa tanah di sini murah. Berkah bagi saya karena sebelumnya tanah ini kurang menghasilkan, dan setelah saya sewa hasilnya seperti ini,” katanya lebih lanjut. Meski baru dirintis awal 2006, tapi aktivitasnya telah berkembang pesat. Hanya butuh waktu sembilan bulan ia mampu memperoleh keuntungan.

 

Mencoba Diversifikasi

Saat ini pasar stroberi masih terbuka bahkan persaingannya pun belum seketat buah-buah impor lain. Tak cuma buah segar, Iin juga mengembangkan usahanya untuk menjual produk sampingan berupa sirup yang dibuat dari stroberi masam dan kurang layak jual segar. “Sirup yang saya olah dari stroberi ini masih dalam taraf percobaan. Saya pingin produk saya berbeda dengan sirup stroberi yang ada di pasaran saat ini,” tekadnya. Selain sirup, produk olahan yang saat ini banyak beredar adalah jeli, dodol, dan selai.

Kendati bisnis stroberi ini menjanjikan, tapi tidak mudah untuk dilakoni, khususnya saat musim penghujan datang. Kondisi udara lembap menyebabkan stroberi mudah busuk. Iin mencontohkan saat ia belajar berkebun stroberi di Ciwidey. “Penurunan produksi buah bisa sampai 50% saat musim hujan. Tapi kami di sini belum pernah mengalaminya,” ucapnya.

Iin tahu stroberi akan tumbuh baik pada musim kemarau ketika udara cukup kering. Dengan ketersediaan cahaya matahari yang cukup berlimpah, pertumbuhan daun lebih baik dan menghasilkan buah stroberi lebih manis dan berukuran besar.

Tri Mardi

 

 

 

 

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain