Senin, 24 Juli 2006

Manisnya Baby Orange Malang

Di kaki Gunung Putri Tidur, kawasan Gunungan Kawi dan Panderman Kecamatan Dau, Kab. Malang, Jatim, terhampar lebih dari 400 ha tanaman jeruk manis. Tanaman ini tersebar di Desa Selorejo, Tegalweru, Sonokerto, Gading Kulon, dan Petung Sewu. Di kawasan pegunungan berketinggian 600 m dpl ini sudah sejak 1980-an ditanami jeruk manis. Kini populasinya mencapai 250.000 batang.

“Sampai saat ini belum ada tanaman jeruk manis yang dibongkar sehingga ada yang berumur 20 tahun dengan tinggi 5 meter dan tetap produktif,” ungkap Sri Andiwati, petani jeruk manis kepada AGRINA di kebun jeruk manisnya di  Desa Tegalweru.

 

Tiga Jenis Unggulan

Jenis jeruk manis ada tiga. Japfa atau Java, jenis jeruk baby paling manis. “Buah masih muda sudah terasa manisnya,” jelas Andiwati. Ada juga jenis Pacitan yang lumayan manis segar dengan kandungan air banyak. Sedangkan yang suka rasa asam manis, bisa mencoba jenis Valencia. 

Hasil panen jeruk manis ini dipasok ke kota besar di Jawa dan Kalimantan. Selain pasar tradisional, jeruk ini juga merambah pasar swalayan. “Sayangnya, semenjak serbuan buah impor sejenis, pasar jeruk manis asal Malang ini agak menyusut,” keluh wanita yang juga mengelola toko pertanian Mitra Abadi di tengah kawasan perkebunan jeruk Tegalweru.

Jeruk manis Malang ini panen sepanjang tahun. Panen besar terjadi dua kali setahun, sedangkan panen apitan (panen susulan) 4 kali setahun. Selepas panen, petani segera memangkas sisa tangkai dan bentuk, melakukan pemupukan serta penyemprotan. Tidak lebih sebulan, tanaman sudah berbunga lagi. Dari bunga sampai panen dibutuhkan waktu 5—7 bulan.

 

Per Pohon 100 kg

Perawatan jeruk manis lumayan mudah. Hama penyakit tidak terlalu banyak. Hama kebanyakan jenis tungau, belalang, dan lalat buah serta beberapa serangan jamur pada batang. “Biasanya cukup disemprot campuran belerang, insektisida ringan dan fungisida berbahan aktif mankozeb sebulan 3—4 kali sudah sehat kembali,” jelas Andiwati.

Kondisi lahan yang berupa tegalan dan kelembapan udara tidak terlalu tinggi membuat kawasan ini ideal untuk tanaman jeruk manis. Jadi, jangan heran bila masuk kawasan ini benar-benar masuk desa jeruk karena sampai pekarangan rumah pun dijejali tanaman jeruk manis yang berbuah lebat.

Kerapatan populasinya sebanyak 500 pohon/ha dengan produktivitas cukup tinggi. Tanaman pemula umur 2—4 tahun saja dapat menghasilkan 20—50 kg/pohon.  Sedangkan yang di atas umur 10 tahun, panennya bisa mencapai 1 kuintal/pohon.

Sri Andiwiati, pengelola sekitar 2.000 batang berbagai umur, paling tidak bisa panen lebih dari 150 ton/tahun. Biaya produksi yang dikeluarkannya sekitar Rp50 juta—Rp75 juta tergantung kondisi tanaman. Kalau dihitung per batang, biaya produksi sekitar Rp25.000,00 saja. Omzet kebun jeruk ini cukup menggiurkan karena dapat mencapai Rp150 juta—Rp200 juta/tahun.

Tri Pranowo

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain