Jumat, 2 Oktober 2020

Mengulas Mastitis Lebih Dalam

Mengulas Mastitis Lebih Dalam

Foto: Dok. Greenfields Indonesia
Sapi perah yang nyaman akan minim terserang penyakit

Selain pengendalian, perlu adanya evaluasi kasus mastitis di peternakan sapi perah.
 
Kejadian penyakit mastitis (radang ambing) pada sapi perah betina sudah pasti menjadi kendala karena menurunkan produktivitas. Prof. Mirnawati B.Sudarwanto, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB University menerangkan, dampakn mastitis sangat bervariasi lantaran penyakit ini sangat kompleks.
 
Ia memaparkan, terdapat dua tipe mastitis yang menginfeksi ambing sapi perah,yakn, klinis (disertai gejala) dan subklinis (tanpa gejala). Mastitis subklinisdi Indonesia sebanyak 65%-90%dari total kasus mastitis.
 
“Selain kualitas dan kuantitas susu turun, dampaknya bisa berujung pada kematian sapi perah,” ujar pakar yang telah berkiprah lebih dari 40 tahun di dunia peternakan sapi perah ini.
 
 
Kasus banyak, Rugi Besar
 
Sebanyak 70% kerugian ekonomis pada usaha sapi perah disebabkan oleh mastitis subklinis. Sementara mastitis klinis hanya 2%-3% saja.
 
Namun Prof. Mirnawati mengingatkan, susu dari sapi yang terserang mastitis klinis tidak bisa digunakan kendati sudah melalui treatment (perawatan).
 
Tak heran, banyak sapi yang diafkir dini (premature culling) karena tingkat mastitis sudah kronis.
 
Di samping produksi susu yang terus menurun gara-gara kerusakan ambing, biaya pengobatannya juga cukup merogoh kocek peternak.
 
Belum lagi penalti bagi peternak karena adanya peningkatan jumlah sel somatik (JSS). “Di luar negeri, ketika jumlah sel somatik di atas 400ribusel/ml, harga susu per liter dikenakan penalti,” bahasnya.
 
Perhitungan sel somatik digunakan dalam menandai infeksi mastitis. Sel initimbul dari tubuh sapi sebagai pertahanan atas peradangan atau infeksi bakteri.
 
Mirnawati menjelaskan, setiap kenaikan 100ribu sel/ml JSS berpotensi menurunkan produksi susu 2,5%.
 
Yang perlu digarisbawahi, peningkatan jumlah sel somatik dapat menurunkan komponen penting dalam susu seperti laktosa, kasein, bahan kering tanpa lemak (BKTL), lemak mentega, kalsium, fosfor, dan kalium. Belum lagi peningkatan plasmin, lipase, dan natrium yang kurang disukai industri.
 
Penurunan kasein merugikan industri keju, sebab fungsinya sebagai sumber utama dalam pembentukan keju. Lalu penurunan lemak dan laktosa membuat harga dasar jual turun sampai 15%.
 
“Peningkatan lipase dan plasmin akan memecah lemak susu dan kasein. Nantinya berpengaruh terhadap olahan susu dan kualitas produk. Komponen-komponen itu menjadi bahan pertimbangan bagi KUD, IPS, dan pembeli susu lainnya,” tandas ahli higieniesusu ini.
 
Pada kesempatan lain, Hani Yudayan, Head of Farm 1 PT Greenfields Indonesia menuturkan,  susu yang kurang bagus kualitasnya akibat mastitis sebaiknya tidak digunakan.
 
“Misalkan dari 4.000 ekor ada 10 yang kena mastitis, satuekor produksinya 10 liter/hari. Maka 100 liter memang kita buang kalau jelek,” bebernya kepada AGRINA.
 
Lebih lanjut ia mengatakan, susu yang rusak akibat mastitis tidak bisa lagi diberikan ke pedet meskipun sudah dipasteurisasi. Selain karena banyak bakteri, rasa dan baunya sudah berbeda.
 
“Peluang terkena mastitis 1,8% setahun. Ini penyakit utama, dihindari atau tidak ada sama sekali itu tidak bisa. Karena kemungkinan dari manajemen atau faktor genetik,” tandas dokter hewan lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini.
 
Sapi perah yang berulang terkena mastitis terpaksa dikeluarkan dari peternakan. Selain tidak efisien, sapi perah yang menurunkan mastitis secara genetik tidak bisa dibudidayakan untuk diperah susunya dalam jangka waktu yang panjang.
 
