Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Iin Parlina, FAW muncul di MT I dan II
Petani harus melakukan pengamatan OPT dan DPI secara rutin seminggu sekali.
Tiga tahun terakhir budidaya jagung menghadapi kendala hama ulat grayak jagung (fall armyworm, FAW). Pun di musim tanam (MT) II 2022, ulat bernama latin Spodoptera frugiperda itu masih akan menghantui petani.
Prediksi
M. Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian menjelaskan, serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) jagung pada 2019-2021 menurun. Pada 2019 serangan OPT jagung mencapai 66.505 ha, naik jadi 156.986 ha di 2020, lalu turun menjadi 78.795 ha di 2021.
Penurunan luasan lahan terdampak OPT, jelas Takdir, karena berlangsungnya kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang makin intensif. Yaitu, bimbingan teknis pengendalian OPT ramah lingkungan, Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH), penerapan pengendalian hama terpadu (PHT), pemberdayaan petani dalam penerapan PHT (P4), gerakan pengendalian OPT serta pemanfaatan agens pengendali hayati (APH) dari LPHP (Laboratorium Pengamatan Hama dan penyakit) dan petani.
Pada semester I 2022 (Januari-April), serangan OPT jagung sebanyak 17.637 ha. Ada penurunan sebesar 40,85% daripada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, ia mewanti-wanti, serangan ini cenderung meningkat di semester II. Alasannya, kata Takdir, “Ada penambahan luas tanam jagung baik dari program maupun swasta.” Mengamati musim tanam yang lalu, lanjutnya, OPT utama jagung yang perlu diwaspadai yaitu FAW dan tikus.
Ini senada dengan penjelasan Imam Sujono,Seed Brand and Digital Marketing Manajer Syngenta Indonesia dan Agus Suryanto,Senior Crop Manager FMC. Imam menguraikan, FAW sudah menyebar hampir di seluruh Indonesia.
“Hama kedua yaitu penggerek batang jagung. Petani mengabaikannya karena terjadinya ketika mau panen, sudah di atas 70 HST. Padahal, cukup signifikan serangannya,” katanya. Dari sisi penyakit, bulai dan busuk batang menjadi OPT utama di dataran rendah sedangkan hawar daun dan busuk tongkol menyerang jagung di dataran tinggi.
Agus mengucapkan, “Diprediksi untuk OPT musim tanam di semester ll adalah FAW dan tikus. Dalam 3 tahun terakhir FAW masih sebagai hama utama dan wereng daun jagung di beberapa tempat juga selalu ada dalam setiap musim tanam.” Selain cuaca yang memicu perkembangan OPT, juga karena musim tanam yang terus-menerus sehingga tidak terputus rantai makanannya.
FAW
Iin Parlina,petani jagung di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung mengungkap, secara umum petani bisa mengendalikan OPT. Pada MTIdan MTII2022, hama yang muncul yaitu FAW tapi disemprot 1-2 kali sudah hilang. Sebagian tanaman juga ada yang terserang bulaidi MT II, apalagi jagung yang kurang air.
Menurut Suharyono, petani jagung di Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, pada MT I 2022 tanaman relatif amandari penyakit. Hanya di MT 2, ada sebagian areal jagung yang terserang bulaimeski luasannyatidak seberapa dan masih bisa panendengan penurunan produksi.
Lahan jagung di Lebak, Banten, ulas Siswono, FAW sudah mendominasi. “Itu yang utama. Yang lain cenderung nggak ada. Bulai ada tapi nggak terlalu banyak. Yang mengancurkan itu FAW. Tikus nggak ada, cuma ada babi hutan tapi tidak seganas FAW,” seru Koordinator Program Makmur Jagung di Lebak dari PT Pupuk Kujang Cikampek itu. Ada lahan jagung yang puso karena FAW hingga diklaim asuransi. “Serangan FAW dari 500 ha, ada klaim 47 ha,” lanjutnya.
Pengendalian
Agar terhindar gagal panen, Takdir menuturkan, petani harus menekan serangan OPT utama. “Penanganan dapat berupa gropyokan untuk hama tikus, penggunaan agens hayati seperti entomopatogen dan parasitoid untuk ulat grayak frugiperda,” katanya. Selanjutnya, cari informasi iklim melalui aplikasi Kalender Tanam Terpadu (KATAM) serta lakukan pengamatan OPT dan dampak perubahan iklim (DPI) secara rutin seminggu sekali.
Mengendalikan FAW, Agus menyarankan olah lahan yang baik untuk mematikan kepompong di dalam tanah, rotasi tanaman untuk memutus siklus hama, pasang perangkap imago dengan lampu atau feromon. Lalu, perlakuan benih (seed treatment) seperti Marshal 25DS sebanyak 20 g/kg benih sebagaiperlindungan awal, serta aplikasi insektisida berkualitas, resmi, dan berwawasan lingkungan.
Saat ini banyak beredar insektisida yang tidak terdaftar secara resmi untuk FAW. Efeknya cukup banyak, yaitu berpotensi bahaya buat tanaman dan aplikatornya, mematikan musuh alami dan serangga bermanfaat, serta potensi resistensi tinggi. Ia menganjurkan memilih insektisida yang resmi terdaftar dan berkualitas dengan terbukti efikasinya juga berlabel hijau atau aman terhadap lingkungan dan musuh alami.
“Prevathon 50SC terdaftar resmi untuk FAW dengan kosentrasi anjuran 3,75 ml/l air. Waktu aplikasi saat jagung umur 7 hari dan diulang pada umur 14 hari,” imbuhnya. Untuk mengendalikan tikus, ia menyarankan menjaga sanitasi lingkungan.
Imam menyarankan aplikasi Fortenza untuk perlakuan benih serta insektisida Proclaim 5SG dan MinectoXtra 200/200 SC untuk pengendalian FAW. Fortenza melindungi benih hingga jagung berumur 25 hari setelah tanam (HST). Selanjutnya, lindungi tanaman dengan Proclaim 5SG di umur 15-20 HST dan MinectoXtra 200/200 SC pada 30-35 HST. Hawar daun dan busuk tongkol bisa dikendalikan dengan fungisida Amistartop.
Benih
Sementara itu, kata Imam, pengendalian penggerek batang jagung yang paling efektif menggunakan benih bioteknologi (produk rekayasa genetik). Hanya saja saat ini pemerintah baru merilis jagung bioteknologi toleran herbisida glifosat untuk mengendalikan gulma. Ada 3 varietas jagung bioteknologi milik Syngenta yang mendapat SK pelepasan varietas. “Tinggal menunggu waktu untuk dipasarkan,” ucapnya.
Begitupun mencegah bulai dan busuk batang, menggunakan varietas yang toleran. “Daerah dengan serangan busuk batang yang lebih tinggi maka disarankan NK Super. Dataran tinggi 500-800 mdpl, gunakan NK Garuda, di atas 800 mdpl disarankan NK Fantastis yang lebih kuat terhadap serangan hawar daun dan busuk tongkol,” terangnya.
Lahan sawah dan tegalan gunakan NK Juara dan NK Perkasa untuk mencegah bulai, serta NK Super untuk busuk batang. “Kalau dua-duanya tinggi, NK Juara karena tahan bulai dan busuk batang. Kalau tidak ada serangan di tegalan maka NK Sumo yang berpotensi,” urainya.
Pada MT II, Iinmengatakan, umumnya petani di Natar menggantibenih yang lebih tahan bulai dan kekurangan air. Di MT I atau rendeng,ia menggunakan benih jagung NK Sumo karena masih banyak hujan. Jagung ini tumbuh cepat dan butuh banyak air untuk mendukung pertumbuhan.Di MT II, ia menanam benih BISI18 yang lebih tahan kekurangan air dan serangan bulai.
Menurut Suharyono, pada dua MT terakhir ini petani di Bumiratu Nubanmenanam benih jagung unggul, seperti BISI, NK Perkasa,dan P27. “Saya sendiri menanam benih P27.Hasilnya tak jauh beda dengan musim-musim sebelumnya,berkisar 1,9 kuintal hingga 2 ton/seperempat ha atau 8 ton/ha,”pungkasnya.
Windi Listianingsih dan Syafnijal DS (Lampung)