Selasa, 1 Agustus 2006

Bisnis Cabai Manis Menggiurkan

Aneka macam cabai yang dijual di pasar tradisional maupun swalayan dapat digolongkan dalam dua kelompok, cabai kecil (Capsicum frustescen) dan cabai besar (Capsicum annuum). Cabai kecil atau cabai rawit dan cabai merah, karena rasanya pedas, dimasukkan kelompok cabai pedas (hot chilli pepper). Ada juga cabai berukuran besar, rasanya kurang pedas bercampur  sedikit manis, yaitu paprika. Orang barat menggolongkan paprika ke dalam sweet chilli pepper.

Di Indonesia pun, paprika kerap disebut cabai manis. Saat ini produsen paprika terbesar dipegang Spanyol dan Italia. Di sana, paprika merupakan bumbu utama untuk membuat pizza dan spaghetti.

Tanaman asli Amerika Latin ini mulai dikenal dan diusahakan di Indonesia pada awal 1990-an. Buahnya besar dan gendut mirip buah kesemek. Benih paprika lebih banyak didatangkan dari luar negeri, antara lain Belanda, Jepang, dan Taiwan. Buah parika yang dijual di pasar swalayan, kebanyakan berwarna hijau dan merah. Padahal ada juga paprika yang berwarna kuning, oranye, dan ungu.

 

Belum Tergarap

Budidaya paprika tampaknya menjanjikan. Paling tidak, itulah yang dirasakan beberapa petani di kawasan sentra sayuran di Cisarua, Bandung. Betapa tidak, selain banyak diserap pasar dalam negeri, paprika dibutuhkan pula untuk ekspor. Permintaan ekspor dari Singapura saja mencapai 20 ton/minggu. Angka ini belum bisa dipenuhi para petani di sana.

Ada 32 ha lahan yang dijadikan sentra paprika di kawasan Bandung. Areal tersebut, tepatnya berada di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, dan Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung.

Asep Tisna, salah seorang petani yang berhasil mengekspor paprika ke Hydrofresh, importir Singapura, menyebutkan, pihaknya baru bisa mengirim paprika sebanyak 5—8 ton/minggu. “Rata-rata masih kurang dari 10 ton per minggu,” ujar Asep, pimpinan ASB Farm saat ditemui di kediamannya.

Jumlah itu berasal dari 5 ha lahannya, ditambah kemitraan dengan empat kelompok tani. Kendati luas lahan cukup besar, lanjut Asep, pola tanam yang tidak seragam dan teratur, menyebabkan panen tidak seragam pula. “Makanya sekarang kita sedang merumuskan konsepnya agar panen tidak terputus,” ujarnya saat ditemui tengah berdiskusi dengan Sutardi, petani paprika yang juga Ketua Koperasi Petani Mitra Sukamaju Desa Pasirlangu, Cisarua.

Kualifikasi paprika untuk ekspor, selain kulitnya mulus, ukuran buah juga mesti seragam. Diameter buah 80—110 mm, panjang 0—20 mm lebih panjang dari diameter buah, warna cerah, tidak cacat dan bentuk block type. Sementara paprika untuk pasar domestik tidak ada standar khusus.

Asep menambahkan, sebenarnya selama beberapa tahun, paprika Lembang juga berhasil diekspor ke Taiwan. Hanya saja ekspor itu dihentikan pada 2003 karena paprika Lembang dituduh tercemar lalat buah.

Menurut Sutardi, kebutuhan paprika untuk pasar domestik juga sangat tinggi. “Sekarang banyak restoran cepat saji, hotel, dan kafe menghidangkan menu makanan dengan menggunakan bumbu paprika. Terutama untuk bahan baku salad,” ungkapnya. Apalagi di kota besar seperti Jakarta dan Bandung, yang marak dengan kafe serta restoran modern, permintaan paprika per tahun cenderung meningkat.

Tingginya minat petani Cisarua bertanam paprika lantaran harga paprika di pasaran relatif stabil bila dibandingkan cabai jenis lain. Sutardi mengaku, jenis paprika hijaunya laku dijual sekitar Rp7.000,00—Rp8.000,00/kg, sedangkan yang merah dan kuning berkisar Rp13.000,00—Rp18.000,00/kg. “Untuk menyeimbangkan permintaan domestik dan ekspor, kami membentuk Asosiasi Petani Paprika Indonesia,” imbuhnya.

 

Dinaungi

Di daerah tropis seperti Indonesia, paprika hanya dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian sekitar 800—1.500 m di atas permukaan laut. Suhu yang diperlukan berkisar antara 18oC—23,5°C. Tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah tanah subur dengan kelembapan cukup dan pH 5,5—7. Kondisi tersebut dapat ditemui di sentra sayuran, misalnya Tanah Karo (Sumut), Bogor, Lembang, Cisarua, Pangalengan (Jabar), kawasan Dieng (Jateng), dan Malang (Jatim).

Seperti cabai lainnya, sebelum ditanam, biji paprika terlebih dahulu disemaikan. Petani di Bandung membuat persemaian pada kantung plastik kecil, berisi satu biji/kantung. Umur benih yang siap dipindahkan sekitar 14—21 hari.

Di Cisarua, Bandung, para petani membudidayakan paprika di bawah naungan plastik. Paprika ditanam dalam polibag besar. Tiap polibag berisi satu tanaman. Polibag disusun berderet dengan jarak tanam 50 cm x 90 cm.

Pemeliharaan dilakukan sama seperti pemeliharaan cabai besar lainnya. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembapan tanah. Pada umur sekitar 18 minggu sejak penyemaian hingga penanaman, paprika sudah dapat dipanen.

Muhanda

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain