Selasa, 2 Maret 2021

Sumber Listrik Cadangan Yang Perlu Diutamakan

Sumber Listrik Cadangan Yang Perlu Diutamakan

Foto: Dok. H. Carwadi
Genset ditempatkan terpisah

Tak perlu khawatir pasokan listrik ke kandang atau tambak terganggu. Manfaatkan genset sebagai sumber listrik sekunder.


Pemanfaatan teknologi canggih telah marak digunakan dalam dunia perunggasan dan juga perikanan khususnya udang. Namun, semutakhir apapun alat yang digunakan, tidak akan bisa berjalan sesuai fungsi ketika tidak ada daya listrik yang menunjang.
 
Dalam industri unggas, terutama budidaya dengan kandang tertutup (closed house) sangat memerlukan pasokan listrik. Pun begitu halnya dalam hal budidaya udang, pasokan listrik menjamin peralatan tambak bekerja dengan optimal.

Kestabilan listrik dalam budidaya wajib terjaga. Untuk itu, peran genset tidak bisa dikesampingkan. Hadirnya genset akan menjamin aliran daya atau sebagai sumber listrik cadangan (back up) ketika terjadi kendala dengan listrik PLN.
 
Hal ini diamini Eko Prasetio, Commercial Broiler Farm Consultant. Menurut dia, masalah aliran listrik yang terputus sewaktu-waktu dapat diatasi dengan bantuan genset.

Kinerja sumber listrik cadangan saat listrik PLN mati tersebut akan menjaga kandang tetap kondusif. Bahkan, ia menilai kehadrian genset telah menjadi syarat utama berdirinya sebuah kandang closed house.


Memastikan Fungsi Kandang Optimal

Masalah sumber listrik yang sering terputus sewaktu-waktu membuat kerugian tersendiri bagi peternak di segala lini. Pasalnya, khusus ayam pedaging (broiler), pasokan listrik 24 jam dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan ayam.
 
Eko mengatakan, utamanya 80% aliran listrik digunakan untuk komponen kandang closed house. Seperti kipas (fan), auger, lampu, pompa air, sarana pendukung lain, serta keperluan dasar operator.

Dalam pemilihan kapasitas genset, dokter hewan lulusan UGM Yogyakarta ini menyarankan, sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan listrik dasar. Di samping itu, yang mudah dioperasionalkan, ketersediaan suku cadang (sparepart) mudah, dan relatif terjangkau perawatannya baik dari sisi teknis maupun monitoring.

“Bahan bakar pilih dexlite saja. Relatif lebih mudah dalam perolehan dan tidak sulit. Solar biasa harus ijin karena masuk skala industri. Kalau bisa pilih yang tipe silent juga agar tidak terlalu berisik,” saran dia.

Sementara itu, Rahmat Susilowarno, Manager Produksi Berkah Putra Chicken, peternakan ayam broiler mandiri di Bogor, Jawa Barat menimpali, secara konsumsi listrik PLN, 1 ekor ayam terhitung membutuhkan daya 1 watt.
 
Sama halnya juga dengan penggunaan genset. Semisal terdapat 80ribu ekor ayam, maka listrik yang dibutuhkan berkapasitas 80 kW. Namun, dalam membeli genset, kapasitasnya harus di atas dari kapasitas listrik PLN.

Senada dengan hal tersebut, Eko mengatakan, setidaknya kapasitas listrik genset 30% lebih besar dari daya yang diperlukan. “1 ekor ayam 1 watt cukup, namun 1,3 watt lebih baik lagi. Lokasi penempatan di gudang khusus dengan jarak minimal 10 meter dari kandang serta pembuangan gas agar tidak tersedot ke dalam kandang,” ulasnya.

Sebagai tenaga cadangan, kebanyakan peternak menyalakan genset secara manual ketika listrik PLN mati. Agar lebih mudah, Eko merekomendasikan pemasangan secara in line otomatis dengan listrik PLN.
 
Sehingga bisa meminimalkan risiko saat listrik padam. Pemasangan perangkat change over switch berfungsi mengatur input listrik yang masuk ketika ada pemadaman atau terjadi perpindahan sumber listrik dari PLN ke genset.


Menjaga Kestabilan Operasional Tambak

Sejalan dengan perannya dalam budidaya unggas, ketesediaan genset pada tambak udang pun menjadi sebuah keniscayaan. H. Carwadi, petambak udang di Kec. Legon Kulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat mengamini, genset yang prima diperlukan untuk pengganti listrik terutama di daerah-daerah yang rawan mati lampu.

“Memang sifatnya cadangan, tapi harus fit kalau mau dipakai. Tiga hari sekali mesin mesti dipanaskan. Jangan sampai mogok terutama musim hujan, biasanya listrik banyak kendala,” bahasnya.

Total kapasitas listrik genset sebanyak 170 kVA yang ia pakai untuk 5 Ha tambaknya. Kebutuhan tersebut setidaknya untuk menghidupkan lampu, menggerakkan 100 unit kincir 2 HP, dan 50 autofeeder (mesin pakan otomatis).
 
Dari total 170 kVA listrik genset, ia biasanya hanya memakai daya sebanyak 100-120 kVA. Alasannya, agar mesin lebih awet terutama untuk pemakaian jangka waktu lama.

Musibah banjir yang belum lama ini menimpa daerahnya, membuat listrik PLN mati hingga 3 hari. “1 hari 1 malam hujan terus, kincir tidak boleh mati. Paling siang dimatikan 1 jam. Hari berikutnya baru bisa dimatikan 2 kali karena ada panas,” ulas dia.


Menjaga Usia Ekonomis Genset

Pada kesempatan lain, Sinto Wijaya, Senior Manajer Anugrah Tekhnik Listindo, distributor genset di daerah Jakarta mengungkapkan, sebelum membeli genset, biasanya peternak atau petambak sudah mengetahui berapa kapasitas yang dibutuhkan. Sebagai penjual, ia hanya menyarankan untuk membeli genset berkapasitas 30% di atas listrik PLN.

Satuan yang digunakan dalam mengukur kapasitas genset adalah kVA (kilovolt ampere) dan kW (kilowatt). Biasanya, nilai baku 1 kVA genset senilai dengan 0,8 kW (800 watt). “Misalkan pembudidaya membutuhkan 100 watt, sebaiknya minimal membeli 125 kW. Idealnya pemakaian 70% kapasitas,” usul dia.

Hal tersebut dilakukan agar kinerja mesin stabil dan pemakaian bahan bakar akan lebih irit. Ia melanjutkan, kebanyakan pelanggannya di peternakan memilih genset bertipe tertutup (silent) elektrik. Genset model ini dilengkapi sensor dan kerjanya full automatic.

Selain itu, terdapat juga genset tipe terbuka dengan sistem mekanikal. Genset model ini banyak juga digunakan pada tambak udang. Secara operasional, genset terbuka masih dilakukan secara manual. Namun, lebih mudah ditangani ketika terjadi kendala. Dari sisi suara, lebih sedikit bising. Akan tetapi biasanya diberikan tambahan peredam suara.

Selanjutnya, supaya usia ekonomis genset bertahan lama, ia menekankan pentingnya pergantian oli, dan pengecekan air secara berkala. Untuk pergantian oli, parameternya berdasarkan jam kerja dan interval waktu.
 
Ia menandaskan, dipakai atau tidak, ketika sudah 3 bulan sebaiknya oli diganti. Sementara berdasarkan waktu, patutnya penggantian oli sebelum memasuki masa operasional 1.500 jam. “Genset yang di-maintenance dengan baik, usia ekonomisnya bisa di atas 10 tahun,” yakin dia.



Try Surya Anditya, Windi Listiningsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain