Pasalnya aliran lumpur itu telah menyebar ke berbagai penjuru sehingga mengakibatkan sendi-sendi kehidupan manusia terganggu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ribuan jiwa mengungsi sampai waktu yang belum ditentukan, lahan pertanian yang begitu luas rusak, jalur transportasi lumpuh dan roda perekonomian pun terganggu.
Belum lagi penyakit yang lazimnya dialami oleh warga pengungsian. Setelah berbagai pihak duduk bersama untuk mencari solusi, bukan mencari siapa yang salah, akhirnya pemerintah pun mengambil sikap untuk menanggulangi masalah tersebut secara serempak.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro seusai memimpin rapat penanggulangan musibah kebocoran pipa gas mengatakan, upaya pemerintah untuk memecahkan permasalahan yang menumpuk, utamanya dari segi teknis, adalah membuka jalur transportasi yang lumpuh dengan memfungsikan jembatan penghubung Bailey.
Setelah berfungsi, diharapkan sejumlah permasalahan yang menumpuk akibat meluasnya lumpur dapat ditangani satu per satu. Sementara mengenai menyemburnya lumpur dari pipa gas itu, jika melihat dari fakta yang ada, menurut pemerintah, adalah timbul dari kedalaman sekitar 2.000 meter di bawah permukaan laut. Sementara pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas telah mencapai kedalaman sekitar 3.000 meter di bawah permukaan laut.
Sumber: El Shinta