Foto: NFA
Input produksi merupakan aspek penting untuk peningkatan produksi tanaman pangan
SUBANG (AGRINA-ONLINE.COM) – Adanya ekosistem perberasan nasional yang terintegrasi sejak hulu sampai hilir merupakan salah salah solusi pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Upaya perwujudan ekosistem itu telah diinisiasi oleh Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama ID Food dan PT Sang Hyang Seri (SHS) serta didukung penerapan teknologi produksi padi dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), PT Teknologi Biota, dan MSP-65 melalui Demonstration Area (Dem Area).
“Adanya pilot project seperti pada Dem Area seluas 47,25 hektar disini menjadi contoh suatu ekosistem beras yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ini akan menginspirasi semangat kita untuk terus memperkuat pasokan CBP di Perum Bulog, sehingga ketergantungan terhadap impor beras dapat mulai teratasi,” ungkap Kepala NFA Arief Prasetyo Adi pada saat melakukan panen padi di Dem Area yang berlokasi di lahan PT SHS Sukamandi, Subang, pada Jumat (20/10/2023).
Arief menyebutkan pencapaian hari ini merupakan kolaborasi bersama dengan banyak pihak. Ia katakan terobosan seperti ini penting diimplementasikan secara masif, karena dapat menyokong adanya stabilitas ketersediaan stok dan harga beras, terlebih dalam antisipasi dampak fenomena El Nino. Sinergitas ini perlu dikuatkan lagi dengan mengoptimalkan peran Kementerian Pertanian yang memang fokus pada peningkatan produksi pangan nasional.
“Kementan akan meningkatkan input produksi seperti benih, pupuk, alsintan dan ketersediaan air karena ini menjadi aspek penting dalam upaya peningkatan produksi,” ungkap Arief yang juga Plt. Menteri Pertanian.
Arief memastikan bahwa penguatan sinergitas akan terus dilakukan salah satu nya dengan meningkatkan fungsi dan peran BSIP Padi Sukamandi bersama stakeholder terkait melalui penyediaan benih berkualitas untuk kejayaan benih Indonesia.
“Bapak Presiden Joko Widodo telah mengingatkan kita semua untuk dapat saling bergotong royong dalam upaya mitigasi dampak El Nino. Untuk itu, dari Juli sampai hari ini, kita bahu membahu mewujudkan Dem Area ini dan menjadi kebanggaan bagi kita bersama, Bapak Presiden Joko Widodo menyempatkan melihat langsung pada 8 Oktober lalu,” tutur Kepala NFA.
“Ke depannya skema seperti closed loop berbentuk ekosistem terintegrasi hulu hilir ini dapat direplikasi dan dikembangkan secara luas dan masif ke berbagai daerah. Dalam hal ini, NFA memastikan penyerapan hasil panen disini telah ada yang menjadi offtaker, baik untuk komersial maupun pemenuhan stok CBP,” sambungnya.
Direktur Utama PT Sang Hyang Seri Adhi Cahyono Nugroho menjelaskan, secara keseluruhan produksi padi di kawasan Dem Area berada di lahan seluas 47,25 hektar dan terbagi menjadi 3 blok, terdiri dari Blok S20 yang menggunakan varietas padi Inpari 48 dan Mantab pada luas lahan 16,25 hektar. Pada blok ini diterapkan teknologi dari BRIN dan dilakukan supervisi langsung oleh BRIN.
Sementara supervisi di Blok S18 ditangani oleh PT Teknologi Biota pada luasan 16,10 hektar dengan varietas padi Mantab. Terakhir, di Blok S17 yang seluas 15 hektar diterapkan teknologi MSP-65 dan telah memperoleh hasil ubinan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Subang dengan produktivitas di atas 6 ton per hektar.
"Melalui Dem Area ini kita dapat menciptakan area pertanian efisien dan produktif dengan menciptakan budidaya terbaik. Dem area ini momentum transfer knowledge. Untuk mendapat pengetahuan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan produktivitas hasil panen dan mendukung pemenuhan stok pangan nasional," ungkapnya.
Terkait ketersediaan stok beras yang ada di Bulog, per 18 Oktober masih secured di 1,5 juta ton. Pengadaan beras yang berasal dari dalam negeri tercatat mencapai 874 ribu ton dan dipergunakan untuk berbagai program pemerintah. Progres penyaluran di tahun ini untuk beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tercatat di 844,5 ribu ton dan untuk bantuan pangan beras tahap kedua telah mencapai 384,7 ribu ton.
“BPS kemarin sudah merilis adanya koreksi data produksi beras untuk konsumsi pangan di tahun ini menjadi 30,90 juta ton. Ini artinya mengalami penurunan 2,05 persen atau sebanyak 645,09 ribu ton dibandingkan tahun lalu. Untuk itu, kita selalu fokus pada ketersediaan stok CBP yang memadai, terutama untuk carry over di akhir tahun nanti. Kita dorong terus penyerapan CBP dari produksi dalam negeri,” pungkas Arief.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengapresiasi sinergitas yang terbangun untuk menciptakan ekosistem pangan yang terintegrasi hulu hilir.
"Kami masuk dalam ekosistem pangan nasional di sisi hulu berupa pengembangan varietas. Termasuk di dalamnya penelitian budidaya hingga teknologi pasca panen. Karena rantai hulu hilir ini tidak boleh terputus, dan seperti yang disampaikan Pak Arief, kita tidak bisa sendiri, butuh kerja sama yang harus diimplementasikan sehingga menjadi kekuatan ekonomi kita ke depan," ujarnya.
Turut hadir dalam panen bersama tersebut Anggota Komisi VIII DPR Mindo Sianipar, Pejabat Eselon 1 Lingkup Badan Pangan Nasional, Pejabat Eselon 1 Lingkup Kementerian Pertanian, Bupati Subang Ruhimat, Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian, Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov Jabar Dadan Hidayat serta Direksi Holding Pangan ID FOOD.
Sabrina Yuniawati