Foto: DOK. Ditlintan
Petani menerapkan BTS dengan aplikasi pestisida nabati
Tidak hanya anak muda penggemar K-Pop, petani pun menggandrungi BTS. Kenapa begitu?
Bahan pangan pokok yang cukup dan berkualitas harus dipenuhi dengan menghasilkan produk sesuai kriteria aman, sehat, utuh, halal (ASUH). Padi sebagai pangan pokok harus bebas residu bahankimia berbahaya.Karena itu,Kementerian Pertanian terus mendorong petani lebih giat menerapkan praktik budidaya padi sehat sesuai prinsip pengelolaan hama terpadu (PHT).
BTS
Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Kec.Cimanggu,Kab.Sukabumi, Jabar, Egi Surya Kelana menyatakan, saat ini Kementan gencar mendorong dan membantu petani untuk belajar serta menerapkan praktik budidaya tanaman sehat (BTS) dan prinsip-prinsip PHT lainnya.
“Kegiatan ini sangat bagus untuk memantik dan menjadi ajang petani lebih memahami dan menerapkan prinsip-prinsip PHT sehingga perlahan-lahan akan mengurangi ketergantungan petani akan pestisida kimia dan dapat menghasilkan padi yang lebih sehat yang aman dikonsumsi,” paparnya.
Senada dengan Egi, Suparman mengatakan, kegiatan yang diberikan Kementan sangat membantu para kelompok tani. Sebagai ketua kelompok tani kegiatan P4 di Kec. Setu, Bekasi, Jabar, ia menilai,petani bersemangat dalam mengembangkan dan menggunakan pupuk dan agens hayati untuk mengamankan tanaman padinya.
“Kami sangat terbantu dengan kegiatan P4. Kami dapat lebih giat dan semangat memproduksi sendiri dan menggunakan produk-produk pupuk hayati, pupuk organik, dan agens hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman,” terang Suparman.
Lebih lanjut, Kepala Satuan Pelayanan Wilayah I BPTPH Jawa Barat, Budi Utoyo menjelaskan, saat ini perhatian Kementan melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan kepada petani sangat bagus. Petani dididik untuk lebih dalam memahami PHT dengan belajar langsung melalui kegiatan yang dilaksanakan.
“Luar biasa sekali perhatian Kementan terhadap petani melalui beberapa kegiatan seperti kegiatan P4, dem area BTS, penguatan pos pelayanan agens hayati, perbanyakan rumah burung hantu, dan kegiatan lainnya. Ini untuk mendorong petani agar belajar lebih dalam memahami PHT dan praktik langsung menerapkan BTS,” jelasnya di Cianjur, Jabar.
Petani diajarkan mengeksplorasi agens hayati dari lapangan, cara perbanyakan, serta aplikasinya. Petani juga difasilitasi dan diberi bimbingan teknis secara langsung. “Dengan cara ini diharapkan petani dapat lebih baik dalam menerapkan praktik BTS, mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia sehingga akan didapatkan hasil produksi padi yang lebih sehat,” katanya.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 330 terbit Desember 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.