Jumat, 2 Juli 2021

Kemarau Datang, Heat Stress Wajib Dihadang

Kemarau Datang, Heat Stress Wajib Dihadang

Foto: TRY SURYA ANDITYA
Ayam nyaman pada kandang closed house

Suhu dan kelembapan kandang perlu dikondisikan agar potensi genetik broiler modern tetap optimal.
 
 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak kemarau ekstrem akan terjadi pada Agustus 2021. Kondisi peralihan musim saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam budidaya ayam pedaging (broiler). Eko Prasetio, Private Commercial Broiler Farm Consultant mengungkapkan, untuk menghadapi kondisi tersebut, peternak perlu menyesuaikan tata laksana manajemen budidaya.
 
Awal musim kemarau, dinilai Eko cukup berat dibandingkan ketika sudah benar-benar dalam musim kemarau. Musim kemarau di Indonesia pun memperlihatkan sifat atau karakter hujan yang berbeda-beda di berbagai wilayah. Setidaknya terdapat tiga perbedaan, yakni daerah dengan hujan di atas normal, normal, dan di bawah normal.
 
“Kemarau dengan sifat hujan di atas normal harus lebih waspada. Karakter broiler modern amat bergantung dari tata cara kita mengondisikan agar ayam tetap nyaman dalam tiap perubahan musim,” ulas dokter hewan lulusan FKH UGM Yogyakarta ini.
 
 
Suhu dan Kelembapan
 
Broiler modern memiliki karakter pertumbuhan yang sangat cepat. Di dalam tubuh ayam sendiri, bahas Eko, terdapat internal stress yang sangat sensitif terhadap suhu dan kelembapan. Untuk menuju situasi normal, banyak syarat yang mesti dipenuhi.
 
Ia mengutarakan, idealnya antara suhu tubuh ayam dan suhu lingkungan ada selisih di atas 8oC. Semakin suhu tubuh mendekati lingkungan, ayam akan semakin tersiksa. Kemudian perubahan suhu antara malam dan siang hari harus lebih kecil dari 8OC.
 
Kelembapan Indonesia relatif di atas 80%. Karenaitu, Eko mengingatkan, nilai indeks heat stress (IHS) tidak boleh lebih dari 160. Pada kondisi demikian, ayam akan mulai mengalami pantingatau terengah-engah. IHS merupakan hasil penjumlahan suhu dikonversikan ke dalam Fahrenheit ditambah nilai kelembapan. Parameter ini digunakan untuk memantaulevel stres ayam.
 
Hal tersebut pun diamini Vetnizah Juniantito.Pakar patologi FKH IPB University ini menyebut, unggas tergolong homeothermik (berdarah panas) yang mempertahankan panas suhu tubuh sekitar 41o-42oC. Suhu tubuh ayam diatur oleh hipothalamus di otak. Sementara pada ayam umur1-2 minggu, perkembangan hipothalamus belum berkembang optimal. Untuk itu, suhu lingkungan harus lebih tinggi agar ayam bisa mempertahankan suhu tubuh normal.
 
“Ayam tidak memiliki kelenjar keringat. Suhu 17o-25oC (zona thermonetral) membuat ayam dewasa nyaman. Makan dan minumnya cukup baik, produksi panas sama dengan panas yang dikeluarkan ayam,” jabar dosen yang akrab disapa Tito ini.
 
Ketika suhu sudah di atas 30oC, ayam mulai banyak minum dan konsumsi pakan berkurang. Sementara di suhu lingkungan lebih dari 38oC, produksi panas yang dikeluarkan akan lebih besar ketimbang yang dikeluarkan. Kondisi ini memicu stress panas (heat stress).
 
Eko menimpali, tata laksana manajemen minggu pertama menjadi kunci untuk mengevaluasi strategi brooding dan perencanaan ke depan. Semakin lama terpapar heat stress, maka pertumbuhan ayam akan terdampak.
 
Semakin besar ayam, potensi level stres semakin tinggi. Ayam sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Kesehatan juga semakin peka dengan berbagai macam mikroorganisme. Dari sisi nutrisi akan semakin membutuhkan asupan jauh lebih lengkap nan seimbang.
 
Menurut Eko, kandang dengan teknologi closed housebisa mengondisikan suhu dan kelembapan sehingga perubahan di luar tidak terlalu berdampak pada ayam. Yang dilakukan adalah memberikan target temperatur efektif yang tidak terlalu jauh dari yang diharapkan.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 325 terbit Juli 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain