Jumat, 26 Mei 2006

JAMUR DEWA, SESAKTI NAMANYA

 

Jamur Agaricus blazei Murril (ABM), termasuk keluarga Agaricaceae. Di Indonesia, jamur yang masih kerabat dekat dengan Shiitake (Lentinus edodes) ini, disebut Jamur Dewa. Di kota asalnya, Piedade, Saupaulo, Brasil, disebut Cogumello Do Sol atau Cogumello De Deus, penemunya. Di Jepang orang menyebutnya Himematsutake.

 

Jamur ABM hanya dapat tumbuh pada suhu 35oC siang hari dan 20—25oC malam hari serta kelembapan 80%. “Kondisi iklimnya harus benar-benar terukur. Kalau tidak, jamur yang dihasilkan tidak bagus,” kata Puji Astuti, Apt, QC & RND CV Agaricus Sido Makmur Sentosa (ASIMAS), di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang membudidayakan dan membuat produk jamurnya.

 

Selain di Brasil, Jepang, Korea, dan Amerika, ABM juga sudah bisa dibudidayakan di Indonesia. Salah satunya dikembangkan ASIMAS. “Selain menyuplai Jamur Dewa, kita juga menyuplai jamur tiram putih, coklat, dan jamur kuping,” kata Puji kepada AGRINA.

 

Obat Segala Macam Penyakit 


 

Serat pada sayuran dikatakan dapat mencegah kenaikan kadar gula darah. Jamur ABM mengandung sekelompok serat sayuran seperti beta D Glucan, heteropolisakarida (substansi pektin dan hemiselulosa) dan khitin, sehingga sangat baik bagi penderita diabetes (kencing manis). Selain dapat mencegah arterioskleroris (pengerakan pada pembuluh darah), ABM juga mengandung asam linoleat yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah.

 

Ada enam jenis polisakarida polimer tinggi pada ABM, yang merupakan komponen aktif pencegah atau penghambat pertumbuhan sel kanker. Yaitu polisakarida netral (beta D Glucan, xyloglucan), heteropolisakarida asam (uronyde, sejenis galactoglycan), polisakarida protein (peptide glycan) dan elemen asam nukleat (protein ribonukleat).

 

Senyawa beta D Glucan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Selain sebagai antivirus, termasuk HIV (pencetus penyakit AIDS), senyawa ini juga dapat mengatasi trauma berat dan radiasi. Selain sebagai antioksidan (zat yang dapat mencegah reaksi oksidan dengan oksigen, sehingga dapat memelihara kesehatan sel-sel pada tubuh), senyawa beta D Glucan juga dapat meningkatkan daya kerja antibiotik (obat mengatasi jasad renik).

 

Selain itu ABM merupakan makanan yang kaya akan nutrisi karena mengandung bermacam-macam asam amino, Vitamin B dan D, magnesium, potasium dan lain-lain.

Untuk itulah ASIMAS menghasilkan produk Jamur Dewa yang mudah dikonsumsi dalam bentuk teh celup (Agaric Tea) dan kapsul (Diabetes Drop dan Agaric Pure 100). Produk ini terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan kode TR (produk jamu). Harga Agaric Tea Rp15.000,00, sedangkan Diabetes Drop dan Agaric Pure 100 (berisi 50 kapsul), harganya Rp50.000,00. “Selain memenuhi pasaran dalam negeri, kita juga ekspor ke Jepang,” kata Pudji, alumni Universitas Surabaya.

 

Keberadaan Jamur Dewa ini memang banyak menolong penderita. Misalnya, Darmono (43), mengaku gatal-gatal pada kulit di seluruh tubuh. Setelah beberapa minggu mengonsumsi Jamur Dewa, penyakitnya berangsur hilang dan tidak pernah kambuh.

Hal senada diungkapkan Soejono (70). ”Saya hampir putus asa menyembuhkan penyakit diabetes sejak belasan tahun, akhirnya saya mencoba minum kapsul Jamur Dewa secara teratur, kadar gula saya turun dratis, hampir mendekati normal,” katanya.

 

Budidaya Jamur Dewa

Budidayanya sendiri terbilang cukup sulit seperti penuturan Nirwan Eko S., Asisten Staf Farm Pembibitan dan Media ASIMAS. ”Jamur Dewa ini terbilang cukup sulit, harus benar-benar memperhatikan kondisi lingkungan dan suhu, kalau tidak jamur yang dihasilkan tidak memenuhi kualitas sebagai obat,” katanya.

Pertama, disiapkan kultur jaringan atau media agar untuk pembibitan. Bibit ditempatkan pada botol kecap dan telah dimasukkan otoklaf selama 45 menit. Ketika berusia sebulan, benang jamur (miselium) sudah tersebar dan siap dipindahkan ke media serbuk kayu gergaji.  Serbuk ini yang bagus sudah mengalami panas dan hujan.

 

Serbuk kayu tersebut dicampur dengan bekatul, tepung, jagung dan kapur, dengan perbandingan 100 : 16 : 6: 0,7. Pemindahan ke media dilakukan dalam ruang pemeraman (inkubasi). Sebulan kemudian, dipindah ke media kompos (yaitu jerami yang digiling dan dicampur ampas tebu dan kotoran ayam selama satu bulan, selama itu media dibolak-balik tiga kali).

Menurut Samuji, juga Asisten Staf Farm Pemeliharaan dan Pemasaran ASIMAS, sekitar tiga minggu di ruang pertumbuhan, calon kepala jamur mulai kelihatan. ”Yang utama selama perawatan adalah menjaga kelembaban dan suhu ruang rumah jamur (kumbung jamur),” tuturnya.

 

Panen dilakukan 5---7 hari setelah di ruang pertumbuhan. Panen Jamur Dewa ini susah-susah gampang, belum tentu setelah 5—7 hari dapat dipanen, tergantung ukuran dan bentuk jamur. ”Terlalu mekar tidak bagus, terlalu kuncup juga tidak bagus,’’ kata Samuji.

Jamur Dewa, meski pembudidayaannya rumit, toh khasiatnya cukup banyak.

 

Uphie

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain