Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Sarjono, pasar kurban arisan akan tetap ramai
Peternak sapi, kambing, dan domba (Sakado) sudah mulai menyiapkan penggemukan untuk kurban. Tahun ini, pasar diharapkan naik.
Pasar Kurban atau Idul Adha menjadi momentum tersendiri bagi peternak ruminansia di Tanah Air. Baik peternak sapi, kerbau, domba, maupun kambing, biasanya membutuhkan waktu 4-5 bulan dalam menyiapkan ruminansia gemuk dan sehat untuk kurban. Malahan, ada yang menggemukkan lebih dulu agar labanya makin terasa.
Tahun lalu, Kementerian Pertanian mencatat, jumlah ternak kurban yang dipotong sebesar 1.802.651 ekor atau turun 3,5% dari 2019. Rinciannya, domba 392.185 ekor, kambing 853.212 ekor, kerbau 15.653 ekor, dan sapi 541.568 ekor.
Untuk kebutuhan kurban tahun ini, belum ada jawaban perkiraan dari Humas Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,Kementan. Jawaban yang AGRINA terima, hanya menginformasikan Ditjen PKH sedang fokus untuk memenuhi kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri 2021.
Tahun Lalu Lesu, 2021 Optimis
Pada awal 2021, harga daging sapi mengalami lonjakan. Hal ini akibat keterbatasan mendapatkan bakalan sapi Australia yang berimbas juga kepada naiknya harga bakalan sapi-sapi lokal.
Tercatat, harga jual daging sapi di wilayah Jabodetabek yang semula dikisaran Rp110ribu/kg, mengalami kenaikan 10% atau menjadi Rp125ribu/kg.
Pemenuhan kebutuhan akan daging sapi dalam negeri terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) masih terkendala.
Selain karena harga daging sapi dari pemasok utama impor Australia masih terhitung tinggi, ketersediaan sapi-sapi lokaljuga lebih banyak dipersiapkan untuk memenuhi hewan kurban.
Heru Wijanarko, Mentor Platform Sapibagus membenarkan hal tersebut. Menurutnya, harga daging sapi diperkirakan akan naik hingga Rp140ribu/kg ketika Ramadan dan Idul Fitri 2021.
Kenaikan ini lantaran meningkatnya harga bakalan sapi impor yang digemukkan para feedloter (pengusaha penggemukan). Dengan begitu, kenaikan yang cukup signifikan juga terjadi pada sapi lokal. Hal inimendorong para peternak menjual sapi lebih dulu jauh sebelum Hari Raya Idul Adha 2021.
Sapibagus memproyeksikan, kondisi tersebut akan bertahan hingga beberapa bulan kedepan yang membuat harga sapi kurban pada 2021 akan melonjak sekitar 15% dari pasaran 2020. Berbeda dari 2020, imbuh Heru, pasar sapi kurban mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun bobot ukuran.
“Imbas Pandemi (covid-19), penurunan 20% dibanding 2019. Yang biasanya mengambil di harga Rp25 juta–Rp30 juta/ekor, jadi memilih ukuran lebih kecil, di bawah Rp20 juta/ekor. Terutama company (perusahaan), biasanya 15-20 ekor, tahun lalu 8 ekor,” ulasnya.
Bagusnya harga membuat bisnis penggemukan sapi untuk pasar kurban jadi kian menggiurkan bagi investor. Bahkan, dari salah satu grup Whatsapp alumnus universitas yang AGRINA ikuti, setidaknya terhitung 172 paket dengan harga Rp10 juta/paket berhasil dikumpulkan. Sapi yang diinvestasikan berjenis Limosin dan PO.
Hal serupa pun terjadi di pasar domba dan kambing Tanah Air. Yudi Guntara Noor, Ketua Umum Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) memprediksi, tahun ini terjadi peningkatan harga 15%-25%. Terutama untuk bakalan dan domba betina. Hal ini karena untuk restocking dan pemeliharaan untuk dibiakkan.
“Pasar kurban tahun lalu turun hingga 50%. Tapi pasokan dari Jawa Timur ke DKI Jakarta dan Jawa Barat terhenti. Hanya bertumpu pada pasokan dari Jawa Barat saja sehingga terjadi juga peningkatan harga beli dan jual,” ulasnya belum lama ini.
