Foto: Sab
beras naik, produksi turun
JAKARTA (AGRINA-ONLINE.COM). Isu kenaikan harga beras dan gabah sejak bulan Agustus 2022. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu produksi menurun di bulan tertentu, implikasi kenaikan harga BBM, efek samping kebijakan bansos (free market), kebijakan fleksibilitas harga gabah dan beras di tingkat petani hingga langkanya pasokan impor pupuk akibat perang Rusia-Ukraina.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Syailendra mengatakan, dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga beras, prinsipnya harus memperkuat Bulog dan BUMN Pangan yang lain. Tidak serta merta menugaskan pengadaan beras kepada Bulog, tanpa diiringi instrumen pembiayaan bunga komersil yang rendah. Bila perlu,pinjamkan modal untuk melakukan transaksi dan melakukan kontrak jangka panjang. Syailendra menegaskan, saat ini sulit bagi BUMN Pangan atau Bulog untuk mencari pinjaman perbankan kesana kemari. BUMN Pangan sebagai lembaga sektorprivattidak bisa seperti itu. “Misalnya kita minta Bulog untuk offtake hasil petani dengan harga bagus. Bulog dapat membeli harga tinggi di petani, jangan dipaksa dengan harga murah karena susah bagi petani. Sama halnya Bulog membeli kedelai dengan bunga komersial tinggi jadi agak susah bergerak,” ungkapnya dalam Webinar PATAKA tentang bertema “Harga Beras Naik, Apa Solusinya” (25/22).
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan, Badan Pangan Nasional/Bapanas RI Rachmi Widiriani mengatakan,pemerintah menargetkan stok beras Bulog mencapai 1,2 juta ton di akhir tahun ini. Ia mengakui pembelian di musim gadu seperti saat ini memerlukan effort lebih. Makanya kebijakan fleksibilitas harga gabah dan beras telah dicabut sejak 17 Oktober 2022 yang lalu. Hasil evaluasi, fleksibilitas mendorong kenaikan harga beras. Namun memberi kesempatan kepada petani untuk meningkatkan kualitas gabah sehingga dapat menikmati harga gabah terbaik dari Bulog. Rachmi menyampaikan, harga GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 13,5%, harga GKG meningkat 9,2% dan harga beras meningkat 4,2% dari Rp10.700/kgdibulan Juli 2022 menjadi Rp11.090/kg di tingkat konsumen. Kemudian, di musim gadu produksi gabah/beras rendah tetapi kualitasnya lebih bagus. Karena berada pada musim panas maka kualitas gabah atau beras yang dihasilkan lebih baik dibanding periode sebelumnya.
Koordinator Evaluasi dan Pelaporan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Kementerian Pertanian RI, terkait validasi data produksi dan konsumsi gabah/beras yang mengumumkan keabsahan hanya BPS dan telah dilakukan Kerangka Sampel Area (KSA). “Secara angka produksi gabah, sebenarnya surplus ada di penggilingan dan distributor,” ungkap nya. Ia mengatakan, biaya usaha tani meningkat signifikan terutama kenaikan BBM dan pupuk. Jadi HPP petani mengarah Rp15 juta/hektar. Sedangkan banyak petani lahan dibawah 1 hektar. Persoalannya ketika petani mendapatkan 5 ton per hektar dengan harga GKG Rp5.000/kg sehingga pendapatan petani hanya Rp25 juta/hektar. Kemudian, pendapatanbersih sekitar Rp10 juta dibagi 4 bulan. Jadi, pendapatannya hanya Rp2 juta perbulan.
Asisten Deputi Pangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh mengatakan, draft rencana Perpres tentang Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) masih berproses di Setneg. Tujuannya,menguatkan Bapanas dalam mengeksekusi Bulog. Bapanas diberi kewenangan untuk mendesain berapa jumlah CBP apakah 1-1,2 juta ton. Karena setiap tahun produksi berbeda tiap semester I dan II pada musim panen. Saifulloh mengatakan, Bapanas setara Menteri, dalam beberapa hal boleh melakukan eksekusi tanpa melalui Rakortas. Tetapi beberapa hal yang memerlukan pandangan, pendapat atau second opinion dari Kementerian lain maka diputuskan dalam Rakortas sehingga keputusannya kolegial. Namun,beberapa konteks diberikan kewenangan ruang penuh untuk mengambil keputusan sendiri supaya Bapanas bekerja lebih cepat dan langsung dilempar operatornya yakni Bulog.
Sabrina Yuniawati