Foto: Dok.Apkasindo
Media online telah berhasil membentuk opini 4 tipologi cluster
Riau (AGRINA-ONLINE.COM). Universitas Riau menjadi salah satu Universitas Mitra dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam melakukan penelitian terkait sawit dan industrinya.
Sebagai bentuk kemitraan tersebut telah dilakukan Penelitian "Pengaruh kebijakan Pungutan Eksport CPO terhadap kesejahteraan Petani" dan hasil penelitian tersebut sudah dipaparkan di Pekanbaru (17-19/11) dihadapan BPDPKS dan asosiasi Petani ASPEK PIR Riau, SAMADE Riau dan 6 Provinsi DPW APKASINDO (Papua Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumut, Riau, dan Sulawesi Selatan) mewakili 22 DPW Provinsi APKASINDO
Yang menarik dari laporan hasil penelitian ini, yaitu bahwa media online telah berhasil membentuk opini 4 tipologi cluster, yaitu cluster harga, kebijakan Pungutan Eksport (PE), Petani, Industri (korporasi). Cluster tipologi ini didapat dengan menggunakan metode Textual Network Analyisis (TNA).
Dr. Meyzi Heriyanto, Anggota Tim Peneliti dari LPPM-Universitas Riau, menjelaskan adanya tarik menarik kebijakan yang cukup kentara atara pemerintah dengan korporasi, dan harus diakui, pada tarik menarik kebijakan tersebut pemerintah berada pada framing yang sama dengan sektor industri/perusahaan, bukan dengan Petani.
“Jika pada akhirnya framing yang terbentuk tersebut melukai hati para petani, maka intervensi media menjadi satu poin krusial untuk membentuk narasi baru dan atau mendekonstruksi narasi yang telah terlanjur terbentuk terkait kebijakan pungutan ekspor kelapa sawit”, ujar Meyzi.
Media online pun diakui lebih mempengaruhi kebijakan pemerintah dibandingkan dengan cluster lainnya. Namun pengaruh tersebut tidak dapat menghantarkan penyelesaian permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu Peran media online perlu diperhatikan untuk mengabarkan implementasi kebijakan dan dampaknya.
Terkhusus media elektronik televisi, sama sekali belum menunjukkan pengaruh, hal ini karena hampir tidak pernah media TV menginformasikan sisi kebijakan dan dampaknya terhadap sawit dan industrinya. “Hal ini menurutnya menjadi catatan serius dengan sedikitnya liputan media TV terkait sawit. Baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan”, ujar Meyzi.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum DPP APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia), Dr. Ir. Gulat Manurung, MP.,C.APO, bahwa hasil penelitian ini menggambarkan kurang optimalnya 6 tujuan berdirinya BPDPKS, terkhusus disisi Promosi dan Kemitraan, dimana bidang ini salah satunya mencakup kemitraan dengan media massa.
Memang dirasakan sejak 2020 BPDPKS sudah open shife menggunakan komunikasi di media massa, namun belum mencapai titik minimum, apalagi dengan komunikasi media tv. Padahal banyak sekali kisah tentang sawit yang harus diliput dengan media tv dan masyarakat umum berhak mengetahui nya, ini sangat penting dan perlu kreasi visualnya di media Tv.
Media Tv dan Iklan tentang sawit sangat urgen untuk meluruskan yang sengaja di "bengkokkan" selama ini oleh pesaing sawit dan sasaran mereka adalah generasi muda. Kekwatiran salah persepsi masyarakat terkhusus generasi Z tentang sawit dapat dilihat di medsos-medsos, bahkan untuk hal yang sangat sederhana sekali, generasi muda sudah salah memahami tentang sawit dan industrinya, ya karena minimnya iklan eksisting sawit.
Apalagi sudah 3 tahun ini yang membidangi Kemitraan dan Promosi di BLU BPDPKS masih dijabat oleh Plt Direktur, demikian juga dengan Kadiv-Kadiv lainnya, yang masih banyak di Plt kan, tentu tidak akan maksimal kinerjanya, karena harus merangkap jabatan.
“Hal ini sangat merugikan kami Petani sawit, karena roh nya cluster Petani dalam frame riset manfaat PE ini dominan nya ada di Kemitraan dan Promosi, tutur Gulat.
Try Surya A