Foto: Istimewa
Bungaran Saragih - Kita memasuki revolusi industri tahap keempat
“Sistem Agribisnis 4.0 adalah metodologi baru dalam berproduksi. Metodologi yang lebih efektif dan efisien dalam peningkatan produktivitas, nilai tambah, polusi rendah, dan delivery produk secara tepat yang berimplikasi pada peningkatan pendapatan. Sistem Agribisnis 4.0 pasti membutuhkan SDM dari Komunitas 4.0,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Apa yang dimaksud sistem agribisnis 4.0?
Saat ini kita memasuki revolusi industri tahap keempat (Industri 4.0) yang pertama kali diidentifikasi dan dipopulerkan Prof. Klaus Schwab (The Fourth Industrial Revolution) pada 2015. Era baru ini juga disebuteraCyber-Physical System ditandai dengan kehadiran robotic, artificial intelligent, big data, nanotechnology, biotechnology, internet of things, fifth generation wireless technology, additive manufacturing/3D printing, decentralize consensus, dan fully autonomous vehicle.
Teknologi cyber-physical system tersebut diaplikasikan pada semua sektor kehidupan, baik sektor jasa (Jasa 4.0), pengembangan industri (Industri 4.0) maupunkehidupan masyarakat (Komunitas 4.0). Dalam sektor pertanian terwujud antara lain dalam bentuk digitalisasi pertanian (Pertanian 4.0). Di Indonesia Industri 4.0, Pertanian 4.0, Jasa 4.0 dan Komunitas 4.0 sangat terkait dengan sistem agribisnis yang merupakan "rumah" dari sektor-sektor tersebut. Dalam sistem agribisnis, seluruh sektor tersebut dapat diintegrasikan disebut Sistem Agribisnis 4.0.
Bagaimana dengan SDM yang dapat mengembangkan sistem agribisnis 4.0?
Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) merupakan hal pokok yang strategis dan prioritas dalam pembangunan sistem agribisnis 4.0. SDM sistem dan usaha agribisnis merencanakan, melaksanakan, dan menikmati proses produksi. Mereka jugamenanggung risiko dan akibat dari seluruh proses produksi serta mengambil keputusan untuk mengadopsi atau menunda penerapan suatu inovasi dan teknologi.
Dalam era persaingan sekarang ini, yang bersaing sebenarnya bukan komoditas pertaniannya tetapi orang-orang di balik produk itu,baik langsung maupun tidak langsung. Orang-orang inilah yang bersaing dengan rekan-rekannya di negara lain. Jika komoditas kita kalah bersaing, merekalah yang kalah.
SDM paling penting dalam kancah persaingan perdagangan produk pertanian adalah petani, pedagang, dan pengusahanya. Pengembangan wirausahawan dan perusahaan agribisnis dapat diarahkan dalam empat kelompok besar.
Pertama, yang bergerak dalam lingkup subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni industri penghasil barang-barang modal bagi pertanian, seperti perbenihan tanaman dan ternak, agrokimia (pupuk, pestisida, dan obat/vaksin ternak), dan agro-otomotif (alsintan), serta industri pendukungnya.
Kedua, subsistem usahatani (on-farm agribusiness), yakni kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Termasuk dalam hal ini adalah usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, obat-obatan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Ketiga, subsistem pengolahan (down-stream agribusiness), yakni industri pengolah komoditas pertanian primer menjadi produk antara atau produk akhir. Termasuk di dalamnya industri makanan, minuman, barang-barang serat alam, biofarma, agrowisata, dan estetika.
Keempat, subsistem jasa bagi subsistem agribisnis hulu, usahatani, dan agribisnis hilir. Termasuk dalam subsistem ini adalah jasa pemasaran, keuangan dan asuransi, transportasi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, penelitian, dan sistem informasi.
Dan tidak kalah pentingnya SDM dalam bidang penelitian dan pemerintahan. SDM peneliti diharapkan kreatif melakukan penelitian riil persoalan yang dihadapi para wirausahawan dan perusahaan agribisnis.
SDM pemerintahan pusat dandaerah dituntut yang cerdas, kompeten,dan bersahabat pada bidang pertanian dalam melahirkan kebijakan makro, kebijakan regional dan peraturan-peraturan. Peran pemerintah sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional yang didominasi megasektoral agribisnis dan partisipasi masif dari pengusaha mikro dan kecil atau petani.
Untung Jaya