Foto: Istimewa
Efisiensi produksi bisa didapat dengan integrasi total
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Pemerintah meminta industri pakan dan perunggasan nasional meningkatkan daya saing komoditas lewat harga yang lebih baik. Minimnya daya saing harga akan membuat Indonesia rentan akan ancaman banjir impor unggas dari luar negeri, salah satunya Brasil.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra menuturkan, berdasarkan pantauannya, saat ini harga jual ayam di pasaran berada pada rentang harga Rp.30.000/kg–Rp44.000/kg. menurutnya, kenaikan harga ayam yang begitu tinggi di pasar akibat kenaikan harga bibit ayam (Day old Chick-DOC) serta pakan yang cukup signifikan. Kenaikan pakan utamanya, sudah terjadi sejak akhir tahun lalu hingga saat ini.
"Hampir 30% naiknya, kita tahu pakan berkontribusi besar bagi harga ayam broiler dan layer," jelasnya dalam webinar 'Harga Jagung Melambung' Pusat Kajian Pertanian dan Advokasi (PATAKA) secara daring, Selasa (20/4).
Di sisi lain, Syailendra mengingatkan importasi daging Brasil sudah di depan mata dan hanya bersoal pada banding yang masih belum selesai di WTO. keadaan sekarang, ibarat hanya soal waktu sebelum unggas tersebut masuk.
"Ini Brasil sudah di depan mata, kita tidak tahu apakah mampu mengulur waktu dalam setahun, setahun setengah atau dua tahun. Tetapi daging ayam yang murah akan masuk, jika di dalam negeri tidak pernah mempersiapkan diri dan begitu nikmatnya menjual DOC tinggi dan pakan yang enggak bisa bersaing," wanti-wantinya.
Berdasarkan analisis Kemendag, beban produksi daging ayam didominasi biaya pakan sebesar 66%. Sedangkan biaya DOC 22% dan biaya operasional 12%. Adapun biaya pokok pakan terdiri dari bungkil kedelai atau SBM 32%, jagung 29%, serta lainnya 39%.
Saat ini, jelas Syailendra, harga jagung di tingkat petani sudah berada pada kisaran Rp4.200/kg. Meskipun, pada kondisi lebih lanjut harga jagung mampu menembus Rp6.000/kg ketika sudah masuk pabrik pakan.
Jadi tidak bisa dimungkiri harga jagung yang masih berada di kisaran Rp4.500/kg saja sudah berhasil membuat struktur harga pakan broiler mencapai Rp8.200–8.300/kg. Apalagi kini, harga pakan unggas dijual kisaran Rp7.500–8.300/kg.
Ditambah harga DOC dan pakan kala masing-masing masih dijual Rp6.000 dan Rp7.250/kg saja, sudah bisa membuat harga jual ayam di pasaran mencapai Rp35.000/kg–38.000/kg. "Bisa dibayangkan sekarang harga DOC naik dan pakan naik 30%, maka harga ayam di pasar itu bisa tembus di atas Rp40.000/kg, bahkan Rp42.000/kg," paparnya.
Syailendra menyarankan stakeholder terkait segera melakukan langkah-langkah strategis mengantisipasi kemungkinan terburuk, baik lewat diversifikasi, perluasan lahan suplai pakan dan lain sebagainya. Jadi proses integrasi kompleks dengan industri jagung harus benar-benar segera terwujud.
Mempertahankan industri saja sudah menjadi sesuatu yang hebat, jika semua pihak tidak memiliki daya saing yang cukup. Tidak perlu muluk-muluk untuk ekspor. Untuk itu, semua harus melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas.
Penyesuaian harga eceran tertinggi atau HET, dinilainya, tidak akan menyelesaikan masalah di tengah kompleksitas yang terjadi saat ini. "Ke depan kami akan buat harga acuan fleksibel. Karena kita tidak bisa paksakan ketika biaya produksi naik, kemudian harga tetap dipatok. Itu rasanya sesuatu yang tidak mungkin," tandasnya.
Try Surya A