Foto: Sabrina Yuniawati
Aplikasi Surplus untuk mengurangi laju food waste atau limbah makanan dan food loss atau kehilangan makanan
Indonesia termasuk negara penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Ini dapat diartikan kita membuang-buang makanan. Padahal masih banyak anggota masyarakat yang kekurangan makanan. Selain itu juga timbul dampak lingkungan.
Berangkat dari permasalahan itu, Muhammad Agung Saputra, Direktur Utama Surplus Indonesia menghadirkan aplikasi bernama Surplus untuk mengurangi laju food waste (limbah makanan) dan food loss (kehilangan makanan) di Indonesia agar tercapai ketahanan pangan.
Dengan aplikasi Surplus, para pelaku usaha makanan di mal, hotel, restoran, kafe dan lainnya, dapat menjual sisa makanan masih layak konsumsi dan aman. Harga makanan di aplikasi Surplus ini murah, diskon 50% pada jam tertentu.
“Surplus ingin menjadikan Indonesia di bawah 10 besar dalam hal penghasil limbah makanan. Selama dua tahun berdiri Surplus,sudah lebih dari 10 ton makanan terselamatkan. Surplus telah menghindarkan kerugian finansial sekitar Rp500 juta bagi 2.000 pelaku usaha tergabung dalam aplikasi Surplus,” klaim pria lulusan ITB Prodi Biologi ini.
Agung berharap, pada akhir 2022 Surplus dapat menyelamatkan 100 ton makanan. Saat ini pihaknya menggandeng Mal Sarinah untuk mengurangi sampah makanan.
Sabrina Yuniawati