 
Lebih Baik Mencegah
 
Mastitis membuat ambing menjadi bengkak dan terjadi perubahan fisik pada susu. Adanya perubahan warna, tergantung bakteri penyebabnya. Tak mengherankan bila peternak sampai menyebut penyakit ini sebagaipenyakit mahal karena pengendalian dan terapinya memang sulit.
 
Mirnawati menyarankan, program manajemen mastitis senantiasadikaji ulang oleh peternak. Sumber mastitis perlu dipelajari, apakah berasal dari lingkungan atau dari infeksi. Dari situ, bisa dilakukan strategi pengawasan terhadap bakteri patogen yang kerap muncul.
 
Ambing dan puting sapi, jabar dia, dijaga selalu bersih dan kering. Untuk itu, kurangi penggunaan air berlebihan dalam mencucinya. Lalu pakai desinfektan yang efektif untuk meredam putting agar jumlah bakteri berkurang.
 
“Lakukan pengeluaran susu pada awal pemerahan untuk memeriksa kasus mastitis klinis. Tujuannya menghilangkan jumlah sel somatik dan menstimulasi pengeluaran serta aliran susu. Jangan lupa berikan antibiotik kering kandang,” sarannya detail.
 
Deddy F Kurniawan, CEO Dairy Pro Indonesia, konsultan persapiperahan juga sepakat, obat kering kandang hukumnya wajib. Tujuannya supaya bakteri tidak berkembang apalagi daya tahan tubuhnya turun.
 
“Kalau tidak dibantu dengan antibiotik, bakteri semakin berkembang. Saya banyak menemui mastitis post-calving karena tidak pakai saat kering kandang,” ulas peternak sapi perah Kota Batu, Jawa Timur ini.
 
Deddy merekomendasikan, ketika kering kandang peternak memberikan pakan yang kadar energinya lebih rendah agar sel-sel ambingsapi istirahat.
 
Lalu pemerahan dilakukan secara normal dua kali sehari. Fungsinya untuk menguras bakteri di dalam ambing. Setelah itu, pastikan kondisi badan (body condition) stabil.
 
Terkait pembersihan alat perah, Hani memastikan pembersihan setelah penggunaan (clean in place). Alat perah tadi dibersihkan dengan dimasukkan ke dalam pipa dan terhubung dengan tangki air.
 
Pertama, dibasuh dengan air hangat 40oC agar lemak susu terangkat. Kemudian dibasuh air berisi deterjen dan klorin bersuhu 80oC agar bakteri mati.
 
Setelah itu, diberikan larutan asam pH 2 dan suhu 40oC untuk membunuh semua bakteri di dalam pipa maupun di karet. Lalu dibilas sampai pH 6-7 dan dibilas dengan air biasa.
 
Mirnawati melanjutkan, daya tahan ternak ditingkatkan agar tidak mudah terserang penyakit. Misalnya, pemberian suplemen peningkat daya tahan tubuh dengan memperbaiki metabolisme tubuh.
 
Udara juga perlu dijagakarena sapi Frisian Holstein berasal dari habitat yang dingin dan sangat peka terhadap panas terik. Bisa dengan tambahan kipas angin dan air agar panas diluar kandang bisa dikontrol.
 
Menurut alumnus Justus Liebig Universität, Jerman, tersebut adatiga strategi dalam mengontrol mastitis. Pertama, mengurangi sumber infeksi mikroorganisme infeksius yang berasal dari lingkungan dan sapi karier.
 
Kedua, mengontrol penyebaran vektor. Ketiga, meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh sapidengan pemberian pakan dan imbuhan berkualitas.
 
Mastitis tidak dapat dieradikasi sebab banyak jenis bakteri yang terlibat dan selalu ada. Pencegahan lebih baik ketimbang pengobatan karena sulit dan mahal.
 
Pengobatan pun bergantung derajat kesakitan. Sebagian besar, tuturnya, dilakukan setelah uji antibiogram kemudian baru menentukan jenis antibiotik, dosis, dan pengaplikasiannya.
 
Untuk mastitis yang disebabkan karena bakteri, bisa memanfaatkan antibiotik berspektrumluas. Sementara yang simptomatik seperti sakit dan demam bisa diberikan antipiretik sebagai anti inflamasi.
 
Ia mengingatkan, menjaga puting dan lubang puting dalam kondisi baik menjadi komponen penting dalam pengendalian mastitis.
 
“Tujuan akhir manajemen yang baik itu jumlah JSS 200ribu/ml, jumlah total bakteri 10ribu, dan insidensi kasus mastitis di bawah 30% per tahun. Ini menghasilkan keuntungan untuk peternak,” cetusnya.
 
 
 
Try Surya Anditya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain