Sabtu, 2 Januari 2021

Unjuk Efisiensi dengan Drone

Unjuk Efisiensi dengan Drone

Foto: Dok. BB Mektan
Aplikasi drone penebar benih padi hasil rekayasa BB Mektan

Mau menyemprot sembari ngopi? Terbangkan saja drone.
 
Masuknya era industri 4.0 ikut berkontribusi dalam modernisasi bidang pertanian. Salah satuwujudnya adalah aplikasi peralatan canggih pesawat nirawak atau drone. Menurut Rossena Karisma Rasul, Direktur PT Karya Solusi Angkasa, kehadiran drone dua tahun terakhir banyak dijumpai di Indonesia dikalangan industri.
 
“Permintaan drone meningkat pada tahun 2018.Awalnya perusahaan melakukan publikasi di sosial media YouTube. Banyak petani yang menghubungi kami dari situlah permintaan drone pertanian meningkat,” jelasnya kepada AGRINA melalui sambungan telepon (31/12).    
 
 
Drone Pertanian
 
Menurut Rossena Karisma Rasul yang biasa disapa Seno, penerapan teknologi modern dapat mempermudah pekerjaan. Sasaran utama teknologi modern di bidang pertanian adalah memikat para generasi milenial agar terjun ke sawah tanpa perlu khawatir becek-becekan dan lebih mudah dalam berbudidaya.
 
Pria yang bekerja sejak 2014 di perusahaan teknologi tersebut menjabarkan drone pertanian buatan PT Karya Solusi Angkasaterdiri dari duavarian, yaitu Ferto 5 dan Ferto 15. Kedua drone sprayer ini hanya berbeda kapasitas angkutnya.
 
Fertos 5 mampu menampung muatan hingga 5 liter, sedangkan Ferto 15 berkapasitas 15 liter. Kemampuan terbangnya sama, selama 10-15 menit untuk lahan seluas dua hektar, dan dapat menyesuaikan kontur tanah secara otomatis. Ferto 5 dibanderol sekitar Rp48 juta dan Ferto 15 sebesar Rp125 jutaper unit.
 
Dronetersebut berfungsi membantu petani dan perusahaan perkebunan dalam penyemprotan pupuk atau pestisida. Keduanya didesain dengan rangka lipat untuk memudahkan mobilisasi.
 
“Pada 2019 drone dibuat dengan ukuran besar tangki 15 liter untuk penyemprotan pupuk pestisida. Kemudian perusahaan buat dengan ukuran 5 liter karena adanya permintaan dari sekolah pertanian. Sekolah membutuhkan ukuran kecil untuk uji coba,” terang Seno.
 
Lebih jauh Seno menjelaskan, pemanfaatan dronepertanian,khususnya untuk petani,lebih efisien pada lahan yang cukup luas, minimal dua hektar. Di bawah luasan itu tidak efisien.
 
Karena itu pihaknya membidik sasaran di daerah yang lahannya cukup luas.“Hasil produksi tinggi dengan menggunakan drone akan sebanding atau menutupi biaya produksi. Permintaan di luar Pulau Jawa ada dan lahannya sangat luas tetapi perusahaan terkendala jarak karena tidak ada distributor di wilayah tersebut,” ungkapnya.
 
Sementara itu, Michael Wishnu Wardana Siagian, Managing Director PT Terra Drone Indonesia lebih menyasar target perusahaan skala besar. Industri atau korporasi besar menuntut produktivitas tinggi sehingga budidaya menggunakan drone sebanding dengan hasil panen yang cukup besar.
 
“Nonkorporasi tidak efisien dalam menggunakan drone. Pasar paling besar adalah perusahaan kelapa sawit. Produk Terra Drone khususnya untuk pemetaandanmengidentifikasi tanaman kurang sehat,” jelasnya.
 
Perkebunan sawit skala besar,lanjut Michael, sangat membutuhkan drone untuk pemetaan dan pengecekan tanaman. Cukup dengan menerbangkan drone, pekerja tidak perlu berkeliling untuk melihat kondisi tanaman sawit.
 
Masih menurut Michael, pihaknya menawarkan dua tipe drone, yaitu Terra Wing Geo dan Bramor c4eye. Durasi terbangnya mencapai 2,5-3 jam dengan cakupan luas lahan 800-1.000 ha.
 
Drone ini bisa dibilang alat yang memang membantu untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas, dan mengestimasi dalam pengelolaan perkebunan. Harga Terra Wing Geo berkisar Rp500juta-Rp600 juta dan Bramor c4eye Rp1 miliar,” kata pria kelahiran Bogor,24 Desember 1983 itu.
 
Selain dua perusahaan swasta itu, Kementan melalui Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian juga mengembangkan dua jenis drone. Fungsinya, untuk menebar pupuk granul dan benih padi. Yang satu lagi drone penyemprot pestisida dan pupuk cair. Saat ini hasil rekayasa tersebut masih berupa prototipe.
 
 
Cara Kerja Drone
 
Untuk menyemprot dengan drone, Senomemaparkan, dilakukan dulu pemetaan sawah yang akan disemprot.Operator memprogram perencanaan penerbangan secara otomatis.
 
Drone dilengkapi teknologi seperti sistem GPS Manual, Google Map, dan sistem navigasi canggih atau resolusi spasial dan juga alat penyemprotan otomatis. Ferto 15 misalnya, didesain memiliki 4 lengan baling-baling dengan wadah tangki di bawah bodi utama untuk mengangkut pestisidaatau pupuk.
 
Di dalam bodi drone terdapat layar, antena penerima, baterai, dan kamera. Proses penyemprotannya, yaitu pupuk dipompa dari dalam tangki ke sebuah selang yang menjulur ke masing-masing empat lengan drone. Jumlah semprotan yang dikeluarkan dikalkulasi oleh komputer, dipadukan dengan data ketinggian, kecepatan, kondisi luas lahan sehingga penerbangan efisien.
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 319 terbit Januari 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain