Dengan keamanan pangan protein hewani, masyarakat lebih nyaman dan sehat
Jakarta (agrina-online.com). Produk hasil unggas memiliki kaitan langsung atau risiko terhadap kesehatan dari setiap konsumen yang mengkonsumsinya. Hal inilah yang membedakan rantai pasok produk pangan asal unggas dengan rantai pasok produk lainnya.
Di setiap mata rantai sistem pasok produk hasil unggas, terdapat komitmen sebagai upaya mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran produk hasil unggas. Dengan demikian, konsumen akan lebih terlindungi dari produk pangan yang aman dikonsumsi dan mendapatkan jaminan keamanan pangan.
Dalam diskusi Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi13, Sabtu (31/10), dibahas tema terkait menjaga keamanan pangan protein hewani. Acara yang diusung Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) tersebut, menghadirkan Direktur Kesmavet Ditjen PKH Syamsul Ma’arif, Dosen FKH Universitas Airlangga A.T. Soelih Estoepangestie, serta Vice President Head of Marketing & Sales PT Ciomas Adisatwa Drh. M. Zunaiydi.
Dalam pemaparannya, Zunaydi mengulas, keamanan pangan menjadi tanggung jawab sejak awal produksi. Yakni dimulai dari budidaya dengan menerapkan tata cara produksi ternak unggas yang baik. Sehingga unggas yang dihasilkan sehat dan berkualitas. Selanjutnya, proses pengolahan produk juga dijaga kualitas dan keamanan pangannya.
Sejak adanya pandemi, kesadaran masyarakat akan sumber pangan yang sehat kian meningkat. Untuk itu, keamanan pangan harus terjamin mulai dari alur proses rantai pasok mulai dari peternak, rumah pemotongan hasil unggas, pabrik pengolah, pengemas, hingga ke distribusi dan konsumen. Penerapan keamanan pangan dalam setiap mata rantai sistem pasok pangan harus diintegrasikan dengan protokol penanganan Covid-19 seperti selalu mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker.
Try Surya A