Yudi khawatir domba betinadijadikan alternatif cadangan pasokan untuk kurban. Kendati domba sangat cepat produksinya, ia mengingatkan, peternak tetap harus hati-hati agar ketersediaan populasi terjaga.
Pasar Arisan Sapi Kurban Jadi Target
Heru mengatakan, kurban tahun ini sapibagus tetap menyediakan sapi sebanyak 400 ekor lebih. Terdiri dari sapi kupang, bali, Peranakan Ongole (PO), Brahman Cross (BX), Simental, dan Limosin. Bakalan dibelinya dengan sistem ‘jogrok’atau per ekor tanpa ditimbang.
Sapai yang semula berbobot 200 -250 kg/ekor akan digemukkan menjadi 350 -400 kg/ekor. Hitungan pertambahan bobot rata-rata harian (average daily gain – ADG), diharapkan sebesar 0,8 –1kg.
Ia merinci, sapi bali dengan bobot 350 kg dijual mulai Rp25juta/ekor. Sementara sapi kupang berukuran250-280 kgdipatok di bawah Rp20 juta/ekor. “Pasarnya ramai karena bisa patungan Rp3 juta/orang. Ada juga sapi premium limosin bisa satuton, sapi PO di atas 750 kg sudah kategori premium,” urai lulusan IPB University ini.
Sarjono, Ketua Kelompok Peternak Sapi Limosin di Desa Astomulyo, Kec. Punggur, Kab. Lampung Tengah cukup optimistis bercerita kepada AGRINA.Ia bersama kelompoknya menyiapkan sapi untuk kurban seiring terus membaiknya pasar dan harga jualnya lebih tinggi ketimbang sapi potong.
Menghadapi Idul Adha mendatang, Sarjono menggemukkan 330-an ekor berbagai jenis sapi, sebagian besar jenis sapi PO. “Sejak Presiden Jokowi berkurban sapi PO tahun lalu, diperkirakan akan diikuti masyarakat sehingga permintaan sapi PO kurban mendatang bakal meningkat,” prediksi dia.
Senada dengan Heru, menurut Sarjono, kelompok premium seperti sapi PO berukuran700-800 kg dijual dengan harga di atas Rp35 juta/ekor. Sementara untuk pasar arisan (patungan), masih akan mencari sapi berbobot 250-300kg dengan kisaran harga Rp15 juta-Rp20 juta/ekor.
Ia membidik, harga jual sapi kurban mendatang bisa di atas Rp50 ribu/kghidup, naik dari harga saat ini yang sebesar Rp46 ribu – Rp47 ribu/kg. Tingginya harga tersebut terjadi sejak seretnya pasokan bakalan sapi BXdari Australia dan harga beli bakalan lokal mulai mahal, yakni Rp44 ribu-Rp45 ribu/kg hidup.
Kendati harga sapi bakal naik, Sarjono yakin pasar arisan tetap stabil karena warga sudah mulai mencicil untuk kurban. Sedangkan untuk pasar premium, bergantung kepada situasi dan kondisi ekonomi.
Selain harga bakalan, faktor lain yang menjaga margin laba peternak adalah harga pakan. Saat ini, harga bahan baku pakan seperti tepung kedelai impor tengah naik signifikan. Untuk itu, Sarjono menyiasatinya dengan subtitusi kedelai giling dan kulit nanas. Dosis konsentrat 5-6 kg/ekor/hari.
Kambing dan Domba Gemuk
Sementara itu, Winarno, peternak kambing asal Desa Negeri Sakti, Kec.Gedong Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung mengatakan, peternak yang melakukan penggemukan kambing selama satutahun biasanya menggunakan bakalan umur6-7 bulan. Sedangkan yang memanfaatkan bakalan usia di atas satutahun, memerlukan waktu penggemukan selama 4-5 bulan.
Dari sisi harga, lanjutnya, bakalan kambing umur8 bulan berkisar Rp800 ribu/ekor – Rp1 juta/ekor untuk digemukkan selama 4-5 bulan. Lalu bakalan umur satutahun harganya mencapai Rp1 juta/ekor. Ia menggarap kambing jawa randu, saburai, dan domba.
