Rabu, 5 Januari 2022

Jangan Sampai Rugi! Waspada Penyakit Unggas Berulang

Jangan Sampai Rugi! Waspada Penyakit Unggas Berulang

Foto: Try Surya Anditya
Kombinasi manajemen kandang, kesehatan, dan pakan menunjang produksi

Kejadian penyakit wajib dicegah masuk ke kandang agar produktivitas dan laba optimal.
 
Ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer) yang ada saat ini merupakan perbaikan genetik hasil pemuliaan ayam-ayam pendahulunya. Ayam modern dapat berproduksi lebih bagus secara kuantitas dankualitastapi dalam pemeliharaannya perlu dukungan manajemen yang baik agar hasilnya optimal. Tidak mustahil peternak malah akan merugi ketika produktivitas farm-nya terganggu akibat serangan berbagai penyakit.
 
 
Tren Selalu Sama
 
Hadi Wibowo, Wakil Ketua Umum Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) membenarkan, terdapat perbedaan genetik ayam dulu dengan sekarang. Sebagai orang lapangan, ia mengatakan, beternak sepuluh tahun lalu caranya sangat berbeda dengan saat ini. Peternak tidak bisa lagi mengandalkan cara lama dalam mengejar produksikarena serangan penyakit beragam dan juga dituntut berpacu mengejar efisiensi.
 
Terkait penyakit di lapangan, dokter hewan lulusan IPB University ini menyebut, peternak tidak boleh lengah dalam penekanan kasus penyakit. Berdasarkan data yang ia rangkum, tren penyakit pada unggas tiap tahun selalu sama.
 
Dari golongan virus, terdapat newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), infectious bursal disease (IBD), dan avian influenza (AI). Sementara dari golongan protozoa yang kerap menjadi ancaman, yakni koksidiosis. Ada juga golongan parasit darah, seperti leucocytozoon (malaria darah). Sementara dari golongan bakterial mencakuppenyakit kolikobasilosis dan necrotic enteritis (NE) oleh Clostridium perfringens.
 
Ia mengingatkan, “Kasus leucocytozoon saat perpindahan musim menyebabkan masalah besar di perunggasan. Nafsu makan ayam akan menurun dan produksi bisa anjlok sampai 50%.”
 
 
Kasus Koksidiosis
 
Pada kesempatan lain, Bambang Rifky Yudyantoro dan Hendro Dwi Sugiyanto, Sales Representative PT Hipra Indonesia menekankan, koksidiosis dapat menyerang ayam pada berbagai umur. Umumnya, sering muncul pada saat ayam sebelum mulai fase bertelur atau di bawah umur 5 minggu. Karena itu pemantauan 5 minggu pertama sangat penting dilakukan.
 
Peternak biasanya melakukan pencegahan koksidiosis dengan pemberian koksidiostat pada pakan dan obat antikoksi. Namun begitu, kejadian masih berulang. Bambang menyarankan, peternak bisa mengandalkan vaksin live yang diatenuasi secara prekoksius. Dengan demikian kesehatan saluran pencernaan ayam lebih baik dan berpengaruh terhadap membaiknya rasio pakan.
 
 
 
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 331 terbit Januari 2022. Dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di e-Agrina secara gratis atau berlangganan di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain