Rabu, 8 September 2021

Harga Sapi Bakalan Australia Diprediksi Tetap Tinggi Hingga April-Mei 2022

Harga Sapi Bakalan Australia Diprediksi Tetap Tinggi Hingga April-Mei 2022

Foto: Istimewa
ekspor sapi bakalan Australia ke Indonesia atau turun 11%

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Kemitraan Indonesia-Australia untuk Ketahanan Pangan di Sektor Daging Merah dan Sapi atau The Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector (atau the Partnership) merilis Joint State of the Industry (JSOI) 2021 Mid-Year Update Report. 
 
Dalam laporan JSOI terbaru ini, disoroti tantangan finansial yang saat ini masih dihadapi oleh usaha penggemukan (feedlot) dan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Australia dan Indonesia yang sangat terkendala oleh terbatasnya pasokan dan harga sapi yang tinggi. Banyak di antara usaha tersebut yang melaporkan telah mengalami kerugian operasional. Sementara itu, industri daging merah dan sapi Indonesia masih mengalami tekanan akibat COVID-19.  
 
Riyatno, Co-Chair Partnership Indonesia mengungkapkan, PPKM yang diberlakukan di seluruh Indonesia sebagai upaya mengendalikan pandemi COVID-19 secara signifikan melemahkan daya beli konsumen dan permintaan daging sapi. Namun begitu, turunnya angka kasus aktif dan kasus baru COVID-19, serta upaya gencar perluasan vaksinasi COVID-19 di seluruh Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diperkiraan akan naik lebih dari 4% tahun ini. 
 
Chris Tinning, Co-Chair Partnership Australia menyatakan, kemungkinan kondisi akan mulai membaik pada paruh kedua tahun 2022.  “Curah hujan yang baik di Australia tahun ini membantu produsen Australia untuk meningkatkan kembali populasi sapi dan mempertahankan stok sapi mereka,” terangnya.
 
Ia memprediksi, harga ekspor sapi hidup yang tinggi saat ini seharusnya bisa turun pada paruh kedua tahun 2022, dan bisa meredakan tekanan keuangan yang dialami usaha feedlot dan RPH di Australia dan Indonesia.  “Saya senang Laporan JSOI terbaru rilis, sehingga dapat membantu pemerintah dan kelompok industri melalui masa ekonomi yang tidak pasti ini,” bahasnya.
 
Hingga akhir Juni 2021, ekspor sapi bakalan Australia ke Indonesia hanya mencapai sedikit di bawah 229.500 ekor atau turun 11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Diproyeksikan, total ekspor tahun 2021 akan turun sebesar 9% dibandingkan pada 2020 dan 36% dari tahun 2019.
 
Penurunan ekspor sapi hidup Australia ke Indonesia sebagai akibat dari terbatasnya pasokan dan permintaan domestik yang kuat dari peternak, feedlot, dan industri pengolahan. Di sisi lain, permintaan global dan domestik Australia yang kuat serta jumlah ternak Australia yang jauh lebih kecil memungkinkan membuat harga sapi bakalan tetap tinggi hingga April/Mei 2022.
 
Hingga akhir Juni 2021, Indonesia telah melakukan impor daging kerbau India (IBM) sebanyak 31.440 ton. Sedangkan dari Australia, impor 23.840 ton daging sapi segar dan beku selama paruh pertama tahun 2021.
 
Try Surya A
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain