Ozon yang banyak dimanfaatkan dalam dunia kesehatan ternyata juga berguna dalam agribisnis. Produk agribisnis yang gampang rusak dapat diperpanjang kesegarannya dengan ozon, misalnya salak pondoh. Bahkan limbah dari industri tekstil dan gula juga bisa dinetralkan. Tidak hanya warnanya tetapi kandungan zat-zat beracunnya juga jauh menurun.
Demikian hasil penelitian Prof. Dr. Drs. Ir. Kris Tri Basuki, M.Sc., dari Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta.
Menurut Kris, kemampuan ozon memperpanjang umur simpan produk-produk pertanian disebabkan karena gas tidak berwarna ini mempunyai daya oksidasi dan disinfeksi terhadap bakteri pembusuk. “Hampir semua bakteri pembusuk bisa (dikendalikan). Yang sudah kita lakukan adalah pada tebu dan salak pondoh. Namun pada prinsipnya, semua produk agribisnis bisa diawetkan. Saat ini kita akan melakukan kerjasama dengan Dinas Pertanian Sleman untuk cabai,” terangnya kepada AGRINA.
Menekan Bakteri dan Virus
Yang menarik, efek pengawetan ini sama sekali tidak mencemari lingkungan. Bahan baku utamanya oksigen dan setelah digunakan pun limbahnya berupa oksigen udara seperti yang kita hirup tiap hari.
Konsentrasi ozon antara 0,1—1,0 ppm juga tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Ruangan kerja akan tetap bersih dan biaya operasionalnya relatif murah. Untuk mengawetkan salak pondoh sebanyak 8 ton hanya diperlukan tambahan konsumsi listrik sekitar satu kilo watt hour (kWh) per hari. “Atau mungkin sekitar Rp1.500/hari,” hitung Kris Tri.
Di samping itu ozon juga menekan pertumbuhan bakteri dan virus dengan cara oksidasi sehingga produk bahan akan tetap dalam keadaan segar. Kemampuan oksidasinya hanya setingkat di bawah fluorin, sedangkan kekuatan disinfeksinya 3.250 kali dari klorin. Ozon mampu menembus hingga ke dalam inti virus dan bakteri sampai pecah sehingga terhambat perbanyakannya.
Saat ini Brasil tercatat sebagai negara yang telah menggunakan ozon bagi industri gula tebunya. Di beberapa negara maju, senyawa triatomik ini dimanfaatkan dalam sterilisasi air minum. Sistem ozonisasi yang ditemukan Kris Tri ini telah diujicobakan di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X Kediri untuk menekan dan mematikan bakteri Clavibacter xyli subsp. xyli yang menyebabkan penyakit ratoon stunting disease pada tebu. Bakteri yang terdapat di seluruh sentra tebu di dunia ini mampu menurunkan produksi hingga 50%. Selain itu ozon juga menekan bakteri Leuconostoc mesentroides yang mengubah nira tebu menjadi tetes.
Bibit tebu tersebut yang direndam dalam 50 liter air dialiri ozon dari generator berkekuatan 100 watt selama 30 menit. Hasilnya, kesehatan bibit tebu meningkat 33%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Kris menyarankan, sebelum ditanam, bibit tebu terlebih dahulu diperlakukan dengan ozon agar terhindar dari penyakit.
Sedangkan pada kasus nira tebu, perlakuan ozon menghambat pembentukan tetes yang berarti menambah terbentuknya sukrose (gula).
Cara Kerja
Prinsip kerja sistem ini sangat sederhana dengan membuat kontak antara ozon dan bahan yang akan diawetkan selama beberapa waktu. Untuk salah pondoh yang mempunyai kulit bersisik tebal perlu waktu kontak sekitar 30 menit jika menggunakan perangkat generator ozon berdaya 1.000 watt.
Atau terus menerus sekitar 10 jam sehari bila hanya memanfaatkan generator ozon berdaya 100 watt. Namun karena ozon berbentuk gas, ruangan simpan sebaiknya tertutup agar senyawa tersebut tidak lepas ke udara bebas. “Ruangan yang digunakan seperti ruangan ber-AC,” terang Kris Tri. Meskipun demikian, curahan ozon pada buah salak pondoh di ruang terbuka masih bisa dilaksanakan. Hanya saja efektifitasnya berkurang.
Pada penelitian Kris Tri Basuki, salak pondoh yang diberi curahan ozon di ruangan terbuka selama 30 menit masih dapat bertahan selama 15—20 hari. Kris mengungkap, BATAN menyediakan jasa perakitan dan sumberdaya manusia untuk membantu petani atau pengusaha agribisnis yang akan mengaplikasikan teknologi ini. “Untuk bahan pembuatan generator yang 100 watt seperti tabung dielektrik, koil, motor, pompa udara sekitar Rp11 juta,” jelasnya.
Harga itu memang cukup mahal. Menurut Kris, mahalnya alat tersebut lantaran komponennya harus dibeli satu per satu. Bila diproduksi massal, tentu harganya akan lebih murah.
Generator ini cukup diletakkan di dalam ruangan dan dia akan menghisap oksigen di udara. Selanjutnya oksigen yang masuk akan dipecah menjadi dua atom oksigen bebas. Atom-atom ini akan kembali berikatan dengan oksigen (O2) menjadi ozon (O3).
Imam