Selasa, 27 April 2021

Bungkil Sawit Berpotensi Besar Sebagai Alternatif Bahan Baku Pakan Ternak

Bungkil Sawit Berpotensi Besar Sebagai Alternatif Bahan Baku Pakan Ternak

Foto: Istimewa
Rekomendasi penggunaan PKM untuk pakan broiler sebesar 5%-7%, layer 10%, babi 10%, dan ikan 10%.

Bogor (AGRINA-ONLINE.COM). Dalam memproduksi pakan unggas, bahan pakan menjadi komponen biaya terbesar yang mencapai 85% dari total biaya produksi. Hal ini merupakan salah satu permasalahan dalam penyediaan pakan yang berdaya saing. Di sisi lain, Indonesia masih memiliki ketergantungan impor bahan pakan sekitar 35%, terutama sumber protein impor seperti bungkil kedelai (soybean meal), corn gluten meal, meat bone meal dan premiks.
 
Direktur Pakan Ditjen PKH, Makmun mengatakan, dinamika di sektor perunggasan yang terjadi akhir-akhir ini menyoroti melambungnya harga beberapa bahan pakan unggas.  Jagung dan bungkil kedelai (soybean meal), lanjutnya, merupakan bahan pakan sumber energi dan protein sebanyak 75% dalam formulasi pakan unggas. “Peningkatan harga domestik jagung pada triwulan I Tahun 2021 yang dibarengi dengan kenaikan harga bungkil kedelai sejak Agustus 2020 telah mendorong peningkatan harga pakan domestik,” ujar Makmun di sela-sela diskusi ‘Mengulas Inovasi Palm Kernel Meal Terolah (Palmofeed) sebagai Pakan Alternatif Sumber Energi dan Protein’ di Hotel Santika Bogor, Senin (26/4).
 
Berdasarkan data impor Bahan Pakan Asal Tumbuhan (BPAT) dari tahun 2015-2020, volume relatif impor bahan pakan sumber protein semakin meningkat di tahun 2020 menjadi 84% yang semula di tahun 2015 sebesar 57,30% atau dalam 5 tahun naik sebesar 26,7%. Sedangkan untuk sumber energi, pengembangan jagung lokal berhasil mengurangi ketergantungan bahan pakan sumber energi dari impor. Di Indonesia, jagung merupakan komoditas pangan utama kedua setelah beras. Industri pakan merupakan salah satu pengguna jagung terbesar di Indonesia, seiring dengan pertumbuhan produksi pakan. 
 
Ketergantungan akan bahan pakan impor tersebut akan menimbulkan aspek ketidakpastian. Di sisi lain, Bungkil Inti Sawit atau Palm Kernell Meal (PKM) menjadi bahan baku pakan alternatif sumber energi dan protein, yang merupakan hasil ikutan dari industri pengolahan kelapa sawit yang ketersediaannya sangat tinggi di Indonesia. 
 
“Ditjen PKH berharap sinergi antara pemerintah dan lembaga penelitian dengan kalangan pelaku usaha dapat terus terbangun dan makin erat untuk saling mendukung proses penyediaan bahan pakan lokal yang bermutu secara khusus dan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan secara umum,” harapnya.
 
Sebagai informasi, Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas pertanaman diperkirakan mencapai 14,99 juta hektar. Dari luasan tersebut, diperkirakan akan menghasilkan produksi Minyak Sawit Kasar atau Crude Palm Oil (CPO) sebesar 49,12 juta ton serta inti sawit atau palm kernel sebesar 9,82 juta ton. 
 
Potensi dari luasnya kelapa sawit ini sebenarnya bisa dioptimalkan untuk pengembangan sub sektor peternakan di Indonesia. Untuk ruminansia misalnya, pengembangan sistem integrasi sapi-sawit dapat menjadi model dalam penyediaan daging sapi bagi Indonesia, yang saat ini belum sepenuhnya lepas dari ketergantungan impor daging dan sapi bakalan.
 
Untuk penyediaan pakan bagi ruminansia dan unggas, kelapa sawit memiliki potensi besar dalam menghasilkan palm kernel meal (PKM). Dengan produksi inti sawit sebesar 9,8 juta ton, Indonesia berpotensi menghasilkan PKM sebesar 4,42 juta ton/tahun. PKM adalah bahan pakan berserat tinggi sebesar 14-27,7% dengan kualitas protein yang sedang sebesar 13,5-19,4%. Oleh karena itu PKM cocok untuk pakan ternak ruminansia. 
 
Salah satu faktor pembatas penggunaan PKM adalah kandungan seratnya yang tinggi, dengan komponen dominannya adalah berupa mannosa yang mencapai 56,4% dari total dinding sel PKM. Agus Wiyono, perwakilan PT Buana Karya Noveltindo menjelaskan, kandungan mannan yang tinggi di satu sisi merupakan faktor pembatas nutrisi, namun di sisi lain memiliki potensi sebagai bahan imbuhan pakan seperti prebiotik yang akan meningkatkan kesehatan ternak.
 
Agus menambahkan, produk bahan baku pakan baru ini juga diklaim memiliki physical properties yang lebih baik dibandingkan bungkil inti sawit, yakni mengalami pengembangan dan mempermudah efikasi enzim, tekstur lebih halus dan rendah kandungan batok/cangkang, serta warna lebih cerah dan aroma yang khas tidak tengik.
 
Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi juga mengapresiasi peran Fakultas Peternakan IPB University beserta tim yang melakukan penelitian PKM. Beliau menyampaikan, bahwa saat ini harga pakan masih sangat tergantung kepada pihak produsen. Ia menjelaskan bahwa jika pakan sudah mengalami kemandirian maka industrinya akan membaik. 
 
Saat ini pemerintah memberikan matching funds dan bantuan kepada inovator dan industri. Industri - industri yg melakukan terobosan dan inovasi akan mendapat keringanan pajak. Pengembangan pakan bukan hanya untuk unggas dan ruminansia, tetapi juga untuk perikanan.
 
Senada dengan Arif Satria, peneliti Fakultas Peternakan IPB University, Prof. Dr. Nahrowi, MSc menimpali, saat ini industri pakan di Indonesia dihadapkan pada dinamika ketersediaan bahan baku pakan yang musiman dan tidak berkelanjutan. Solusi atas dinamika tersebut diantaranya adalah pemanfaatan PKM sebagai bahan pakan fungsional sumber energi dan protein.
 
PKM merupakan hasil ikutan dari industri pengolahan kelapa sawit dengan ketersediaannya di Indonesia sangat tinggi, hasil pengolahan PKM yang dikenal dengan nama Palmofeed memiliki kandungan nutrisi yaitu kadar air max 12%, abu max 6%, protein kasar min 16%, Lemak kasar max 12%, serat kasar max 14%, GE min 4 kkal, Shell max 7%. 
 
Adapun rekomendasi penggunaan untuk broiler yaitu sebesar 5 - 7%, layer 10%, babi 10%, dan ikan 10%. PKM juga produksinya tidak mengenal musim, produksinya berkelanjutan. "Tidak seperti jagung, bungkil kedelai dan lainnya, bungkil sawit tidak musiman, sumbernya banyak dan sudah established," pungkas Nahrowi.
 
Try Surya A
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain