Foto: Dok. Pribadi
Muhammad Ridwan, saat cuaca ekstrem perlu perawatan dua kali lipat
Bertanam cabai saat cuaca ekstrem memerlukan ketekunan dan pengetahuan khusus. Belajarlah dari pengalaman para petani sukses.
Hujan, bahkan termasuk kategori ekstrem disertai angin kencang,masih sering menyambangi wilayah Indonesia yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal kemarau 2022 bertahap April hingga Juni, tetapi di sebagian wilayah masih turun hujan dengan intensitas tinggi, rendah, dan sedang.
Hal tersebut mempengaruhi produksi cabai nasional sehingga keseimbangan suplai dan permintaan terganggu. Pada Mei-Juni kebutuhan cabai yang meningkat tidak bisa diimbangi dengan suplai lantaran produksi anjlok sekitar 50%. Tak pelak harganya menjulang dan terasa “sangat pedas” di tingkat konsumen.
Karena itu petani harus lebih intensif mengamati tanamannya agar dapat mendeteksi serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) lebih dini. Mereka juga harus mencegah terciptanya kondisi lembap di seputar pertanaman agar produksi tetap terjaga dan terhindar dari beberapa penyakit, misalnya busuk akar.
Pemilihan Benih
Product Management Crop Chilli PT East West Indonesia (Ewindo)Khosan Fajar menerangkan, pemilihan benih sangat penting dalam budidaya cabai karena akan menentukan hasil akhir. Benih unggul dan berkualitas dapat dilihat dari sisi ketahanannya terhadappenyakit. Untuk musim penghujan dipilih yang penyakit virus dan cendawan.
“Setidaknya benih unggul dan sifat tahan terhadap penyakit sudah dimiliki benih secara genetiksehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya obat berlebih. Misalnya, benih tidak tahan layu fusarium dan bakteri,maka biaya penyemprotan akan lebih besar serta hasil belum tentu maksimal. Benih merupakan kunci awal karena benih tidak bohong. Benih bagus,pasti bagus, benih buruk pasti tidak maksimal,” katanya saat dihubungi AGRINA (27/06).
Khosan mengakui, musim tanam ini memang membutuhkan perawatan ekstra. “Petani harus tetap semangat dan percaya diri menanam, meskipun halangannya banyak. Hasil panen sekarang dihargai cukup lumayan bagi petani, sehingga saya rasa petani tidak khawatir merawat tanaman secara maksimal,” urainya.
H. Nurkholis Hermawan, petani asal Desa Karangsari, Kec. Tempu, Banyuwangi, Jatim, yang menanam cabai besar menjabarkan varietas pilihannya. Pada musim hujan ia memilih varietas yang kulit buah cabainya tidak keras, tahan penyakit, dan hasilnya berlimpah, seperti Baja F1.
“Sekarang sedang tanamcabai tekstur lentur karena pertumbuhan buah tidak terlalu besar sehingga tidak rawan pecah. Pemakaian benih cabai tekstur kulit keras di musim ini akan mudah pecah, jadi sebaiknya digunakan musim kemarau saja. VarietasBaja panennyabanyak dan cabainya bagus-bagus. Inilah pentingnya dalam berbudidaya harus mengetahui kondisi cuaca agar menggunakan benih yang tepat. Beda musim beda juga benih yang digunakan,” terang bapak yang bertanam cabai sejak 1998 ini.
Tips Budidaya
Cara menanam cabai pada musim hujan, menurut Nurkholis,sangat berbeda dibandingkan saat musim kemarau. Selain pemilihan benih,yang perlu diperhatikan adalah pemupukan. Pupuk nitrogennyalebih sedikit karena sebagian nitrogen didapatkan dari alam melalui air hujan. Sedangkan musim kemarau, hampir seluruh pupuk makro dan mikro sangat dibutuhkan.
“Kunci awal dalam budidaya cabai,yaitu melihat kondisi cuaca. Saat cuaca ekstrem gunakan varietas tahan penyakit. Olah lahan harus bagus, saluran atau pembuangan air harus bagus juga, sehingga bisa selamat hasil akhirnya.Jarak tanam juga menentukan pada musim ini. Kunci paling akhir yaitu pemupukan yang tepat dan kurangi penggunaan pupuk N,” jelasnya.
Pria asli Banyuwangi tersebut merinci, saat olah lahan berikan pupuk SP36 50kg/ha, buat bedengan dengan jarak antarbedengan 60 cm. Tutup bedengan dengan mulsa plastik,biarkan selama tigahari agar pupuk meresap secara sempurna di dalam tanah.
Setelah itu siapkan lubang tanam dengan jarak 50 cm, pindah tanam bibit lalu bikinlanjaran. Setelah satu minggu berikan pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 50kg/ha, KNO3merah 10kg/ha. Pada umur 15 Hari Setelah Tanam (HST), aplikasikan pupuk NPK tablet 9 g/tanaman.
“Pemupukan lanjutan umur 20 HST gunakan pupuk NPK grower 100kg/ha dan pupuk dengan kandungan KNO310kg/ha. Serta tambahkan pupuk dengan kandungan kalsium tinggi sekitar 10kg/ha. Lakukan pemupukan susulan 10 hari sekali. Lalu rawat dengan baik dan cek secara rutin agar saat OPT muncul dapat ditangani dengan cepat dan tepat,” saran pemilik lahan seluas 8 ha itu.
Sementara itu Randi Oki Anugra,petani asal Desa Sukaluyu, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, menanam cabai rawit tumpang sari dengan sawi putih. Produksi cabai rawitnyakurang lebih 1,5 ton per 100 tumbak(1.400 m2).
Pria asli Bandung yang baru menjalankan budidaya selama satu tahun ini menerangkan, pada fase vegetatif menuju generatif atau proses pembungaantanaman menghabiskan energi cukup banyak. Agar pembentukan dan perkembangan bunga serta buah maksimal, penyemprotan ini minimal seminggu tiga kali.
“Pada fase generatif biasanya menggunakan pupuk NPK booster dengan dosis 4kg/200l air untuk 100 tumbak, serta tambahkan pupuk kandang cair 5 l/100 tumbak. Lakukan penyemprotan secara rutin, lalu setelah panen pun juga disemprot 3-4 kali dengan dosis yang sama. Cabai itu rentan gagal sehingga harus diberikan perlakukan khusus dalam perawatan musim tanam ini,” ungkap pemilik lahan seluas 800 tumbak (1,1 ha) ini.
Muhammad Ridwan, petani dari Cikajang, Garut,Jabar, meyakini pupuk merupakan sumber nutrisi penting bagi tanaman agar dapat berproduksi dengan baik. Pada fase pembuahan atau merangsang pertumbuhan buah,ia mengaplikasi pupuk KNO3 putih dengan dosis 20 butir per tanaman. Selain itu ia berpesan, saat musim hujan harus lebih intensifdalam merawat dan menjaga tanaman karena mudah terserang OPT khususnya penyakit.
“Pada cuaca ekstrem memang diperlukan tindakan secara intensif dua kali lipat penyemprotanpestisida. Kalau biasanya seminggu sekali, saat cuaca ekstrem ini bisa seminggu dua kali. Memang penyemprotan harus ditambah namun dengan harga cabai sekarang lumayan mahal dan biaya produksi masih dibilang menutupi,” kata petani milenial anggota Kelompok Tani Eptilu ini.
Sabrina Yuniawati