Ia menyarankan, untuk pembiakan (breeding) lebih baik memilih jawa randu karena jumlah anaknya bisa 2-3 ekor per sekali kelahiran.
Sementara kambing PEhanya menghasilkan satu ekor per kelahiran.“Yang paling cepat pertumbuhannya domba karena makannya banyak. Tapi kendalanya bibit masih terbatas. Populasi domba banyak di Jawa Barat, di Lampung masih terbatas,” lanjut Pak Win, sapaan akrabnya.
Kambing kurban idealnya berbobot 35 kg ke atas. Berbeda dengan kambing untuk sate atau konsumsi, pemilihan kambing kurban dilihat dari penampilannya yang gagah.
Pak Win menakar jumlah pakan kambing sebanyak 10% dari bobot badan/hari. Perbandingan hijauan dengan konsentrat sebesar 3:1. Ia memanfaatkan singkong sebagai alternatif konsentrat murah dibanding tepung kedelai.
Lain lagi halnya dengan M. Iqbal Ghufran dari Tekad Farm, peternakan domba di Megamendung, Kab. Bogor, Jabar. Ia bersama tiga orang rekannya menyiapkan 58 ekor bakalan yang berjenis Priangan dan Garut untuk target pasar kurban. Bibit yang dipilih berumur7-8 bulan dan tengah digendutkansejak Desember tahun lalu.
Pemuda kelahiran 1999 tersebutmemilih domba lebih muda demi mengejar margin laba. Sebab harga bibit seusai Idul Fitri diyakini akan naik. Selain itu, bakalan diambil dari Majalaya,Kab. Bandung, Garut, dan sekitar Bogor lantaran harga lebih murah.
“Nanti saat kurban, usianya sudah cukup dewasa. Bobot awal 17 -18 kg/ekor dengan target ADG 100 g/hari jadi nanti 30 kg/ekor. Tapi kelas penjualan juga ada yang 25 kg/ekor-27 kg/ekor,” ungkap alumnus Fapet Universitas Jenderal Soedirman ini.
Menjaga kesehatan dan Pasar
Agar target bobot harian tercapai dan bakalan sehat, pemilihan bibit menjadi poin penting dalam usaha penggemukan. Selain itu, perlu ditunjang manajemen pakan dan kondisi lingkungan. Produktivitas tinggi didapat dari bakalan yang baik. Para peternak sebaiknya memilih bakalan yang tidak terlalu gemuk namun sehat.
Pemeriksaan dari segi fisik seperti tidak cacat, tulang kuat, rambut bersih, mata bersinar, nafsu makan baik, dan feses normal. Ternak yang kurus akan lebih mudah digemukkan ketimbang ternak yang kecil secara genetik. Pemberian pakan dan imbuhan yang baik akan menjaga kekebalan tubuh ternak. Sedangkan lingkungan, dijaga kebersihannya agar ternak bebas dari sumber penyakit.
Iqbal menjabarkan, pakan yang digunakan 40% berupa hijauan dan 60% konsentrat. Untuk menjaga ternak bebas dari cacingan, ia memberikan obat cacing tigabulan sekali. “Ketika adaptasi awal, ternak yang batukseperti pneumonia,kita berikan obat tradisional dan modern. Umumnya obat modern dengan antibiotik sesuai anjuran,” bebernya.
Sementara Winarno, memberikan suplemen vitamin B12setiap bulan agar kambing sehat dan pertumbuhannya optimal. Kandang yang kotor dan gizi buruk, tutur Winarno, akan membuat ternak terkena scabiesatau kudis. Penyakit scabies bisa dihindari dengan sanitasi kandang.
Dalam penjualan, Winarno lebih memilih dengan sistem timbang karena dinilai lebih adil dan jujur. Dari situ, harga jual kambing potong bisa berkisar Rp45 ribu – Rp46 ribu/kg hidup. Berbeda dengan sistem jogrok yang membuat harga kambing hanya Rp27 ribu/kg.
Sebagai peternak generasi milenial, Iqbal akan lebih gencar menjual ternaknya dengan promosi di media sosia dan whatsapp. “Untuk yang tertarik, bisa langsung datang. Bahkan booking (pemesanan) dari sekarang sudah bisa,” tandasnya.
Try Surya A., Syafnijal Datuk S.