Foto: PENI SARI PALUPI
Semai benih di tray 15 hari sebelum panen menghemat waktu
Dengan menaikkan Indeks Pertanaman (IP), pemerintah mengejar tambahan produksi padi sekaligus fulus bagi petani.
Untuk mendorong peningkatan produksi padi, menurut Moh. Ismail Wahab, Kementan melancarkan tiga strategi, yaitu penambahan areal tanam, peningkatan IP, dan peningkatan produktivitas. Khusus strategi kedua mulai tahun ini dilaksanakan melalui Program Optimalisasi Peningkatan Indeks Pertanaman (OPIP).
“Kegiatan OPIP merupakan salah satu cara untuk mendorong peningkatan produksi di lahan-lahan existing dengan peningkatan IP. Target 2021 adalah demplot seluas 10 ribu ha. Realisasinya saat ini seluas 9.834 ha. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi pada lokasi-lokasi yang telah melaksanakan IP200 menjadi IP400, artinya indeks panen bertambah dua kali dari tahun sebelumnya dan IP300 menjadi IP400 yang berarti indeks panen bertambah satu kali dari sebelumnya,” ungkap Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan, itu dalam respon tertulis (5/9).
Di Mana Saja?
Implementasi OPIP tidak di sembarang lahan. Kriteria lokasinya antara lain: hamparan seluas 10-50 ha per kelompok tani; tersedia air sepanjang tahun; bukan daerah endemis organisme pengganggu tumbuhan (OPT); dapat membuat persemaian culik/dapog/tray (semai benih 15 hari sebelum panen di luar areal tanam); bisa melakukan percepatan olah tanah dan panen dengan mekanisasi serta menanam varietas super genjah.
Pada 2021, OPIP dilaksanakan di 24 provinsi, 98 kabupaten, 182 kecamatan, dan 278 desa. Menurut Wahab, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp18,96 miliar sebagai stimulan. “Kelompok tani menerima bantuan benih dari Direktorat Perbenihan dan sarana produksi lain untuk satu musim tanam dari Direktorat Serealia berupa pupuk NPK nonsubsidi 150 kg/ha, pupuk mikro, pupuk hayati, kompos/pupuk kandang, dan dekomposer. Besarnya unit cost kurang lebih Rp1,955 juta/ha sesuai Rencana Usaha Kelompok. Kecuali benih, saprodi diberikan ke kelompok tani dalam bentuk transfer dana,” bebernya.
Tentang benih, petani sebaiknya memilih varietas unggul baru kategori sangat genjah berumur 90-105 hari setelah semai (HSS). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi telah merilis 10 varietas sangat genjah, yaitu Cakrabuana Agritan, Padjadjaran Agritan, Inpari 34 Salin Agritan, Inpari Sidenuk, Inpari 20, 19, 18, 13, 12, 11. Potensi hasilnya 8,0-11 ton GKP/ha. Lima di antaranya paling diminati petani, yaitu Cakrabuana, Padjadjaran, Inpari 13, 19, 34.
Awasi OPT Sejak Semai
Satu hal yang perlu diwaspadai dalam IP400 padi terus menerus adalah potensi serangan tinggi hama penyakit. OPT utama tahun ini adalah penggerek batang padi, tikus, wereng batang cokelat, penyakit blas, kresek, tungro, dan kerdil rumput.
“Kita harus punya strategi. Kuncinya adalah pengamatan lapangan harus sering. Nggak ada ujug-ujug wereng itu timbul, selalu ada proses mulai dari kecil lalu besar,” ujar M. Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementan (9/9).
Takdir merinci rekomendasi pengendalian OPT. “Lakukan sanitasi di lapangan, seperti gropyokan tikus sebelum tanam. Tanamlah refugia sebagai tempat hidup musuh alami hama di dekat areal. Perlakukan benih dengan pupuk hayati supaya pertumbuhan benih itu meningkat dan terjaga dari serangan patogen. Lakukan tanam serempak dengan jajar legowo agar udara dan cahaya matahari bisa masuk optimal di pertanaman sehingga tidak lembap. Pengambilan kelompok telur wereng di persemaian secara gotong royong. Pada fase vegetatif lakukan eradikasi selektif. Kita sarankan menggunakan agen pengendali hayati (APH) dan pestisida nabati saat fase generatif. Jangan asal semprot pestisida kimia sintetis. Pengendalian hama terpadu dengan APH dan musuh alami menjamin keberlanjutan pertanian kita,” jabarnya.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 329 terbit November 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.