Foto: DOK. AGRINA
Dengan adanya ASUH, masyarakat tidak perlu ragu mengonsumsi daging ayam
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Selama masa pandemi, pola makan masyarakat cenderung berubah dengan memilih yang lebih sehat dan lebih bersih. Tak terkecuali dari sisi pemenuhan protein, imunitas tubuh akan lebih kuat dengan konsumsi protein yang baik. Protein hewani, khususnya unggas ketersediaanya di dalam negeri cukup berlimpah. Dengan harga yang relatif terjangkau, baik daging ayam maupun telur mudah juga dalam pengolahannya.
Syamsul Ma’arif, Direktur Kesmavet Ditjen PKH Kementan menjamin, daging ayam broiler yang beredar di dalam negeri terjamin kesehatan, keamanan, dan kehalalannya. Terutama unit usaha unggas yang telah mengantungi Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
“Kebijakan ini tertuang dalam Permentan No.11/2020 tentang sertifikasi nomor kontrol veteriner unit usaha produk hewan,” tuturnya di sela-sela diskusi media secara daring dengan tema ‘Pentingnya Mengetahui Fakta dan Hoaks pada Daging Ayam dan Olahannya’, Rabu (4/11).
Dengan adanya label NKV, imbuh Syamsul, produk tersebut memiliki jaminan keamanan produk hewan yang dipasarkan. Alasanya, sumber protein hewani dari mulai peternakan hingga sampai ke konsumen melalui proses manajemen yang baik.
Pada kesempatan yang sama, Rachmat Indrajaya, Direktur Corporate Affairs JAPFA mengatakan, JAPFA konsisten dalam upaya menyediakan protein hewani yang berkualitas dan terjangkau secara nasional. Dengan menjaga kualitas produknya, emiten berkode JPFA ini selalu menerapkan standar Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). Di samping itu, dilengkapi juga dengan sistem keamanan pangan yang sesuai standar nasional dan internasional.
“Untuk menjaga imunitas tubuh perlu asupan protein yang baik. Itu bisa didapatkan dari daging ayam broiler,” tandasnya.
Sementara itu, Denny Lukman, Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner menimpali, selama ini beredar isu negatif yang menyatakan ayam broiler menggunakan suntik hormon untuk pembesaran (growth hormone). Anggapan tersebut nyatanya sangat salah.
Faktanya, ayam broiler memiliki pertumbuhan yang lebih cepat lantaran potensi genetiknya lebih optimal dengan didukung pemberian pakan dan imbuhan yang baik. Penggunaan hormon dalam peternakan pun sudah jelas larangannya yang tertuang dalam Undang-Undang No.18/2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan.
Sigit Pambudi, Head Marketing RPA PT Ciomas Adisatwa Wilayah Barat pun menuturkan, yang dulu terlihat disuntikan di unggas itu bukanlah hormon, melainkan vaksin. Vaksinasi tersebut tentu saja memiliki tujuan agar ayam memiliki imunitas yang baik.
Saat ini, lanjut dia, vaksinasi sudah tidak lagi melalui suntik, melainkan ada yang spray sejak bibit. Ayam pun, secara kesejahteraan (animal welfare) sudah sangat diperhatikan. Hal ini terlihat dari pemanfaatan kandang-kandang closed house dengan suhu dan kelembaban yang bisa diatur. Sehingga, ayam nyaman dan produksi menjadi optimal.
Denny menggarisbawahi, daging ayam mengandung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Setidaknya ada 9 asam amino yang tidak dapat disintesis dalam tubuh melainkan dari konsumsi protein. Yakni, fenilalanin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, treonin, triptofan, dan valin.
Terkait daging ayam beku (frozen food) yang beredar di gerai-gerai atau penyedia daging. Denny mengungkapkan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitasnya. Sebab menurutnya, kualitas daging ayam tetap terjaga tanpa mengurangi kandungan gizi dan mutu.
“Suhu di bawah 4 derajat Celcius malah mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat aktivitas enzim pada daging. Inilah mengapa penerapan sistem rantai dingin (cold chain system) diperlukan,” bahasnya.
Sigit berujar, proses produksi ayam yang diterapkan sudah terstandar dari hulu hingga hilir. Perusahaan telah memiliki sertifikat kompartemen bebas AI (avian influenza) yang menjamin kualitas produksi. Kemudian, selain rumah potong hewan unggas (RPHU) yang terintegrasi dengan cold storage, JAPFA mengantungi sertifikat NKV, Halal, HACCP dan Food Safety System Certification (FSSC), serta sertifikat juru sembelih halal (Juleha).
Fitri Poernomo, Head of Government Relations JAPFA menambahkan, konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih perlu terus didorong. Berdasarkan data FAO pada 2017, total konsumsi protein hewani Indonesia baru 8%, sementara Malaysia sudah 30%, Thailand 24%, dan Filipina 21%.
Ayo tingkatkan konsumsi daging ayam dan telur agar imunitas terjaga!
Try Surya A