Foto: Try Surya Anditya
Produksi unggas optimal dengan memperhatikan managemen, program vaksinasi, dan suplementasi
Ayam mempunyai kekebalan pasif dari indukan. Namun itu saja tidak cukup.
Kendala utama yang dihadapi peternak dalam budidaya unggas adalah tantangan penyakit. Untuk mengoptimalkan produksi, peternak dituntut untuk menjaga kesehatan unggas dari fase awal hingga masa panen.
Tony Unandar, Private Poultry Farm Consultant mengatakan, peranan antibodi yang diturunkan dari induk pada awal kehidupan anak ayam cukup menentukan.
“Walaupun anak ayam mendapatkan passive immunity (kekebalan pasif) dari induk, dia harus mempunyai kekuatan sendiri untuk melawan patogen,baik selama masa embrional maupun ketika sudah keluar dari telur,” ujar Tony.
Kekebalan Sistemik dan Lokal
Dalam mengatasi penyakit infeksius di lapangan, peternak harus memiliki persiapan dalam bentuk manajemen. Kemudian program vaksinasi yang bertujuan untuk memperbaiki respon pembentukan kekebalan aktif dan meminimalkan pengaruh zat kebal induk.
Selain itu yang dinilai penting, yakni penggunaan suplemen nonvaksin, baik berupa probiotik, prebiotik, acidifier maupun essential oil.
“Kalau hanya menggunakan vaksin, kita tidak memperhatikan manajemen, responnya tidak maksimal. Maka perhatian kita harus pada ketiga-tiganya supaya responnya sangat optimal. Ini adalah teknik untuk kontrol penyakit infeksius tapi lebih cenderung pada pencegahan munculnya kasus,” jabar Tony.
Sedangkan antibiotik, menurut Anggota Dewan Pakar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) tersebut, kebanyakan digunakan untuk kasus-kasus kuratif ketika telah terjadi infeksi penyakit.
Antibiotik bermanfaat sebagai antibakterial, antiparasit,dan beberapa antijamur, tapi tidak untuk mengatasi virus.
Strategi yang paling tepat adalah mengikuti konsep one world one health. Secara bertahap, pembudidaya mengurangi penggunaan antibiotik dan mengawasi secara ketat,kemudian memperbaiki manajemen, mengaplikasikan vaksin, dan menambahkan suplemen.
Ayam memiliki dua kekebalan sistemik yang terdiri dari antibodi humoral dan kekebalan dengan perantaraan sel limfosit (cell mediated immunity).
Teknologi vaksin, menurutnya, kebanyakan menitikberatkan pada pengembangan kekebalan dengan perantara sel.
Salah satu poin penting dari vektor vaksin adalah fokus kepada cell mediated immunity. Demikian juga imun komplek vaksin yang fokus secara sistemik.
Ia mengulas, kekebalan humoral membentuk imunoglobulin A, imunoglobulin M pada awal infeksi, lalu kekebalan sel, baik itu sel epitelium, sel fagosit, maupun sel limfosit.
Kekebalan pada masing-masing area, semisal kepala, pernapasan, reproduksi dan pencernaan, saling terhubung. Jadi,ketika menstimulasi imunitas lokal pada area kepala, responnya juga ditemukan pada pernapasan, reproduksi, dan saluran pencernaan.
Kekebalan humoral bertugas mencegah peredaran penyebaran patogen di dalam tubuh ayam dari pintu masuknya atau ke organ-organ penting bagian dalam. Sedangkan cellmediatedimmunity untuk menangkap patogen di dalam organ ketika sudah menyebar.
Pemberian vaksin aktif di awal kehidupan ayam bertujuan untuk membentuk kekebalan nonspesifik atau sistem pertahanan sel (innate immunity). Kemudian setelah diinduksi, akan membentuk kekebalan humoral dan seluler. Ia menambahkan, induk memberikan kekebalan pasif selama masa embrional dan di awal kehidupan.
Pemberian kekebalan sangat penting untuk melindungi embrio dari serangan virus. Ketika kekebalannya cukup, virus tidak berkembang. Tony mewanti-wanti, innate immunity tidak pernah diturunkan dari induk ke anak. Kekebalan seluler atau mediated immunity tidak diturunkan ke anak.Ini perlu dipahami peternak.
“Ketika ayam sampai hari pertama di breeder, dia sudah siap menghadapi segala macam patogen yang menerpa. Terutama duapenyakit viral yaitu endemic disease, marek dan IBD serta airborn disease, seperti ND,” bahasnya.
Respon kekebalan humoral rata-rata antara 7 - 14 hari mencapai puncaknya. Secara teoritis cepat lantaran kondisi ayam bagus. Namun ketika di lapangan,ayam stres dengan berbagai perlakuan sehingga tidak mungkin akan lebih cepat.
Dalam menghadang laju infeksi, sel epitelium harus lebih bagus dengan vaksinasi. Lalu sel epitelium digertak dengan pemberian prebiotik, probiotik, acidifier, atau essential oil supaya kuat. Tony menilai, mengontrol virus yang masuk ke dalam tubuh ayam dengan konsep-konsep biosekuriti sangatlah tidak bijak kalau hanya mengandalkan antibodi induk.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 326 terbit Agustus 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.