Disinyalir, 130 kontainer paha ayam (chicken leg quarter/CLQ) asal Amerika Serikat bakal masuk ke wilayah Indonesia. “Informasi terakhir (minggu pertama April, Red.), ditemukan 19—20 kontainer yang diduga kuat berisi CLQ. Kini barang tersebut ada di Pelabuhan I Tanjung Priuk, Jakarta,” tandas Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), Don P. Utoyo. Memang, lanjut dia, awalnya akan masuk 130 kontainer.
Kejadian tersebut, langsung ditanggapi Kepala Badan Karantina Pertanian, Deptan, Syukur Iwantoro. Dia memerintahkan Kepala Stasiun Karantina Hewan Tanjung Priuk untuk melakukan penyisiran di pelabuhan. ”Hasilnya, tidak ditemukan CLQ maupun meat & bone meal (MBM) yang dibongkar di terminal satu,” ungkapnya melalui pesan singkat. “Kontainer yang diduga berisi CLQ itu belum dibuka dan diperiksa sesuai prosedur karena masih menunggu importirnya,” timpal Don.
Ilegal
Dirjen Peternakan, Mathur Riady menegaskan, sejauh ini pemerintah belum mengeluarkan izin impor untuk paha ayam. “Jika tidak ada izin, maka impor CLQ itu ilegal,” tegasnya.
Pemerintah, lanjut Dirjen, tidak ingin mengimpor CLQ, karena produksi dalam negeri cukup untuk memenuhi permintaan. Bahkan ada kecenderungan berlebih. Selain itu, unsur kehalalan yang masih diragukan juga menjadi pertimbangan Deptan untuk tetap menolak masuknya CLQ dari Amerika maupun Eropa.
Namun, menurut Tri Hardiyanto, Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), saat ini ada beberapa orang yang meminta pemerintah membuka kebijakan impor paha ayam. Padahal, paha ayam asal AS tidak layak konsumsi dan diragukan kehalalannya. Di negara AS sendiri, paha ayam tersebut dianggap limbah. "Apabila pemerintah memberi izin impor, berarti pemerintah tidak menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib peternak yang sedang terpuruk," ujar Tri.
Bisa Hancur
Menurut para peternak, paha ayam impor merupakan ancaman tetap bagi keberlangsungan industri peternakan unggas nasional. Oleh sebab itu, peternak dan pemangku kepentingan terkait harus bekerja keras dan bekerja sama agar bisa memproteksi industri perunggasan nasional.
“Jelas, paha ayam impor mengancam peternakan unggas Indonesia,” ucap Don. Belum lama, lanjut dia, kita bebas dari krisis moneter. Kini masuk komoditas (CLQ) yang harganya jauh lebih murah. Ini bakal merusak bisnis perunggasan. Namun perlu diwaspadai, belum tentu barang yang murah itu aman.
Lebih jauh, Don menguraikan, jika paha ayam impor itu beredar di pasaran Indonesia, pasaran daging ayam lokal yang saat ini telah kembali membaik pada kondisi normal, yaitu Rp7.000,00—Rp9.000,00/kg, akan hancur. “Jika dibandingkan paha ayam impor yang akan dijual sekitar US$0,5/kg (Rp5.000,00), maka akan menjatuhkan harga pasaran,” ucapnya.
Don yakin, isu flu burung diduga kuat merupakan permainan politis agar kebijakan impor paha ayam kembali dibuka. Soalnya, pihak luar negeri, seperti Amerika Serikat, telah mengecam bahwa Asia kurang mampu mengelola peternakan. Karena itu, “Kita perlu melindungi peternak unggas nasional dan mengembalikan kepercayaan masyarakat dunia luar dalam memerangi flu burung," tuturnya.
Yans