Foto: Dok. Pinsar
Rembug Perunggasan Nasional IX yang berlangsung di Solo, Rabu (16/6)
Solo (AGRINA-ONLINE.COM). Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan (Pinsar) Indonesia Jawa Tengah, Parjuni mengingatkan terdapat potensi pasokan ayam pedaging (broiler) berlebih di atas 20 Juni 2021.
Hal tersebut akan berdampak kepada harga panen yang menurun. Menurutnya, jika tidak ada penanggulangan dari pemerintah, peternak rakyat akan merugi. Untuk itu, Pinsar meminta pemerintah untuk melakukan pemangkasan ketersediaan induk ayam. Sebagai antisipasi pasokan berlebihan di pasaran.
“Saat ini harga ayam hidup lepas kandang Rp17.000/kg. Harga ini di bawah harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp20.000/kg. Dengan demikian, saat ini peternak ayam sudah mengalami kerugian sebesar Rp3.000/kg. ada potensi itu di bagian pembibitan harus ada penyesuaian,” tuturnya di Rembug Perunggasan Nasional IX yang berlangsung di Solo, Rabu (16/6).
Parjuni memprediksi terjadi kelebihan pasokan hingga 30%. Di tambah, selama pandemi Covid-19 kebutuhan daging secara nasional yang tadinya 13 kg/kapita/tahun diturunkan hanya menjadi 8 kg/kapita/tahun. Maka demikian, ia meminta pemerintah terkait penyerapan ayam hidup dan pengawasan pemangkasan induk.
“Saat ini kebutuhan daging ayam di pasaran lebih banyak dicukupi oleh perusahaan besar. Komposisinya 80% kebutuhan pasar dikuasai oleh perusahaan besar dan 20% peternak rakyat," imbuh Parjuni.
Potensi Banjir Ayam Impor
Pada kesempatan yang sama, Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag mengingatkan kemungkinan terburuk dalam pengajuan pembelaan melalui banding daging ayam Brasil yang telah terjadi sejak 2014.
“Masuk pengadilan WTO dan Indonesia kalah. itu kesimpulannya beberapa kebijakan yang sifatnya menurut mereka protektif harus dibuka,” ungkapnya.
Dengan kemenangan banding Brasil dalam persidangan WTO tersebut tentunya akan memantik negara lain seperti Arab Saudi, AS, hingga Korea Selatan untuk melirik pangsa pasar daging ayam dalam negeri.
Kendati begitu, pemerintah melalui Kemendag dan Kementan telah melakukan berbagai upaya seperti merevisi Permendag dan Permentan untuk bisa menyesuaikan persyaratan WTO. “Skenario terburuk pasar bakal dibuka karena kalau pasar harga internasional ayam ini lebih rendah dari harga ayam di sini maka dia masuk,” tandasnya.
Try Surya A