Rabu, 2 September 2020

Sehatnya Ekonomi Buah

Sehatnya Ekonomi Buah

Foto: Sabrina Yuniawati
Peningkatan konsumsi buah domestik memantik semangat petani memproduksi aneka buah

Selain bermanfaat meningkatkan daya tahan tubuh menghadapi serangan virus Sar-Cov2, buah-buahan juga membantu menyehatkan perekonomian negara.
 
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), selama pandemi Covid-19 pada Januari-Mei 2020, permintaan buah untuk pasar global melonjak 31,89% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volumenya mencapai 375,04 ribu ton. Nilai tambah ekspor buah Nusantara lantas meroket 73,4% dengan nilai cukup fantastis, US$191,23 juta.
 
Komoditas hortikultura pun menjadi salah satu andalan penopang pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang minus 5,32%. Saat berbagai sektor perdagangan “runtuh”, hortikultura justru mampu tumbuh positif, 21,75%. Apa saja buah penyumbang ekspor itu? Adalah buah-buahan tropis yang eksotis di mancanegara, seperti mangga, nanas, pisang, manggis, durian, dan salak.
 
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, ekspor nanas mencapai Rp1,5 triliun dengan tujuan Amerika Serikat, Belanda, Spanyol, Jerman, dan, Jepang. Manggis ekspornya sebanyak Rp1,09 triliun dikirim ke Hongkong, China, Malaysia, Saudi Arabia, dan Prancis. Sedangkan, mangga diekspor ke Singapura, Amerika Serikat, China, Hongkong, dan Vietnam.
 
Untuk mendukung pasar ekspor, pemerintah mendorong pengembangan kawasan industri hortikultura, yaitu di Bondowoso dan Banyuwangi (Jatim) serta 16 kabupaten lainnya di Jatim, Bali, dan Sumatera. Kawasan industri hortikultura yang sudah dikembangkan berupa pisang cavendis di Tanggamus, Lampung; Jembrana, Bali; Blitar, Jatim; dan Aceh. Selain itu, kemudahan perizinan melalui online single submission (OSS) sehingga prosesnya lebih cepat.
 
Kabar gembira dari pasar global seharusnya juga dapat diperoleh dari pasar lokal. Konsumsi buah domestik sangat berpeluang besar didongkrak buat meningkatkan imunitas tubuh di tengah serangan gelombang kedua pandemi Corona yang melanda negeri ini. Rerata konsumsi buah masyarakat Indonesia saat ini baru sekitar 67 g/kapita/hari sementara anjuran Organisasi kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 150 g/kapita/hari.
 
Sosialisasi pentingnya mengonsumsi buah oleh tokoh berpengaruh misalnya, cukup signifikan membangun kesadaran masyarakat untuk rutin mengonsumsi buah-buahan. Penyajian buah yang menarik dari sisi tampilan warna, kemasan, hingga kreasi berbagai menu makanan–minuman berbasis buah-buahan dengan harga terjangkau juga turut mengungkit minat masyarakat. Jika bertandang ke negara tetangga seperti Thailand, dengan mudah kita temui aneka jus, manisan, bahkan potongan buah segar di pelataran jalan yang menarik mata dan menggugah selera.
 
Peningkatan konsumsi buah domestik tentunya akan memantik semangat petani memproduksi aneka buah. Dengan demikian, perekonomian daerah sentra penghasil buah-buahan akan semakin menggeliat. Tidak dapat dipungkiri, petani juga perlu dukungan jaminan pasar dan sarana produksi yang memadai. Pembentukan klaster budidaya terintegrasi hulu-hilir disertai akses modal dan asuransi sangat membantu kelancaran produksi dan pemasaran.
 
Dengan begitu, petani akan memperoleh pendampingan cara budidaya yang baik (GAP), akses benih unggul, sarana produksi pendukung, hingga teknologi dan inovasi budidaya terkini (smart farming), juga kepastian pasar dengan harga kompetitif. Jikalau ada kegagalan budidaya akibat bencana atau kejadian luar biasa lainnya, petani aman terlindungi dengan asuransi.
 
Kemudian, lembaga pembiayaan tidak perlu khawatir kredit macet sebab adanya penjamin. Pun para pelaku di sisi hilir bisa tenang lantaran mendapat pasokan buah-buahan berkualitas secara kontinu. Lantas, tugas pemerintah memfasilitasi infrastruktur seperti jalan sarana produksi, irigasi; dan membangun iklim usaha yang kondusif. Akhirnya, semua pihak terkait merasa aman berusaha sehingga bisnis pun bakal terus berkelanjutan. Semoga!
 
Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain