Foto: Dok. BPDPKS
Dampak Positif Implementasi Biodiesel
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Indonesia menargetkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) menembus 23% pada 2025. Pada 2020, penggunaan EBT tercatat sebesar 11,2%. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Arifin Tasrif, potensi energi terbarukan belum termanfaatkan secara optimal.
“Pemanfaatan EBT sebagai sumber energi ramah lingkungan masih rendah. Hingga saat ini hanya 0,3% dari total potensi yang dimanfaatkan,” bahasnya dalam diskusi bertema ‘Menjaga Keberlanjutan Mandatori Biodiesel: Indonesia Menuju B40’ yang digelar APROBI dan Sawit Indonesia.
Lebih lanjut ia berujar, dalam strategi pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM) fosil pada 2030, ialah dengan memaksimalkan biofuel B30 dan mengoptimalkan produksi Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel, biohidrokarbon. Dari situ, penghematan devisa selang waktu 2021-2040 ditaksir sekitar USD16,8 miliar per tahun.
Terkait mandatori biodisel, Menteri ESDM mengemukakan sejumlah hal positif. Di antaranya yakni penurunan emisi dan turunnya impor solar. Kemudian nilai tambah (dari CPO ke biodiesel) diperkirakan senilai Rp8,91 triliun pada 2021. Belum lagi serapan tenaga kerja sebanyak 916 ribu orang. Berdasarkan asumsi volume biodiesel yang dimanfaatkan sebagai pengganti solar, penghematan devias pada 2021 mencapai Rp44,5 triliun.
Dadan Gusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM menambahkan, realisasi program biodisel pada 2021 telah mencapai 8,08 juta KL (87,90%) dan total alokasi 9,2 juta KL. Biodiesel disalurkan melalui 21 BU BBN, 21 BU BBM di 60 titik serah.
Selanjutnya, menurut Dadan, produksi Fatty Acid Methyl ester (FAME) kelapa sawit juga mencukupi untuk penerapan B40. Berdasarkan kajian, uji kinerja terbatas pada sampel B40 dan B30 + DPME10 terhadap B30 menunjukkan penurunan torsi dan daya (1,1-2,1%), peningkatan konsumsi (1,1%), dan penurunan opasitas gas buang (1,6-3,2%).
Peta Program BBN
Pengembangan green diesel dilakukan melalui co-prcessing di kilang pertamina RU II Dumai pada 2022. Selanjutnya pengembangan program green gasoline non-pertamina melalui projek bensin sawit rakyat (Musi Banyuasin) dan replikasi bensin sawit rakyat pada daerah perkebunan sawit rakyat di daerah perkebunan sawit, seperti di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua.
Dari sisi volume, penyaluran biodiesel dari tahun ke tahun menunjukkan tren positif. Tercatat, pada 2015 hanya 0,43 juta KL, kini mencapai 7,93 juta KL hingga November 2021 saja. Sementara dari sisi pembiayaan, dalam menyalurkan 10,15 juta kilolter (KL) biodiesel B30 pada 2022, Badan Pengelola Dana Perkebuunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memperkirakan kebutuhan dana program mencapai Rp39,11 triliun. Hal tersebut diutarakan Edi Wibowo, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS.
Ia menjabarkan, kebutuhan dana tersebut berdasarkan rata-rata selisih harga indeks pasar solar dan biodiesel sebesar Rp 3.853/liter dengan rentang Rp3.060/liter- Rp5.483/liter. Berdasarkan data BPDPKS, realisasi pendanaan untuk penyaluran program biodiesel hingga November 2021 mencapai Rp44,23 triliun, penyaluran biodiesel sebanyak 7,93 juta KL.
Edi mengimbuhkan, pajak yang dibayarkan kepada negara sebesar Rp8,99 triliun dan terdapat penghematan devisa lantaran tidak melakukan impor solar sebesar Rp176 triliun. Tentunya, program mandatori ini juga mendongkrak nilai tambah industri hilir sawit sebesar Rp45,53 triliun.
Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute menuturkan, biofuel menjadi salah satu jalur hilirisasi sawit Indonesia. Selain penghematan devisa impor migas, menurut tungkot, B30 juga memperbaiki neraca perdagangan migas.
Ia meyakini, mandatori biodiesel yang diusung pemerintah merupakan bagian instrumen stabilisasi pasar CPO dunia. Sebab, besaran volume CPO yang diekspor Indonesia ke pasar dunia berpengaruh besar pada dinamika pasar minyak sawit dan minyak nabati global. Di samping itu, proyek hilirisasi ini akan mempengaruhi daya saing produk hilir sawit Indonesia. “Mandatori biodiesel lebih lanjut, naik kelasnya B30 menjadi B40 sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi fosil,” pungkas Tungkot.
Try Surya A