Foto: – WINDI L.
Inpari 42 GSR salah satu varietas yang dianjurkan ditanam saat musim hujan
Kesuksesan bertanam padi bukan hanya terletak pada pemupukan dan pengendalianhama tapi juga pada pemilihan varietasdan persiapan lahan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak La Nina terjadi pada Desember 2021– Februari 2022. Daerah rawan dampak La Nina meliputi Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Selatan, dan NTT. Curah hujan daerah tersebut diprediksimencapai 20%-70% di atas normal.
Menyikapi fenomena itu, Kepala Pusat LitbangTanaman Pangan, Puslitbangtan, Priatna Sasmita berkata, ada 2 hal yang harus diperhatikan saat La Nina. “Pertama, pilih varietas tanaman tahan terhadap rendaman. Kedua, dampak perubahan iklim,kelembapan tinggi menyebabkan serangan OPT.Pilih varietas tahan terhadap OPT,” jelasnya kepada AGRINA di Jakarta (6/1).
Aneka Varietas
Melimpahnya air saat musim hujan, Priatna menjelaskan,dapat menyebabkan padi terendam.Salah satu antisipasi yang harus diperhatikanyaitu memilih varietas toleran rendaman.Varietas yang dikeluarkan Kementerian Pertanian diantaranya Inpari 29, Inpari 30 sub 1 tahan genangan air mencapai 2 minggu.
Tidak hanya itu, curah hujan tinggi juga berdampak pada iklim mikro sehingga membuat OPT nyaman berkembang. Karena itu, varietas yang dianjurkan adalah Inpari 32 tahan terhadap hawar daun bakteri. Inpari 13, Inpari 31, Inpari 33, Inpari 47 tahan terhadap Wereng Batang Coklat (WBC). Inpari 42, Inpari 43, Inpari 42 Green Super Rice (GSR), dan Inpari 47 yang dirancang tahan blas.
“Untuk ketahanan terhadap penyakit blas,lebih spesifik lokasinya dan tergantung pada tekstur tanah.Tapi, secara umum bereaksi tahan di beberapa lokasi daerah endemik seperti Indramayu, Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Tengah. Varietas yang tahan adalah Inpari 20, Inpari 22, Inpari 48, Inpari IR Nutrizink,” terangnya.
Sri Agustina, Peneliti Ahli Pertama Hama dan Penyakit Tanaman, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah menyatakan, pemilihan varietas di musim hujan menjadi bagian kunci sukses budidaya padi. Petani pun harus memilih varietas sesuai wilayahnya. Gunakan varietas tahan rendaman untuk wilayah yang lebih rentan rendaman air atau dataran rendah agar pertanaman tidak terganggu dan hasilnya optimal.
“Biasanya petani daerah Kapuas, Kalteng menggunakan Inpari 3, Inpara 3, Inpari 47, MR (galur dari Aceh), dan Inpari 32. Lalu, varietas yang tahan terhadap hama penyakit seperti tahan wereng batang coklat biasanya Inpari 13. Varietas ini sangat cocok ditanam saat kondisi lahan berpotensi terkena banjir atau curah hujan tinggi,” jelasnya.
Menurut M. Dwi Tukino, petani di Desa Blantisiam, Kec.Pandih Batu, Kab. Pulang Pisang, Kalimantan Tengah, tempat berlangsungnya food estate, dalam memilih benih bukan hanya melihat sisi produktivitas tapi juga tahan rebahdan serangan OPT. Mayoritas petani Blantisiam lebih menjaga agar padi tidak rebah dan penanganan OPT lebih ekstra di musim hujan.
“Petani biasanya mengunakan varietas Inpari 32 dan MR. Produktivitas rata-rata 4,5–5 ton.Ini cukup tinggi karena lahan hanya 8.000m2,” jelasnya.
Sudiyo, petani di Desa Sandingrowo, Kec.Suko, Kab.Tuban, Jawa Timur lebih memilih Inpari 32 dan Ciherang saat La Nina karena tahan rebah. Produktivitas kedua varietas itu 7 ton/ha. Bahkan, di Kec. Plumpang– Tuban, Gunung Klotok– Kediri, Kec. Prambon–Sidoarjo, produktivitasnya mencapai 10 ton–12 ton/ha. “Daerah saya lebih rendah karena tanahnya beda,” urai ayah Ahmad Wildan Nasrudin itu.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 331 terbit Januari 2022 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.