Rabu, 20 April 2022

Bangun Agribisnis! Perkuat Resiliensi Perunggasan Nasional

Bangun Agribisnis! Perkuat Resiliensi Perunggasan Nasional

Foto: TSA
Prof. Bungaran Saragih, industri perunggasan harus melakukan desentralisasi, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan.

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Polemik industri perunggasan belum juga berkesudahan. Menurut Prof. Bungaran Saragih, Menteri Peranian periode 2001-2004, pertumbuhan industri perunggasan belum dibarengi pembangunan secara berkelanjutan.

“Perbaikan harus dilakukan mulai dari level makro, mikro, perusahaan, dan sebagainya. Kalau kita tidak berhati-hati dengan masalah yang ada, industri ini akan semakin sulit,” tukasnya dalam Indonesian Poultry Club 2022 dengan tema ‘Memperkuat Resiliensi Industri Perunggasan’ (19/4).

Ia pun menilai, struktur agrbisnis dari hulu hingga ke hilir industri perunggasan tidak berjalan efisien. Di samping itu, industri ini belum mampu beradaptasi dengan pertumbuhan yang dialami. Guru Besar IPB ini menyebut, industri perunggasan belum tersebar merata di Indonesia. Hanya Jawa dan sebagian kecil Sumatera yang menjadi pusat perkembangan.

“Industri unggas harus melakukan desentralisasi mengingat negara kita adalah negara kepulauan. Kerjasama antara pengusaha, peternak, dan pemerintah saat ini masih kurang kuat,” ulas Bungaran.

Pada kesempatan yang sama, Arief Daryanto, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan IPB University turut mengatakan, perubahan yang terjadi di semua lini bisnis wajib disiapkan agar mampu beresiliensi. Ia mengulas, dulu diperunggasan yang dikejar adalah bobot. Namun kini harus juga memerhatikan pertumbuhan bibit, produktivitas, serta ketahanan hidupnya.

Lebih lanjuta ia mengulas, peternak akan mampu bertahan ketika memiliki daya tahan dalam hal menyangga, beradaptasi, serta mampu bertransformasi. “Resiliensi (daya tahan) merupakan landasan yang kokoh dalam sistem pangan berkelanjutan,” tandas Arief.

Senada dengan hal demikian, Prof. Muladno, mantan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2016 menyerukan peternak harus bergabung, terkolektif secara berjamaah. Nantinya, intergrator vertikal dan integrator horizontal saling bekerjasama dalam menciptakan industri yang berkelanjutan.

Saat ini, bahasnya, industri perunggasan mayoritas masih berjalan secara individu, tradisional, dan saling curiga. Yang perlu dilakukan, imbuhnya, yakni memperbaiki infrastruktur perunggasan dari hulu sampai hilir. Setelah distribusi diperbaiki, asosiasi peternak bersatu membentuk konsorsium bersinergi dengan perguruan tinggi dan melibatkan pemerintah daerah dari tingkat camat atau bupati.

Try Surya A

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain