Foto: Poultrysite
pertumbuhan industri obat hewan sangat terkait dengan pertumbuhan industri peternakan,termasuk perunggasan
Industri obat hewan terus berkembang.Pelaku usaha semangat arungi sejumlah tantangan.
Pandemi Covid-19 berdampak cukup besar terhadap sektor perunggasandari sisi produksi yang belum juga seimbang dengan konsumsi. Apalagi daya beli masyarakat turun sehingga menekan harga.
Irawati Fari, Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) mengakui, pertumbuhan industri obat hewan sangat terkait dengan pertumbuhan industri peternakan,termasuk perunggasan. Kendati masih berada di iklim usaha yang belum pasti, ia optimis industri obat hewan akan tumbuh 5% pada 2022 dibandingkan tahun lalu.
“Optimis tumbuh meskipun belum seperti sebelumnya (kondisi normal, Red.) yang berada di kisaran 5%-10%,” ungkapnya di tengah paparan “Proyeksi Bisnis Obat Hewan 2021 dan Outlook 2022”yang digelar ASOHI (16/12).
Tumbuh 2% pada 2021
Mengulas 2021, Irawati menyebut, pada akhir tahun mulai tampak titik cerah. Tenaga kerja lapangan obat hewan mulai bisa melakukan kunjungan lapang atau bertemu konsumen meskipun masih dengan pembatasan.
Kinerja bisnis obat hewan, bahas Presiden Direktur Novindo Agritech Hutama itu, secara keseluruhan meningkat sebanyak 2% pada 2021. Khusus obat hewan untuk unggas, terjadi pertumbuhan walaupun tidak terlalu signifikan. “Poultry Biological & Pharma tumbuh 1%, feed supplement & feed additive tumbuh 3%. Capaian ini naik dari 2020 yang nilainya terjun hingga 20% dan 10%,” paparnya.
Dalam kondisi pandemi ternyata ekspor obat hewan membukukan nilai positif. Menurut Nuryani Zainuddin, Direktur Kesehatan Hewan,Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, selama Januari - Oktober 2021 total volume ekspor komoditas peternakan mencapai 278.676ton senilai Rp14,31 triliun.Angka ini menunjukkan peningkatan volume ekspor 4,57% dan nilai ekspor 33,8% dibandingkan periode yang sama 2020. Dari ekspor peternakan itu, ekspor obat hewan menyumbang Rp730 miliar.
Perolehan tersebut masih sangat potensial ditingkatkan seiring terus bertambahnya jumlah produsen dan eksportir obat hewan di dalam negeri. Nuryani menjamin, Ditjen PKH akan mendorong peningkatan produsen obat hewan dan eksportir obat hewan yang bersertifkat. Begitu juga Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) akan mengawal produksi dan peredaran obat hewan.
Irawati menimpali, sejauh ini terdapat sekitar 400 perusahaan yang tergabung dalam ASOHI. Terdiri dari 113 produsen obat hewan, 44 eksportir, dan 272 importir. Jumlah importir dan distributor terus meningkat. Belum lagi jumlah perusahaan obat hewan yang tidak terdaftar sebagai anggota ASOHI. Sebab, persyaratan pemerintah terkait izin usaha saat ini tidak lagi mewajibkan rekomendasi dari ASOHI.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 331 terbit Januari 2022. Dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di e-Agrina secara gratis atau berlangganan di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.