Higienitas merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan biosekuriti. Karena itu diperlukan pengetahuan memadai tentang disinfektan sebagai sarana penunjang utama. Idealnya, suatu disinfektan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Berspektrum luas: mampu membunuh dengan cepat sejumlah mikroorganisma, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dan mikoplasma. Juga, mempunyai waktu kontak yang lama sehingga daya bunuh terhadap mikroba patogen lebih efektif.
2. Stabilitas tinggi: larutan yang sudah dicampur tetap stabil. Artinya, tanpa dipengaruhi pH pelarut, kesadahan air, temperatur, dan adanya bahan-bahan organik yang dapat mempengaruhi kemampuan zat aktifnya.
3. Aman: dalam pemakaiannya bagi hewan dan manusia. Tidak korosif, tidak menyebabkan kulit, tidak karsinogenik, dan ramah lingkungan.
Beberapa tipe disinfektan yang biasa digunakan untuk aplikasi sanitasi maupun disinfeksi, antara lain:
1. Halogen (Iodine dan Clorine)
Golongan ini gampang dinetralisasi oleh bahan-bahan organik, tapi tidak dipengaruhi kesadahan air. Namun efikasinya menjadi rendah akibat pengaruh cahaya yang kuat, misalnya matahari.
2. Cresylic Acid (asam kuat)
Aktivitas residual sangat baik dan efektif dalam membunuh beberapa macam mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Namun daya kerjanya dapat dipengaruhi oleh kesadahan air dan bahan organik. Golongan ini juga bersifat iritatif, korosif, dan baunya sangat menyengat.
3. Phenol
Sangat familiar karena baunya khas dan banyak digunakan di beberapa rumah sakit. Kualitas disinfektan ini berbeda-beda, sehingga mempengaruhi efektivitas daya bunuhnya. Juga bersifat iritatif dan tidak ramah lingkungan.
4. Ammonium quarternary
Banyak digunakan sebagai single active ingredient disinfectant atau kombinasi dengan senyawa lain. Berspektrum luas, tetapi daya kerjanya dipengaruhi oleh bahan organik dan kesadahan air. Senyawa ini memiliki banyak derivat dengan ikatan rantai karbon yang bervariasi untuk meningkatkan efektivitas zat aktifnya .
5. Formaldehyde
Termasuk formalin. Sering digunakan karena mudah didapat dan murah. Meskipun aktivitasnya lambat, daya bunuh terhadap beberapa mikroba cukup kuat. Tetap aktif pada media air sadah maupun saat kontak dengan bahan organik. Kelemahannya, berbau sangat kuat, iritatif, sangat toksik, dan karsiogenik.
6. Peroksida
Dapat digunakan sebagai bleaching, terutama untuk mengeliminasi biofilm pada permukaan tempat minum. Sebagai disinfektan, senyawa ini mempunyai aktivitas mikrobial berspektrum luas, ramah lingkungan, dan mampu bekerja optimal pada permukaan bahan organik. Kelemahan, harga relatif mahal, bersifat korosif, dan iritatif.
7. Glutaraldehyde
Serumpun dengan formalin. Mempunyai aktivitas virusidal, bakterisidal, fungisidal, dan algasidal. Tetap mampu bekerja pada bahan organik maupun air bersadah tinggi. Sedikit iritatif, tetapi tidak korosif dan stabil pada larutan.
Esensial
Peternakan unggas berisiko tinggi terhadap infeksi mikroorganisme. Maklum, usaha itu merupakan kegiatan intensif yang terus menerus dilakukan di tempat sama. Hal itu menuntut peternak untuk dapat menerapkan tindakan biosekuriti sesuai standar prosedur yang berlaku. Biosekuriti menjadi faktor esensial agar peternak meraih keuntungan optimal.
Mesti dipahami, tindakan disinfeksi atau sanitasi, bukan berarti menghilangkan semua mikroba. Akan tetapi, dengan teknik dan prosedur yang benar, disinfeksi akan mampu mengurangi populasi bakteri sampai 99%. Sisa bakteri akan dapat membantu dalam proses pembentukan imunitas/pengebalan alamiah pada hewan.
Supaya mendapatkan hasil yang baik, ada prosedur dasar yang bisa diterapkan dalam melaksanakan disinfeksi di kandang. Urutan pelaksanaannya dapat menggabungkan antara disinfeksi atau disinsektisasi. Langkahnya meliputi proses disinsektisasi, pengangkatan peralatan kandang, pembersihan dengan air, pembersihan dengan deterjen, disinfeksi, periode kosong kandang, dan disinfeksi akhir atau fumigasi.
Kegiatan disinsektisasi (menggabungkan aplikasi insektisida dan disinfektan dalam waktu yang bersamaan), sebagai langkah awal yang penting dilakukan. Mengingat, setelah panen, masih ditemukan beberapa jenis serangga yang terbukti sebagai pembawa penyakit. Misalnya, lalat kandang (Musca domestica) sebagai vektor penyakit Salmonelosis, Kolibasilosis, atau penyakit mulut dan kuku. Sementara kumbang (Alphitobius diaperinus), sebagai vektor penyakit Gumboro, Mareks, atau Salmonelosis.
Pembersihan kandang dengan air dilanjutkan menggunakan deterjen menghilangkan sebagian besar kotoran dan bahan-bahan organik. Cara ini mampu mengurangi populasi bakteri sampai 90%.
Disinfeksi pertama, adalah langkah kelanjutan dari pembersihan kandang. Dilakukan dengan cara penyemprotan pada seluruh permukaan kandang. Peralatan kandang juga perlu dibersihkan.
Tindakan selanjutnya, fumigasi. Selain efikasi disinfektan lebih optimal, cara ini akan meningkatkan efektivitas daya bunuh mikrobial.
Keberhasilan biosekuriti tidak semata-mata didasarkan pada tindakan disinfeksi. Tapi, diperlukan perencanaan yang berkesinambungan dan terintegrasi. Aturan yang ketat dari alur lalulintas di lingkungan peternakan dan disiplin merupakan kunci sukses biosekuriti.