Foto: Dok. Agung Prasetyo
Gejala serangan patek atau antraknosa
Masih ada ekstra hujan, pengamatan dan perawatan tanaman pun harus ekstra agar terhindar dari serangan OPT.
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)yang sering merebak pada cuaca ekstrem belakangan ini adalah penyakit layu fusarium, antraknosa atau patek, dan hama thrips. Ketiganyakompak membentuk serangan kompleks lantaran terpicu hujan turun yang disertai panas terik.
OPT Musim Hujan
Serangan OPT berbarengan tentu mengharuskan para petani lebih intensif dalam menjaga tanamannyaagar jangan cabai mereka selamat. Muhammad Ridwandi Cikajang, Garut, menyebut, penyakit yang dominan menyerang cabai pada musim penghujan yaitulayu fusarium. “Jika ada serangan penyakit,lakukan penyemprotan fungsida seminggu tiga kali,” terangnya.
Sementara itu, di pertanaman milik Randi Oki Anugra di Desa Sukaluyu, Pangalengan, Bandung, penyakit yang acap mengganggu adalah antraknose. Untuk mengatasinya, ia menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol dengan dosis 0,5ml/l air. “Biasanya cabai yang terserang antraknose dipetik lalu dibuang atau dibakar. Tetapi pemupukan dan penyemprotan rutin masih bisa menahan serangan antraknose,” tuturnya.
Beda lagi pengalaman H. Nurkholisdi Desa Karangsari, Kec. Tempu, Banyuwangi.Ketika terjadi hujan disertai panas biasanya ia lebih sering direpotkan oleh serangga thrips. Namun antraknose dan layu fusariumjuga ada dan mengganggu sepanjang musim hujan. Layu fusarium dapat menurunkan hasil sekitar 30%.
Untuk mengendalikan thrips, ia memanfaatkan insektisida sistemik racun kontak dan lambung berbahan aktif dimetoat 400g. Konsentrasinya 2ml/l. Sedangkan untuk mengendalikan antraknose dan layu fusarium ia mengandalkan fungisida kontak berbahan aktif propineb 70% dengan dosis 2g/l.
“Biasanya setelah tanam lakukan penyemprotan interval dua hari sekali. Selain insektisida dan fungisida, berikan juga zat pengatur tumbuh dan buah,” urai bapak kelahiran Banyuwangi 1980 ini.
Gejala dan Pencegahan OPT
Agung Prasetyo, Product Development Manager PT Agricon Indonesia,membenarkan, musim hujan disertai panas terik memicu terjadinya serangan OPT kompleks. Serangan kompleks yang dia maksud adalah serangan penyakit yang biasanya terjadi pada musim hujan dibarengi serangan hama seperti thrips.
“Cuaca tidak bisa diprediksi, kadang hujan deras terkadang panas tinggi. Saat ini masih memasuki kemarau basah. Cuaca panas dan kelembapan tinggi ini menjadi masalah karena memicu munculnya hama. Petani harus lebih intens dalam merawat tanaman,” cetus Agung.
Tim lapangan Agriconmengungkapkan, OPT yang dominan, yaitu thrips (Thrips parvisipinus). Hama ini menyerang dengan cara mengisap cairan pada daun muda dan bunga. Gejala serangannya ditandai dengan bercak putih atau keperakan maupun kekuningan pada permukaan bawah daun.
Bercak ini awalnya tampak dekat tulang daun, kemudian menjalar ke seluruh permukaan daun cabai hingga menjadi kuning. Daun kemudian berwarna cokelat, mengeriting,dan akhirnya kering.
Bila intensitas serangan tinggi, bagian tepi daun berkerut, menggulung ke atas. Daun yang menggulung menjadi tempat berbiaknya thrips. Dampaknya, tanaman menjadi kerdil dan tidak dapat menghasilkan bunga.
“Serangan thrips dapat dicegah dan dikendalikan dengan cara tepat dan cepat. Dampak serangan hama ini cukup besar,kehilangan hasil bisa mencapai 80%. Petani dapat menggunakan insektisida kontak dan sistemik berbahan aktif asetamiprid 30g/l dengan dosis 500 g/ha penyemprotan duaminggu sekali. Tambahkan juga insektisida kontak dan lambung, berbahan aktif dinotefuran 20% dengan dosis yang sama,” ulas Agung.
Sedangkan menurut Yagus Darajat, Crop Manager Fruit and Vegetables PT FMC Agricultural Manufacturing, saat penghujan cabai rentan terserang penyakit layu fusarium dan patek. Layu fusarium disebabkan cendawan Fusarium oxysporum. Sementara patek akibat ulah cendawan Colletotrichum capsici.
Lebih jauh Yagus menjelaskan, penyakit layu fusarium dapat menyebar dengan sangat cepat dari tanaman satu ketanaman lain. Saat curah hujan tinggi dan pH tanah menurun, tanaman cabai akan rusak, layu,dan cepat mati. “Pemicunya dari kondisi kelembapan udara tinggi, genangan air hujan dari bedengan. Penyebaran jamur (cendawan) bisa melalui air dan angin,” ungkapnya.
Gejala serangan layu fusarium ditandai dengan tanaman yang layu pada siang hari dan segar saatmalam hari. Serangan bisa terjadi pada seluruh bagian tanaman, atau bagian cabang tertentu. Namun akhirnya menyebar keseluruh bagian tanaman. Selanjutnya daun tua menguning dan rontok. Akar tanaman yang terinfeksi membusuk dan berwarna hitam kecokelatan.
“Sebelum tanaman terserang, aplikasikan fungisida berbahan aktif prokloraz mangan klorida 50% pada umur 14 Hari Setelah Tanam (HST) dan 21 HST, konsentrasi 2 g/l. Fungisida sistemik ini bekerja dengan cara translaminar ke dalam jaringan tanaman,” kata Yagus.
Patek dapat dicegah dengan mengubah jarak tanam tidak terlalu rapat sehingga tidak ada perkembangan penyakit. Pilih juga varietas yang tahan terhadap patek. Dampak penurunan hasil akibat patek mencapai 30%-80% bahkan gagal panen, jika tidak dikendalikan dengan tepat.
“Tergantung intensitas serangan.Serangan sedang, kehilangan hasil sekitar 30%. Tapi jika tidak dikendalikan bisa menyebar keseluruh tanaman. Misalnya, satu buah terkena patek dan tidak dikendalikan maka dua-tiga hari akan menyebar ke buah lain. Bahkan,ketika panen ternyata ada satu cabai terserang antraknose, makaini akan menyebar.Padahal sudah masuk pada pascapanen tapi dapat menyebar cabai lainnya. Serangan antraknose bisa 30% tapi bisa juga gagal panen,” urainya.
Gejala awal serangan berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah cabai, kemudian lama-kelamaan menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik hitam yang berupa koloni cendawan. Serangan berat akan menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering.
Kondisi cuaca panas dan lembap dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. “FMC merekomendasikan fungisida dengan bahan aktif fluopyram 20% dan tebukonazol 20%. Salah satu solusi untuk mengendalikan patek, aplikasikan per lima hari sekali. Dosis 0,75l/ha, waktu terbaik dalam penyemprotan fase buah pertama muncul berukuran 3 cm,” katanya.
Sabrina Yuniawati