Foto: Istimewa
Pemerintah melakukan lobi ke negara pemasok daging seperti India, Brasil, Meksiko, Filipina, Spanyol hingga Argentina.
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Distribusi daging sapi impor sedikit terganggu karena pasokan yang terbatas dari negara eksportir. Hal ini dikatakan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdalifah Mahmud di sela-sela webinar Outlook perdagangan daging sapi Indonesia-Australia 2021 (28/4).
“Berdasarkan neraca yang ada, tahun 2021 ini termasuk era dimana membutuhkan daging merah sapi atau kerbau agak tersendat. Kita mengalami kendala lockdown di negara eksportir daging, yang diikuti kapal atau kontainer angkut tersendat,” jelasnya.
Musdalifah menambahkan, pada saat ramadhan dan lebaran konsumsi daging sapi mengalami kenaikan 0,5%-3% dibanding bulan-bulan normal. Kendala inilah yang memicu kenaikan harga daging sapi di pasaran.
Tahun lalu, Australia sebagai negara pemasok utama daging sapi mengalami persoalan seperti kekeringan dan banjir. Alasan ini membuat distribusi daging ke Indonesia terganggu, termasuk dengan adanya COVID-19.
Komposisi konsumsi daging sapi di Indonesia yaitu sebanyak 45% dipasok dari daging sapi impor, lalu 38% dari daging sapi, dan 17% daging jeroan. Untuk itu, saat ini pemerintah terus melakukan lobi ke negara-negara pemasok daging sapi lain, seperti India, Brasil, Meksiko, Filipina, Spanyol hingga Argentina. Namun untuk sebagian negara, terkendala jarak yang terlalu jauh.
Pemerintah juga tengah mendorong BUMN pangan dan swasta untuk saling memasok kebutuhan daging sapi impor. Pihaknya saat ini juga tengah melakukan optimalisasi dan mobilisasi sentra-sentra peternakan lokal di Bali, Lampung, NTB, dan Jawa Timur.
Berdasarkan catatan Indonesia Australia Red Meat & Cattle Partnership, impor sapi hidup dari Australia ke Indonesia merosot pada 2020. Hal ini didorong juga dengan kenaikan harga bakalan yang sangat tinggi dibanding 20 tahun terakhir.
Chris Tinning, Co-chair Partnership Australia berharap, harga sapi bakalan Australia mengalami penurunan di semester kedua 2021 seiring dengan pulihnya pertumbuhan populasi ternak di negeri Kangguru itu.
“Saat ini, dengan kondisi dan lingkungan yang mendukung, para peternak Australia tengah melakukan repopulasi. Hal ini meningkatkan kompetisi antar peternak, pemasok, eksportir, dan agen lainnya dalam mendapatkan bakalan sapi dari Australia,” ulasnya.
Try Surya A