Jumat, 26 Mei 2006

Tembakau Bawah Naungan. Apa Pula Itu?

 

Masyarakat Jember sudah terbiasa menanam tembakau sampai mendarahdaging. Tidak mengherankan bila pemda setempat menjadikan daun tembakau sebagai salah satu gambar yang menghias lambang daerahnya.

Kondisi topografi daerah ini berbukit-bukit dan tanahnya yang subur menguntungkan bagi tanaman tembakau di Jember. Maka tidak salah bila daerah eks Karesidenan Besuki, Jember, ini menjadi salah satu sentra tembakau selain Dataran Deli di Sumatera Utara.

 

Hasil Analisis

 

Lantaran rentan serangan hama penyakit, budidaya tembakau BNO dilakukan di bawah naungan. Tembakau bawah naungan (TBN), awalnya merupakan jawaban dari kesulitan yang dihadapi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X.

Menurut penemu TBN, Abdul Kahar Muzakir, saat itu PTPN X bertugas menanam tembakau BNO untuk pasar lelang di Jerman. Dalam perjalanannya, tembakau diketahui sangat tergantung pada cuaca sehingga volume produksi dan kualitasnya berfluktuasi.

 

Saat Abdul Kahar menjadi Direktur PTPN X pada 1984, permintaan tembakau untuk dekblad meningkat. Sedangkan BNO yang dihasilkan kadang bagus, kadang hilang dari pasaran karena keadaan iklim yang sangat fluktuatif. Pada tahun yang sama, seorang pembeli Jerman, Mr. Max Burger dari Burger Sohn AG meninjau gudang tembakau yang ada di Ajung. Dari hasil pertemuan itu diketahui penyebab BNO sulit untuk diproduksi sebagai deblad. “Tidak ratanya warna daun mungkin karena sentakan sinar matahari, dan harus dikurangi dengan memakai waring (kelambu/jaring/net, Red.),” jelas Kahar

 

Perbincangan berlanjut. Akhirnya terjadi kesepakatan, Jerman akan membeli semua hasil tembakau yang diberi naungan, bagaimana pun keadaaannya. Kahar pun lantas mencari berbagai referensi tentang penggunaan naungan seperti tembakau di Deli.

Dari 15 ha lahan yang disiapkan PTPN X, hanya 12 ha yang direalisasikan. Terbagi dua lokasi masing-masing 6 ha di Sukowono dan Ajung. Penanaman dimulai pada April bersamaan dengan penanaman BNO.

 

Naungan yang digunakan masih memakai waring bahan bangunan berwarna biru dan tambahan material, yaitu gebok (bahan dari daun palem). Namun, waring tersebut tidak bertahan lama dan gampang sekali sobek. Akibatnya tanaman tembakau di lokasi Sukowono gagal total. Di Ajung sendiri setelah melalui proses fermentasi masih terlalu kehijauan, tapi masih ada harapan untuk diperbaiki.

Kesalahan kemudian diperbaiki. Atas bantuan temannya, Wolfgang Köhne dari Hellmering Köhne & Co, Bremen Jerman, Kahar mendapat kiriman waring buatan Amerika untuk luasan 50 ha. Sebagian potongan waring dianalisis di laboratorium Pertamina unuk mengetahui bahan plastik yang digunakan. Hasil analisis dibawa ke pabrik plastik di Malang untuk dibuat tiruannya. Sejak saat itu hampir semua penanaman TBN di Jember menggunakan waring model ini. 

 

Monopoli Geografis

 

Keutamaan TBN ini adalah penggunaan waring dan kondisi mikro yang dibuat. TBN sebaiknya ditanam pada akhir musim penghujan sehingga pada waktu tanaman TBN itu tidak mengalami fluktuasi iklim. Soalnya, pada musim kemarau situasi lebih stabil.

Kelembapan lebih tinggi dibandingkan di luar waring dan penerimaan sinar matahari yang hanya 70% menyebabkan daun menjadi lebih lebar, lebih panjang, tipis, dan seratnya lebih lemah. ”Karena kondisi tanaman yang lemah diperlukan tali dari plastik additive antiultraviolet sepanjang 170 cm agar batang tidak mudah tumbang oleh angin,” urai Kahar.

 

Selain itu, keunikan dari tembakau ini mempunyai sifat monopoli geografis. Maksudnya, TBN di daerah satu dengan daerah lain tidak akan sama karena kondisi tanah, air, kelembapan, dan sinar matahari berbeda.

Perbedaan itu meliputi jenis, warna, dan taste. Warna terdiri dari perpaduan unsur kualitas seperti kepadatan jaringan, tebal, tipis, kehalusan, tekstur, struktur, daya bakar, kandungan kimiawi, dan toxic.

Dari sisi taste disukai pabrik rokok tertentu, interensik (sifat suka dari dalam manusia), organoleptik (pegangan liat atau bagaimana), dan permintaan pasar.

 

Dikelola Koperasi

Saat ini TBN diusahakan oleh Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara yang berdiri sejak 28 Juli 1990 di Jember. Salah satu pendirinya adalah Abdul Kahar Muzakir yang juga bertindak sebagai ketua. Seiring dengan berjalannya waktu, Koperasi Agrobis TTN ini telah mendapat ISO 9001-2000 pada 2003.

Areal pengembangan TBN di sana seluas 200 ha. Tersebar di Kecamatan Jenggawah, Ajung, dan Kalibaru- Banyuwangi.

 

Menurut Imam Wahid Wahyudi, Manajer Produksi Koperasi Agrobis TTN, untuk penanaman TBN tahun ini dimulai di lahan sewa pada Maret dengan sistem sewa petani, melalui perjanjian tertulis saling menguntungkan. Pola kemitraan dengan petani juga dikembangkan, tapi tidak begitu banyak. Misalnya, petani menyediakan lahan 2 ha dan teknisi serta sarana produksi dari pihak koperasi.

Uphie

 

Teks:

Tembakau hasil budidaya di bawah naungan disimpan di gudang (Uphie)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain