Kamis, 4 Agustus 2022

Menyelisik Tata Kelola Jagung Nasional

Menyelisik Tata Kelola Jagung Nasional

Foto: Windi Listianingsih
Aturan baru tata kelola jagung diharapkan bisa menjaga stabilitas pasokan dan harga jagung nasional

Tata niaga jagung sangat tidak efisien karena pascapanen hanya ada di pedagang besar.
 
 
Memasuki bulan basah di akhir tahun pada September – Desember, biasanya akan “berputar” lagu klasik ‘jagung sulit diperoleh dan harganya melangit’. Masih kental dalam ingatan, tahun lalu peternak ayam petelur menjerit karena harga jagung mencapai Rp6.000-an/kg yang membikin biaya produksi bengkak. Akankah lagu lama itu terdengar kembali?
 
 
Suplai, Kebutuhan, dan Harga
 
Jagung menjadi komoditas pangan strategis yang pengelolaannya kini dalam tanggung jawab Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) berdasarkan Perpres No. 66 Tahun 2021. Kepada AGRINA, Kepala NFA, Arief Prasetyo Adimenegaskan, stok jagung hingga September 2022 surplus 2,7 juta ton.
 
“Stok sampai September ini kita surplus 2,7 juta ton. Kebutuhannya 14,1 juta ton, produksi 16,2 juta ton. Sampai akhir tahun, Desember 2022, perkiraan surplus 2,8 juta ton jagung kadar air 15%,” jelasnya di Jakarta, Selasa (2/8). 
 
Menurut Arief, sejak 2019 harga jagung membaik sehingga petani senang dan termotivasi meningkatkan produksi. Januari hingga Juli 2022 harga memang agak turun ke posisi normal.
 
“Jagung sekarang lagi menikmati. Saya rasa petani jagung happy. HPP jagung Rp1.900-Rp2.000/kg. Sekarang itu jual Rp3.200/kg. Jadi, petani jagung hari ini bukan rugi tapi keuntungannya nggak setinggi sebelumnya, tapi nggak rugi,” jelasnya.
 
Pantauan NFA per 29 Juli, harga jagung pipilan kering di petani cukup baik. Harga berwarna hijau di sentra produksi yang berarti sama atau di atas harga acuan pemerintah Rp3.050/kg menurut Permendag No. 7/2020. “Harganya ini kita lihat Rp3.500/kg, Rp3.600/kg, Rp4.030/kg, Rp4.500/kg, harga tertinggi Rp4.600an/kg dan harga terendah Rp3.500/kg,” kata Arief.
 
Sebaliknya di posisi konsumen, yaitu peternak layer (petelur), ia mengaku, harga berwarna merah. “Harga di peternak layer merah artinya lebih dari 10% di atas harga acuan pemerintah (Rp4.500/kg). Harga jagung di peternak layer harus dipikirkan, ini yang harus diatur,” tambahnya. Rerata harga jagung di level peternak layer (petelur) per 29 Juli 2022 Rp5.410/kg dengan harga terendah Rp4.650/kg di Lampung dan tertinggi Rp6.250/kg di NTB.
 
 
Tidak Efisien
 
Dean Novel, petani jagung mengatakan, pengembangan jagung pakan di hulu tidak ada masalah. Hanya saja produksi jagung mayoritas sekitar 60% ada pada musim hujan yang dipanen April sampai awal Juni. Sehingga, tukas Direktur PT Datu Nusra Agribisnis (DNA), produsen sekaligus distributor jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, di bulan basah harga pasti naik.
 
Masalah cukup krusial ada di pascapanen dan logistik. Mengutip data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), ia menyebut, kapasitas pengering (dryer) dan silo di Indonesia hanya 1,8 juta ton, tidak sampai 10% produksi jagung nasional. Sisanya, jagung dikelola dengan lantai jemur. “Ini yang menyebabkan harga di tingkat petani tidak bisa terangkat,” ucap Dean.
 
Apalagi, petani tidak bisa menjual langsung ke pabrik pakan, melainkan harus lebih dulu melewati pelele, pengepul, dan pedagang besar. “Dari petani sampai ke pengepul harus lewat pelele, ini biaya. Sampai konsumen, ongkos mindahin jagungnya saja sudah 4 kali. Tata niaga jagung sangat tidak efisien karena pascapanen tidak ada di petani, pelele, pengepul, hanya di pedagang besar,” urainya.
 
Membangun pascapanen butuh investasi. Sementara, ungkap Dean, bank masih ragu memberi pinjaman investasi pascapanen jagung. “Kalau bisa, pemda (pemerintah daerah) investasi pascapanen di daerah sentra. Jangan selalu pemda teriak-teriak ke pusat kalau harga anjlok tapi di daerah tidak berbuat apa-apa,” kritiknya.
 
Pola tanam jagung juga harus dikelola dengan baik mengingat produksi bulanan yang tidak merata. “Agar nggak kosong stoknya, atur penanaman per provinsi dan siapkan fasilitas pascapanen berkapasitas besar di setiap daerah produksi,” sarannya.
 
 
Pascapanen
 
Untuk menyerap jagung petani, Perum BULOG membangun Corn Drying Center (CDC) dan silo di 6 lokasi, yaitu Gorontalo, Grobogan-Jateng, Wonogiri-Jateng, Tuban-Jatim, Dompu-NTB, dan Lampung. Kapasitas dryer 90 ton/hari/unit dan silo 3.000 ton/unit. Rinciannya, kapasitas CDC dan silo di Gorontalo dan Grobogan 9.000 ton, di Wonogiri, Dompu, dan Lampung 6.000 ton, dan di Tuban mencapai 30 ribu ton dengan 10 unit silo.
 
Budi Cahyanto, Kadiv Pengadaan Komoditi Perum BULOG menuturkan, CDC di Dompu dan Bolaang Mongondow, Sulut, siap beroperasi Desember 2022 dengan kapasitas dryer 600 ton/hari dan silo 3.000 ton/unit.
 
Kapasitas silo di kedua CDC itu mencapai 18 ribu ton. “Tuban masih dalam proses pengadaan, akan dilakukan kontrak di Agustus, selesai di Juni 2023,” ucapnya pada webinar Jagung Merupakan Komoditas Tanaman Pangan Penting Selain Padi dan Gandum.
 
Maret – Juni 2022 BULOG mendapat tugas pengadaan dan penyaluran jagung ke peternak di Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Sumut, Sumbar, dan Lampung. Jagung hasil pengadaan dalam negeri itu yang dijual ke peternak Rp4.500/kg.
 
Sasarannya mencapai 50 ribu ton namun terealisasi 25 ribuan ton karena harga turun di bawah Rp4.500/kg. “Pada periode akhir tahun 2022 akan kita laksanakan kembali atau sambil menunggu periode jagung mengalami kenaikan, kita sudah siap,” jelasnya. Pengadaan jagung melalui lelang terbuka di website BULOG sehingga bisa melibatkan semua pihak, seperti gapoktan dan industri besar.
 
Dirut Perum BULOG Budi Waseso mengatakan, kebutuhan jagung belum bisa dihitung karena BULOG tidak menangani secara khusus. “Bulog ini ‘kan sekarang ibarat pemadam kebakaran, begitu kejadian baru ditugasin. Seperti jagung, wilayah mana saja kita sudah petakan lantaran kita harus tetap punya stok,” ujarnya menjawab AGRINA (21/7).
 
Sebagai langkah antisipasi suplai jagung di musim hujan, BULOG bekerja sama dengan penampung jagung lokal dan importir. “Jangka pendek BULOG hanya bisa jadi pemadam kebakaran. Misal di Manado produksi, kita beli dan salurkan di sini. Gorontalo ada produksi, kita beli, kita pasarkan,” tambahnya.
 
Mengatasi kesulitan pasokan jagung, Gatut Sumbogodjati, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP), Ditjen Tanaman Pangan, Kementan menjelaskan, pihaknya memberi bantuan uang transportasi jagung dari produsen, penyedia, atau petani pengumpul jagung untuk didistribusikan ke wilayah-wilayah peternak layer, terutama di Blitar, Jatim dan Kendal, Jateng. “Tapi itu tidak tahunan, hanya insidentil ketika suasananya agak ekstrem seperti tahun kemarin,” bukanya.
 
Tahun ini bantuan tersebut ditiadakan karena BULOG sudah punya rancangan menyuplai 30 ribu ton jagung. Gatut mengulas, “Kita audiensi dengan BULOG, membantu menyediakan data-data panen: lokasi panen, alamat contact person petugas informasi pasar (PIP) bersama sampel-sampel yang ditunjukkan oleh PIP untuk diambil jagungnya sebagai program cadangan jagung pemerintah.”
 
Sejak 2018 PPHTP meluncurkan bantuan mesin panen jagung (corn combine harvester) serta dryer sebagai solusi pascapanen untuk petani. Pada 2021 PPHTP menyalurkan 10 unit corn combine harvester dan 212 unit combine harvester multiguna, 2.297 unit mesin pemipil (corn sheller), dan vertical dryer kapasitas 10 ton dengan 3 unit bangunan. Tahun ini alokasi bantuan sebanyak 7 unitcombine harvester multiguna, 1.297 unitcorn sheller, serta vertical dryer kapasitas 10 ton dan 1 unit bangunan.
 
Selain itu, mendorong pemilik gudang untuk mengelola bersama petani sehingga stok jagung di petani terjaga. “Ketika petani bekerja sama dengan pemilik gudang, mengelola gudang bersama, menyimpan bersama, kemudian mengeluarkan pada saat tertentu, itu menjadi bagian dari upaya melakukan stabilisasi, menjaga agar ketersediaan dan harganya tetap stabil,” katanya yang menyebut program ini akan diuji coba pada 2023.
 
 
Tata Kelola
 
Mengatasi berbagai persoalan agribisnis jagung, NFA telah menyiapkan langkah untuk mengelola tata niaga jagung nasional, yakni, membuat Rancangan Perpres (RPerpres) Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Manfaatnya untuk perencanaan, pengadaan, pengelolaan, penyaluran, dan penugasan komoditas pangan strategis.
 
Tahap pertama CPP untuk beras, jagung, dan kedelai yang harus diserap BULOG. “Ini dalam waktu dekat, very soon. Perpres lagi digodok, menunggu tanda tangan presiden, habis itu kita jalan,” kata Arief.
 
Kemudian, menetapkan Harga Acuan Pembelian atau Penjualan (HAP) jagung, telur, dan ayam tahun 2022 setelah sebelumnya berkoordinasi dengan stakeholder jagung meliputi kementerian/lembaga terkait, gapoktan, pemda, BUMN, swasta, dan koperasi guna membangun keseimbangan hulu-hilir. NFA telah membuat Rancangan Peraturan Badan Pangan Nasional untuk penetapan HAP 2022. “Karena harga pokok produksinya juga naik sehingga perlu keseimbangan baru,” cetusnya. 
 
Rencana HAP jagung di tingkat produsen sebesar Rp4.200/kg kadar air (KA) 15%, Rp3.970/kg KA 20%, Rp3.750/kg KA 25%, dan Rp3.540/kg KA 30% dengan HAP konsumen Rp5.000/kg KA 15%. Di peternak HAP telur ayam ras Rp22 ribu – Rp24 ribu/kg dan HAP ayam hidup Rp21 ribu – Rp23 ribu/kg. Lalu, di konsumen HAP telur ayam ras Rp27 ribu/kg dan daging ayam ras Rp36.750/kg.
 
Upaya lainnya penguatan peran BUMN yaitu Perum BULOG dan ID FOOD dalam menyerap panen jagung untuk stabilisasi harga di hulu-hilir. Terakhir, optimalisasi fungsi fasilitas logistik, terutama dryer dan silo yang dimiliki BUMN, seperti CDC BULOG. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat cadangan jagung nasional.
 
 
 
 
 
Windi Listianingsih dan Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain